Share

5. Masa lalu 2

"Gak usah kenal biar gak sayang"

~Zyska~

"Astaga hp mana hp," rutuk Zyska merogoh tas tangannya dalam-dalam, Kemudian menepok jidat dan berbalik kembali menuju kamarnya di lantai dua.

Tak berselang lama gadis mungil itu sudah berlarian kembali akan keluar rumah tapi kembali berhenti setelah sadar ada yang tertinggal lagi.

"Asemmm dompet? powerbank gue iih pengen banget nonjok lu Zyska, selebor banget lu anjir!!" umpat Zyska kembali, dan harus menaiki tangga menuju kamarnya lagi dilantai dua.

Rayyan yang kebetulan sedang duduk rapi didepan tv sedikit terganggu, pemuda tersebut mengerutkandahinya begitu melihat Zyska kembali berlarian menuju pintu rumah.

"Sekali lagi lo balik gua lempar," kata Rayyan judes.

Zyska berhenti menoleh dengan sadis, tepat dihadapan Rayyan.

"Yeee suka-suka gua lah, gak ngerugiin lo juga ya anying!!"

"Lu bolak-balik kaya setrikaan gitu lo bilang gak ganggu? lo mahluk sosial bukan? lo tau kan gimana caranya menghargai orang lain? lo belajar PPKN-kan?"

Zyska masih mendelik tak terima dioceh panjang lebar oleh Rayyan, "diih kaku banget hidup lo. Ngabisin waktu anjir ceramah gak jelas!!"

Rayyan menghela nafas kasar, berniat memasuki kamar pemuda itu sengaja melewati Zyska tepat dihadapan gadis mungil tersebut lalu menoyor Zyska pelan, dan menghilang dibalik pintu kamar.

"KAMPRET WOII RAYYAN!!! KEPALA GUA DIFITRAH YA ANAK DAKJAL SEENAKNYA LU TOYOR!!" teriak Zyska sambil menggedor pintu kamar Rayyan.

Pintu kamar terbuka diikuti keluarnya Rayyan dengan wajah datar. "Apaa?" tanya pemuda itu dingin.

Zyska tersentak karena berhadapan langsung dengan wajah datar Rayyan. "Apa lo bilang? enak aja lu noyor-noyor gue? siapa lo berani-beraninya!!"

"Gue? Rayyan. Kan barusan lo manggil gue, terus?!"

"Anjir__"

"Jangan dibiasain ngomong kasar, apalagi didepan cowok. Lama-lama lu jomblo kalau sadis begini, lo cewek sesuai kodrat mesti kalem, paham?" kata Rayyan kembali menoyor dahi Zyska pelan. Kemudian membanting pintu kamarnya tepat didepan hidung sang teman kos.

"Anak dakjal emang___"

"Woi ditungguin juga malah jadi patung didepan kamar orang," oceh Anin dari depan pintu.

Gadis macan tersebut sudah menunggu Zyska didalam mobil sedari tadi karena tak kunjung keluar rumah jadilah Anin menyusul masuk. "Buruan deh Ka, panas banget ini," umpat Anin kesal, kemudian menarik tangan Zyska untuk pergi dari depan kamar Rayyan.

"Lagian ngapain sih lo berdiri disitu, tumben banget? dia punya hutang?" tanya Anin penasaran.

"Bukan anjir!! masak gue disumpahin jomblo seumur hidup gara-gara gue bolak balik didepan dia?"

"Lo nya lagi cari perhatian dia kali tuh kaya si Matahari tiap hari nyiramin jalan biar dinotice anak-anak wisma."

"Enggak ya!! enak nyari duit dari pada nyari perhatian. Ngapain? kenyang kagak gila iya, tuh kek temen lu masih siang rusuh nyiramin jalan dinotice kagak tagihan PAM meledak."

Anin terbahak mendengar umpatan Zyska, Matahari langsung menoleh dengan alis naik sebelah menunjukan tinjunya kepada Zyska dan Anin yang dengan cepat masuk kedalam mobil, kemudian berlalu meninggalkan tatapan horor Matahari dan pekikan sok cantik gadis itu ketika ban mobil Anin dengan sengaja menyiprat genangan air yang dibuat sendiri olehnya.

Rayyan dan Bima baru saja pulang sholat dari Masjid, didepan rumah ada Zyska dan Matahari sedang jajan batagor.

Rayyan menepuk pundak Bima dengan pelan, Abang kosannya itu menoleh dengan dagu terangkat tanda bertanya.

"Jajanin gue batagor Bang," ucap Rayyan pelan.

Bima sudah mengernyitkan dahinya bingung.

"Ya itung-itung biar terlihat baik didepan gebetan lu bang. Lagi baik banget nih gue mau bantuin lo," ejek Rayyan dengan alis naik turun.

Bima semakin tak paham.

Rayyan menghampiri Zyska dan Matahari yang masih rusuh meracik batagornya dan dengan cepat pula Rayyan mengambil alih piring Zyska yang belum selesai gadis itu bumbui, Zyska melongok karena piring yang ada ditangannya tiba-tiba raib.

