Share

6. Masa lalu 3

"Mbak Zyska," panggil Bagas ceria.

Zyska dan Anin menoleh serempak, Bagas bersama Rayyan Bima dan Khafi baru saja pulang sholat jumat sementara Lukman sudah duluan dan bergabung bersama Zyska dan Anin jajan bakso Mang Ulin didepan rumah.

"Apaan?" tanya Zyska sengit.

"Jajanin gue ya hehehe."

"Jangan mau, sok playboy jajanin anak orang bisa lo kediri sendiri jadi fakir banget," oceh Anin judes.

Zyska cekikikan sendiri, Bagas sudah mencebik tak terima.

"Udah Abang yang bayarin, jajan sana puas-puas."

"Wohooo Abang yang terbaik," pekik Bagas lebay.

"Dih Abang Zyska gak dibayarin," kata Zyska tak terima.

Bima terbahak puas mendengar ocehan Zyska, pemuda itu dengan gemas mengacak rambut Zyska.

"Iih Abang rusak rambut Zyska," oceh gadis tersebut seraya memukul lengan Bima seenak hatinya.

"Gue yang bayarin Zys, makan aja," ucap Khafi manis. Zyska sudah tersenyum lebar dengan lubang hidung mengembang dengan cepat mengangguk ucapan Khafi.

"Dua porsi nggak apa-apakan? hehehe."

Khafi mengangguk mengiyakan.

"Yeey, Khafi yang terbaik. Zyska sama Abang end," kata Zyska cuek yang langsung ditoyor Anin dengan kejam.

Bima cengengesan dengan raut wajah datar, sementara Khafi tersenyum penuh kemenangan.

Zyska sudah melengos bersama Anin saat Bima akan mengacak rambutnya kembali, ketika akan memasuki rumah pandangan mata gadis tersebut terkunci pada sosok Rayyan yang masih dalam balutan baju koko-nya. Zyska mengerjap beberapa saat ketika dirasa terlalu lama memandang sosok Rayyan yang dengan kebetulan berjalan kembali menuju halaman rumah tak jadi masuk.

"Apa!" ucap pemuda itu datar.

Zyska yang memang tepat berada dihadapannya tersentak sesaat, gadis mungil itu siap mengoceh cepat.

"Paan sih," jawab Zyska jutek, kemudian berlalu sedikit cepat menyusul Anin yang sudah duluan.

"Gila ya!!! kenapa cowok pake baju putih tu jadi cakep banget anjirrr!!!" monolog Jennar menjitak kepalanya sendiri.

"Percuma si cakep kalau mulutnya kek kaleng rombeng, nggak banget amit-amit!!!" ujar Zyska masih asik dengan pikirannya sendiri.

"Woooi buruaaan!!!" oceh Anin dari pintu rumah, "mau nyobain punya elu."

"Dih, ogah!!" ejek Zyska sembari menjulurkan lidahnya, dan tanpa tahu ArRayyan sedang memperhatikannya dalam-dalam dari pagar rumah dengan senyum tipis yang kemudian mengacak rambut hitamnya dengan kesal.Mbak Zyska," panggil Bagas ceria.

Zyska dan Anin menoleh serempak, Nagas bersama Rayyan Bima dan Khafi baru saja pulang sholat jumat sementara Lukman sudah duluan dan bergabung bersama Zyska dan Anin jajan bakso Mang Ulin didepan rumah.

"Apaan?" tanya Zyska sengit.

"Jajanin gue ya hehehe."

"Jangan mau, sok playboy jajanin anak orang bisa lo kediri sendiri jadi fakir banget," oceh Anin judes.

Zyska cekikikan sendiri, Bagas sudah mencebik tak terima.

"Udah Abang yang bayarin, jajan sana puas-puas."

"Wohooo Abang yang terbaik," pekik Bagas lebay.

"Dih Abang Zyska gak dibayarin," kata Zyska tak terima.

Bima terbahak puas mendengar ocehan Zyska, pemuda itu dengan gemas mengacak rambut Zyska.

"Iih Abang rusak rambut Zyska," oceh gadis tersebut seraya memukul lengan Bima seenak hatinya.

"Gue yang bayarin Zyska, makan aja," ucap Khafi manis. Zyska sudah tersenyum lebar dengan lubang hidung mengembang dengan cepat mengangguk ucapan Khafi.

"Dua porsi nggak apa-apakan? hehehe."

Khafi mengangguk mengiyakan.

"Yeey, Khafi yang terbaik. Zyska sama Abang end," kata Zyska cuek yang langsung ditoyor Anin dengan kejam.

Bima cengengesan dengan raut wajah datar, sementara Khafi tersenyum penuh kemenangan.

