Share

3. Rayyan vs Zyska

"Kopi nya mbak."

"Thank," ucap Zyska tanpa menoleh ketika Acasia meletakkan kopi hitam tanpa gula di atas meja nya. Divisi keuangan sedang meeting kecil pagi ini, memperbaharui sistem kerja lama mereka yang agak extrim menurut Zyska saat ini.

"Pagi-pagi udah minum kopi aja mbak?" tanya Raka yang baru saja menarik kursi kerja nya agak mendekat ke arah meja Zyska.

"Ngantuk banget ini semalem begadang, laporan keuangan bikin ngeri," ucap Zyska agak bergidik.

"Ya mau gimana mbak. Kan mbak tahu sendiri kasus kemarin gimana, itu aja telat tahu nya. Coba kalau saya nggak ikutan kepo nggak bakal kebongkar itu kelakuan Pak Anton," kata Raka agak kesal. Zyska hanya menepuk-nepuk pelan pundak pria muda tersebut.

"Capek banget dengerin Raka itu mulu yang dibanggain," ejek Acasia yang ikut menarik kursi nya mendekati meja sang manager. "Mbak, hutang cerita loh sama saya," tagih Aca dengan cengiran lebar sampai-sampai gigi kelinci gadis tersebut terlihat jelas.

"Perasaan saya nggak janji apa-apa deh sama kamu," balas Zyska yang sudah melengos dan melanjutkan kembali kegiatannya.

"Itu loh mbak Pak Rayyan."

"Pak Rayyan?" tanya Raka agak kepo, Aca sudah mengangguk bangga. "Yang tingginya segini?" lanjutnya kembali sembari berdiri untuk menunjukkan betapa tingginya teman bos besar mereka tersebut.

"Udah-udah kenapa ngebahas yang nggak penting sih ini berdua."

"Mbak Zyska." Satu suara merdu memanggil dengan kepala yang menyembul dari pintu ruangan membuat ketiga orang yang berdebat sedari tadi menoleh serempak. "Dipanggil Pak Sean diruangannya."

Zyska mengangguk pelan mengiyakan, gadis cantik bersuara merdu tadi sudah melesat meninggalkan ruangan. Zyska merapikan beberapa berkas sebelum beranjak menuju ruangan bos besarnya.

"Jangan tegang mbak, Pak Sean baik kok."

"Siapa yang tegang?"

"Itu pucet?" ejek Raka terkekeh.

"Ngarang kamu, udah aah. Saya kesana dulu," pamit Zyska kepada kedua anak buahnya yang terkekeh berhasil menggoda sang Manager.

Zyska memasuki ruangan kerja bos besarnya dengan menghela nafas pendek, disana Sean Alfarizi duduk tak sendiri ada ArRayyan disana duduk dengan kaki bersilang, segelas kopi ditangan kanan dan tablet abu-abu tua yang diletakkannya diatas paha.

"Zyska Aleandra."

Zyska agak terkejut menoleh dengan senyuman tipis sementara Rayyan mengangkat kepala sesaat dengan kedua alis terangkat, Zyska melihat semuanya dengan ujung mata.

"Iya pak," ucap Zyska tegas.

"Sudah menikah?" tanya sang bos yang membuat Zyska agak cengok.

"Belum pak."

"Oh janda?"

"Hah? jomblo Pak."

Sean terkekeh sesaat setelah melihat Zyska yang bengong dengan senyum meringis menatap Sean dengan mata membola. "Jangan tersinggung saya cuma mau mastiin kalau teman saya nggak bohong," lanjut Sean masih terkekeh.

Zyska menoleh kearah Rayyan yang sedang mengirup kopinya, pria tersebut mengangkat kedua alisnya dengan dagu terangkat.

"Kenapa?" tanyanya polos. Zyska membuang muka kesal.

"Hubungannya sama saya apa Pak?" tanya Zyska cepat.

"Nggak, nggak ada," ralat Sean cepat menahan tawa.

Rayyan beranjak menghampiri Zyska yang berdiri tak jauh dari sofa, Rayyan berhenti dan berhenti disamping Zyska yang kembali menoleh kali ini dengan wajah cengok, Rayyan tersenyum mengembang melihatnya.

"Bukannya hampir menikah ya?" tanya Rayyan tanpa dosa.

Zyska rasanya ingin sekali menjitak dahi lebar pria tinggi ini tapi masih ditahannya karena Sean yang tak henti-hentinya terkekeh.

"Ada apa ya pak?" tanya Zyska akhirnya.

"Oh bukan saya yang cari kamu, Pak Rayyan yang cari kamu."

Zyska menoleh kesumber suara dengan kedua alis menyatu.

"Dia mau narik kamu buat ke perusahaan dia," ucap Sean terkekeh. Rayyan sudah mendelik karenanya.

"Memang bisa begitu pak?"

"Coba tanya kenapa?" lanjut Sean semakin bar-bar.