Gadis itu menoleh dengan mata mendelik, Rayyan sudah mengangkat dagu sembari memasukan satu suapan besar batagor kedalam mulutnya.

"Punya gue__" rintih Zyska dengan bibir mencebik.

Rayyan terkekeh sendiri, "beli lagi elaaah,tuh dijajani Bang Bima ambil yang banyak. Ini kan dikit lo gak bakalan kenyang, buruan sana," perintah Rayyan sambil masuk kedalam rumah.

"Ckckckck tumben-tumbenan si Rayyan menjadi mahluk sosial," ucap Matahari sambil memasuki rumah meninggalkan Zyska yang berdiri dramatis.

Zyska masih diam dengan bibir mencebik, Bima yang ada disampingnya sudah terkekeh geli baru paham apa maksud Rayyan tadi.

"Udah pesan lagi aja Dek, Abang yang jajanin."

Zyska menoleh dengan wajah meweknya yang membuat Bima mengacak gemas pucuk kepala gadis itu.

"Abang yang jajanin ya? bener?"

Bima mengangguk, "sekalian bumbuin punya Abang juga ya?"

Zyska mengangguk dengan mata berbinar, lalu memesan tiga porsi sekaligus untuk Bima satu dan untuk dirinya sendiri dua porsi.

Bima terkekeh geli bermonolog sendiri bersumpah akan mengejar perhatian Zyska sampai titik lelahnya karena Bima yakin saat ini Zyska hanya pura-pura tak tau bahwa didalam rumah sana Bima serta Khafi sedang bertarung dalam diam untuk memikat hatinya.

Dan,

Tanpa Bima juga tau takdir sedang tak berpihak kepadanya, maupun kepada sang lawan.

Karena suatu hari nanti bukan Bima yang kembali akan mengacak pucuk kepala sang adik kosannya.

"Bang, lo percaya cinta pandangan pertama gak?" tanya Bagas tiba-tiba.

Rayyan yang akan melemparkan bola basket kedalam ring langsung menoleh dengan alis bertaut. "Enggak," jawabnya singkat kemudian melanjutkan kembali permainan basketnya.

Bagas mengangguk mengiyakan, "terus sama Dea kemarin?"

"Jangan dibahas."

"Terpuruk bener kek nya sampe gak mau dibahas," ejek Bagas terkekeh.

"Emang mau ngapain ngebahas hal yang udah-udah?"

"Ya nggak apa-apa Bang, elaaah sensi banget lu lagi dateng bulan yak," ejek Bagas kembali cengengesan.

"Kalau udah selesai yaudah jangan dibahas-bahas lagi."

"Cuih, sok-sokan coba hitung kemarin-kemarin putus nyambung berapa kali hahahha."

Rayyan menoleh masih dengan wajah datar melempar bola basket dengan asal  hingga menghantam perut Bagas dengan keras.

"Anjir," maki sang pemuda bongsor tersebut.

"To the point, mau nanya apa lo?"

"Gila ya gue sama lo tuh Bang bestfriend banget kayaknya, gue gak ngasih clue apa-apa lu udah tau aja ckckckck," puji Bagas seraya menaikan kedua jempol tangannya.

Rayyan melengos malas.

"Lu kenal pasti Bang, katanya dia sering lihat lu sama Kakaknya."

Raga mengerutkan kening bingung. "Siapa?"

"Siapa ya lupa gue Bang, yang putih tinggi sering pake topi, Se... Sean kalo gak salah."

"Bang Sean?"

"Iya kali," ujar Bagas singkat. Keduanya sudah duduk dipinggir lapangan basket belakang rumah sekarang.

"Oh."

"Gitu doang?"

"Terus?"

"Sok ganteng lu Bang."

"Dari pada sok cantik?"

"Si anying hahahh, salamin balik gak nih? oh nama nya Sonya Bang."

"Terus?"

"Gue hantam juga ini lama-lama ngeselin."

"Enggak."

"Jual mahal lu, katanya yang udah-udah gak usah dipikirin giliran ada yang deketin malah gak mau."

Rayyan menghela nafas pelan, "gak semua patah hati harus diganti dengan hati baru Gas. Gua pengen serius kali ini buat apa pacaran lama-lama ujungnya bubar? udah lah capek yang begituan, cari yang bener-bener bisa lo ajak serius kalau hanya buat naikin gengsi buat pamer biar gak dikatain jomblo sama temen-temen lo juga buat apa?"

"Iye Bang iyeee ampun dah panjang bener, bukan ape-ape nih ye Bang gue takut aja yang modelan begini ini biasanya kalau udah cinta bakalan bucin," ejek Bagas cekikikan.

"Bucin pala kau," maki Rayyan sambil menggeplak pundak Bagas. "Buruan siap-siap Jumatan di masjid minggu kemarin lo bolong kan?"

"Hehehe."

Rayyan geleng-geleng melihat Bagas yang cengengesan tak karuan, pemuda itu cepat berlalu meninggalkan Bagas yang berlari kecil dibelakangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status