Zyska sudah melengos bersama Anin saat Bima akan mengacak rambutnya kembali, ketika akan memasuki rumah pandangan mata gadis tersebut terkunci pada sosok Rayyan yang masih dalam balutan baju koko-nya. Zyska mengerjap beberapa saat ketika dirasa terlalu lama memandang sosok Rayyan yang dengan kebetulan berjalan kembali menuju halaman rumah tak jadi masuk.

"Apa!" ucap pemuda itu datar.

Zyska yang memang tepat berada dihadapannya tersentak sesaat, gadis mungil itu siap mengoceh cepat.

"Paan sih," jawab Zyska jutek, kemudian berlalu sedikit cepat menyusul Anin yang sudah duluan.

"Gila ya!!! kenapa cowok pake baju putih tu jadi cakep banget anjirrr!!!" monolog Jennar menjitak kepalanya sendiri.

"Percuma si cakep kalau mulutnya kek kaleng rombeng, nggak banget amit-amit!!!" ujar Zyska masih asik dengan pikirannya sendiri.

"Woooi buruaaan!!!" oceh Anin dari pintu rumah, "mau nyobain punya elu."

"Dih, ogah!!" ejek Zyska sembari menjulurkan lidahnya, dan tanpa tahu ArRayyan sedang memperhatikannya dalam-dalam dari pagar rumah dengan senyum tipis yang kemudian mengacak rambut hitamnya dengan kesal.

Semua hati punya lukanya masing-masing

~RAYYAN~

Pratama mendudukan dirinya disamping Rayyan yang sedang selonjoran melakukan peregangan pada kedua kakinya, Rayyan yang tadinya tertunduk langsung menoleh begitu Tama panggilan akrab pemuda tampan itu meletakkan satu raket berwarna merah muda diatas pangkuannya.

"Pink?" tanya Rayyan dengan kerutan didahinya.

"Titip buat Zyska," ucap Tama dengan pelan karena melihat Rayyan yang bingung sendiri.

Rayyan merotasikan matanya jengah.

"Apalagi ini?? kenapa dunia hanya berputar disekeliling Zyska sih???" monolog Rayyan sendiri.

"Enggak deh Bang, kasih Bagas aja. Gak kuat gue mulutnya kek toa, bacot bikin pusing."

Tama terkekeh geli sendiri.

"Gemes kek gitu loh Yan, masa lo bilang toa."

"Iya lah depan lu doang Bang dia manis gemes atau apalah itu aslinya mah toa masjid."

Tama terbahak melihat wajah dingin Rayyan ketika menceritakan sisi lain Zyska yang belum pemuda tersebut ketahui. "Benci banget kayanya?" tanya Pratama terkekeh.

Rayyan sudah menaikan bahunya malas menjawab.

"Tau kan Yan? cinta dan benci itu bedanya tipiiis banget," ungkap Tama kembali masih dengan kekehannya.

Rayyan sudah menoleh dengan dahi berkerut.

"Tapi tenang aja, gak bakalan gue biarin Zyska suka sama lo kok."

Kali ini Rayyan terkekeh geli sendiri mendengar penuturan Tama yang super percaya diri.

"Mamam noh suka, dua manusia yang didalam rumah aja susah dapat perhatian si Toa apalagi elu cih, sekali lagi nanyain si Toa ke gue!! gue selepet asli," monolog Rayyan  yang dengan puas menertawai Pratama.

"Yan?" panggil Pratama lagi.

Rayyan sudah mendelik siap memaki, sebelum akhirnya Bagas mengajaknya untuk beranjak karena teriakan Bima yang menyuruh keduanya pulang untuk bersiap sholat magrib di masjid.

"Hai."

Rayyan mengangkat kepalanya dengan alis bertaut, dihadapannya berdiri gadis cantik yang tak begitu tinggi dengan rambut lurus keabu-abuan.

"Sonya," ujar sang gadis menjulurkan tangan, yang beberapa saat kemudian ditariknya kembali karena tak mendapat respon Rayyan.

Rayyan menghela nafas pelan kemudian melanjutkan kembali kegiatannya menyelesaikan game yang sejak selesai kelas tadi tak berkesudahan lagi, Rayyan tak sendiri dibelakangnya turut juga duduk kedua temannya yang sekarang cengengesan tak jelas menggoda Sonya.

"Rayyan kan?"

Hening.

Tak ada jawaban dari sang empunya nama, Sonya sudah meringis canggung.

"Iye Neng, ini Rayyan. Ade ape ye?" jawab Satria dengan logat betawinya sembari cengengesan.

Sonya masih tersenyum canggung.

Rayyan menoleh dengan tatapan mata tajam, Satria yang akan kembali bicara mengurungkan niatnya begitu melihat tatapan membunuh Rayyan.

"Gue ganggu ya?" tanya Sonya kikuk.