Zyska menoleh lagi kali ini dengan wajah polos serta mata jernih tang membola, Rayyan sampai mengerjap agak tak siap menyaksikan mata polos kesukaannya dulu.

"Jangan didengerin, saya nggak mungkin ngambil orang yang nggak pernah percaya sama orang," ucap Rayyan ketus setelah berhasil menguasai dirinya.

Zyska membola membalikkan tubuh dan menghadap Rayyan sepenuhnya, "saya juga nggak mau kerja sama orang yang nggak setia suka tebar pesona kemana-mana."

"Kamu ngatain saya?"

"Enggak, tapi nggak tahu kalau Bapak kesinggung!"

"Kamu mau saya ceritain gimana kamu dimasa lalu?!"

"Pak Rayyan juga mau saya ceritain gimana nggaj bangetnya modelan cowok kayak bapak dimasa lalu?!"

Sean terkekeh pelan menatap dua orang yang sedang beradu pandang dihadapannya saat ini.

"Sudah-sudah jangan bawa masa lalu kesini," ucap Sean menengahi.

"Siapa yang bawa masa lalu!!!" bentak keduanya bersamaan.

Zsyka dengan cepat menutup mulutnya setelah sadar siapa yang dibentaknya taei, "maaf Pak, saya kepancing."

Rayyan menoleh ketus menatap Zyska dari atas sampai bawah. "Ikan kali kepancing," saut Rayyan judes.

Zyska menghela nafas mengatur mood tak mau berdebat lagi dengan sang teman bos besarnya, "kalau nggak ada yang mau dibahas saya permisi dulu pak?"

Sean mengangguk pelan dengan senyum merekah, Zyska pun berpamitan tanpa menoleh kearah Rayyan yang sudah mendengus kesal.

Selepas sang gadis keluar ruangan lepas lah tawa Sean, pria tersebut menghampiri Rayyan yang sudah duduk dengan wajah datar rahangnya mengeras menahan emosi.

"Udah, kalau belum move on kejar dong. Itu udah dibantu tanyain kan statusnya apa?"

"Gua udah nanya duluan," jawab Rayyan ketus. Sean terkekeh pelan.

"Apapun yang terjadi di masa lalu lo Yan, kalau lo udah yakin kejar lah jangan malah lo ajak berantem."

"Siapa yang ngajak berantem? lagian lo kenapa si Bang pake acara manggil dia? kepo banget jadi orang."

"Ya kepo lah Yan, kenapa nih temen gue jadi rajin kesini dari pada ke kantornya," lanjut Sean semakin terbahak.

"Asemmm!!" balas Rayyan kesal.

"Kopi nya mbak."

"Thank," ucap Zyska tanpa menoleh ketika Acasia meletakkan kopi hitam tanpa gula di atas meja nya. Divisi keuangan sedang meeting kecil pagi ini, memperbaharui sistem kerja lama mereka yang agak extrim menurut Zyska saat ini.

"Pagi-pagi udah minum kopi aja mbak?" tanya Raka yang baru saja menarik kursi kerja nya agak mendekat ke arah meja Zyska.

"Ngantuk banget ini semalem begadang, laporan keuangan bikin ngeri," ucap Zyska agak bergidik.

"Ya mau gimana mbak. Kan mbak tahu sendiri kasus kemarin gimana, itu aja telat tahu nya. Coba kalau saya nggak ikutan kepo nggak bakal kebongkar itu kelakuan Pak Anton," kata Raka agak kesal. Zyska hanya menepuk-nepuk pelan pundak pria muda tersebut.

"Capek banget dengerin Raka itu mulu yang dibanggain," ejek Acasia yang ikut menarik kursi nya mendekati meja sang manager. "Mbak, hutang cerita loh sama saya," tagih Aca dengan cengiran lebar sampai-sampai gigi kelinci gadis tersebut terlihat jelas.

"Perasaan saya nggak janji apa-apa deh sama kamu," balas Zyska yang sudah melengos dan melanjutkan kembali kegiatannya.

"Itu loh mbak Pak Rayyan."

"Pak Rayyan?" tanya Raka agak kepo, Aca sudah mengangguk bangga. "Yang tingginya segini?" lanjutnya kembali sembari berdiri untuk menunjukkan betapa tingginya teman bos besar mereka tersebut.

"Udah-udah kenapa ngebahas yang nggak penting sih ini berdua."

"Mbak Zyska." Satu suara merdu memanggil dengan kepala yang menyembul dari pintu ruangan membuat ketiga orang yang berdebat sedari tadi menoleh serempak. "Dipanggil Pak Sean diruangannya."

Zyska mengangguk pelan mengiyakan, gadis cantik bersuara merdu tadi sudah melesat meninggalkan ruangan. Zyska merapikan beberapa berkas sebelum beranjak menuju ruangan bos besarnya.

"Jangan tegang mbak, Pak Sean baik kok."

"Siapa yang tegang?"

"Itu pucet?" ejek Raka terkekeh.

"Ngarang kamu, udah aah. Saya kesana dulu," pamit Zyska kepada kedua anak buahnya yang terkekeh berhasil menggoda sang Manager.