"Menurut lo?"

Sonya mengerjap beberapa kali menetralkan isi kepalanya tak siap mendengar jawaban ketus Rayyan. Gadis itu mengangkat bahu dengan cengiran pepsodent.

"Kenal Bang Sean kan? gue adiknya."

"Oh adik Bang Sean pantesan kaya gak asing gitu wajah lo," jawab Satria antusias disetrai tepuk tangan dari pemuda absurd tersebut.

Rayyan kembali menoleh seolah meperingatkan, Satria cengengesan lagi melihatnya.

"Ada perlu apa?" tanya Rayyan dengan tatapan menghantam pandangan Sonya.

"Eh?"

"Ck, punya penyakit kuping lo? ada perlu apa?"

"Oh itu, gue mau kenalan sama lo," jawab Sonya percaya diri.

Rayyan mengernyitkan dahinya. "Bukannya lo udah kenal gue? ini lo tau kan nama gue? terus?"

"Hah?"

Rayyan geleng-geleng kepala menanggapinya. Sementara Sonya berdeham menetralkan hati dan kupingnya yang tiba-tiba tak bisa diajak kerjasama.

"Maksud gue kenal lo lebih jauh hee," jawab Sonya lagi dengan cengiran cantiknya.

Rayyan mengangguk mengiyakan, kemudian pemuda tampan itu menarik ransel hitam yang sedari tadi ia letakkan diatas meja, membereskan peralatan kuliahnya dan berdiri tegak tepat dihadapan Sonya.

"Gue gak tertarik," ucap Rayyan judes dengan tatapan dingin.

Sonya sudah mengerjap kembali terkejut mendapat ucapan kasar sang pemuda, bahkan Satria dan Wisnu kedua temannya sudah terperangah dengan jawaban ketusnya.

"Woi anjir mau kemane lu?" tanya Satria begitu melihat Rayyan yang tiba-tiba meninggalkan kelas. "Maap ye Neng Sonya die mah begitu kagak tau sopan santun, maap ye kite duluan ye Neng? ampe ketemu lagi yak Samlekum," urai Satria panjang lebar kemudian berlari mengejar Rayyan yang sudah hilang dari pandangan.

Sonya kembali berdeham meraba dadanya yang semakin berdebar tak karuan, "menarik mari kita lihat sampe mana lo bakal menghindar," ucap Sonya dengan cengiran cantiknya.

Zyska masih berdiri mengantri pesanan ayam geprek ketika seseorang menepuk pundak nya yang membuat gadis itu terlonjak kaget, Zyska berbalik dan mendapati Rayyan dengan muka datar nya yang juga ikut mengantri dibelakang gadis itu.

  "Pesen makan aja pake ngelamun lo."

  "Suka suka gue lah resek lo," maki Zyska sedikit kesal.

Rayyan terkekeh sendiri, "jauh-jauh makan disini ngapain lo? mau cari Bang Bima."

Zyska mendelik dengan ujung mata kucingnya memperhatikan Rayyan dari kaki sampai kepala, menggunakan kaos putih dengan kemeja yang kesemua kancingnya dibuka serta kedua tangan baju yang sudah digulung sampai siku ditambah dengan topi putihnya membuat Rayyan terlalu menarik untuk Zyska lewatkan begitu saja.

"Apaa?" tanya Rayyan sedikit nyolot setelah dirasa Zyska memandangnya terlalu lama.

Zyska mendelik siap mengumpat.

"Pesenan lo."

"Hah?"

"Ck! itu pesenan lo Mail," maki Rayyan dengan gerakan cepat memutar tubuh gadis tersebut menghadap konter ayam geprek lagi.

"Iih jangan pegang-pegang," protes Zyska sambil menggeplak tangan Rayyan.

"Dih GR lu Toa!!"

Zyska mendelik siap memaki lagi.

"Bang Bima lu noh," tunjuk Rayyan dengan bibirnya. Zyska menoleh cepat mendapati Bima yang sedang berbincang serius dengan seorang gadis diujung meja kantin.

"Sama siapa ya Yan?"

"Mana gue tau."

"Ck!! samperin yok?"

"Lu aja sono."

"Oke, titip makanan gue ya noh Anin nungguin kalau dia nanya bilang gue sedang mempertaruhkan masa depan, bye. Thanks kulkas."

Rayyan masih terdiam mencerna setiap ucapan Zyska yang dilontarkannya dengan cepat.

Pemuda itu tak bergeming sampai suara sang penjaga konter makanan memanggilnya dan menyodorkan nampan makanan Zyska kepada dirinya, mau tak mau Rayyan mengambil pesanan Zyska dengan gelengan kepala.

"Kenapa gak ada yang waras sih? satu rumah suka seenaknya semua!!" oceh Rayyan judes.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status