Zyska memasuki ruangan kerja bos besarnya dengan menghela nafas pendek, disana Sean Alfarizi duduk tak sendiri ada ArRayyan disana duduk dengan kaki bersilang, segelas kopi ditangan kanan dan tablet abu-abu tua yang diletakkannya diatas paha.

"Zyska Aleandra."

Zyska agak terkejut menoleh dengan senyuman tipis sementara Rayyan mengangkat kepala sesaat dengan kedua alis terangkat, Zyska melihat semuanya dengan ujung mata.

"Iya pak," ucap Zyska tegas.

"Sudah menikah?" tanya sang bos yang membuat Zyska agak cengok.

"Belum pak."

"Oh janda?"

"Hah? jomblo Pak."

Sean terkekeh sesaat setelah melihat Zyska yang bengong dengan senyum meringis menatap Sean dengan mata membola. "Jangan tersinggung saya cuma mau mastiin kalau teman saya nggak bohong," lanjut Sean masih terkekeh.

Zyska menoleh kearah Rayyan yang sedang mengirup kopinya, pria tersebut mengangkat kedua alisnya dengan dagu terangkat.

"Kenapa?" tanyanya polos. Zyska membuang muka kesal.

"Hubungannya sama saya apa Pak?" tanya Zyska cepat.

"Nggak, nggak ada," ralat Sean cepat menahan tawa.

Rayyan beranjak menghampiri Zyska yang berdiri tak jauh dari sofa, Rayyan berhenti dan berhenti disamping Zyska yang kembali menoleh kali ini dengan wajah cengok, Rayyan tersenyum mengembang melihatnya.

"Bukannya hampir menikah ya?" tanya Rayyan tanpa dosa.

Zyska rasanya ingin sekali menjitak dahi lebar pria tinggi ini tapi masih ditahannya karena Sean yang tak henti-hentinya terkekeh.

"Ada apa ya pak?" tanya Zyska akhirnya.

"Oh bukan saya yang cari kamu, Pak Rayyan yang cari kamu."

Zyska menoleh kesumber suara dengan kedua alis menyatu.

"Dia mau narik kamu buat ke perusahaan dia," ucap Sean terkekeh. Rayyan sudah mendelik karenanya.

"Memang bisa begitu pak?"

"Coba tanya kenapa?" lanjut Sean semakin bar-bar.

Zyska menoleh lagi kali ini dengan wajah polos serta mata jernih yang membola, Rayyan sampai mengerjap agak tak siap menyaksikan mata polos kesukaannya dulu.

"Jangan didengerin, saya nggak mungkin ngambil orang yang nggak pernah percaya sama orang," ucap Rayyan ketus setelah berhasil menguasai dirinya.

Zyska membola membalikkan tubuh dan menghadap Rayyan sepenuhnya, "saya juga nggak mau kerja sama orang yang nggak setia suka tebar pesona kemana-mana."

"Kamu ngatain saya?"

"Enggak, tapi nggak tahu kalau Bapak kesinggung!"

"Kamu mau saya ceritain gimana kamu dimasa lalu?!"

"Pak Rayyan juga mau saya ceritain gimana nggak bangetnya modelan cowok kayak bapak dimasa lalu?!"

Sean terkekeh pelan menatap dua orang yang sedang beradu pandang dihadapannya saat ini.

"Sudah-sudah jangan bawa masa lalu kesini," ucap Sean menengahi.

"Siapa yang bawa masa lalu!!!" bentak keduanya bersamaan.

Zsyka dengan cepat menutup mulutnya setelah sadar siapa yang dibentaknya taei, "maaf Pak, saya kepancing."

Rayyan menoleh ketus menatap Zyska dari atas sampai bawah. "Ikan kali kepancing," saut Rayyan judes.

Zyska menghela nafas mengatur mood tak mau berdebat lagi dengan sang teman bos besarnya, "kalau nggak ada yang mau dibahas saya permisi dulu pak?"

Sean mengangguk pelan dengan senyum merekah, Zyska pun berpamitan tanpa menoleh kearah Rayyan yang sudah mendengus kesal.

Selepas sang gadis keluar ruangan lepas lah tawa Sean, pria tersebut menghampiri Rayyan yang sudah duduk dengan wajah datar rahangnya mengeras menahan emosi.

"Udah, kalau belum move on kejar dong. Itu udah dibantu tanyain kan statusnya apa?"

"Gua udah nanya duluan," jawab Rayyan ketus. Sean terkekeh pelan.

"Apapun yang terjadi di masa lalu lo Yan, kalau lo udah yakin kejar lah jangan malah lo ajak berantem."

"Siapa yang ngajak berantem? lagian lo kenapa si Bang pake acara manggil dia? kepo banget jadi orang."

"Ya kepo lah Yan, kenapa nih temen gue jadi rajin kesini dari pada ke kantornya," lanjut Sean semakin terbahak.

"Asemmm!!" balas Rayyan kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status