Share

MARCO-POLO
MARCO-POLO
Penulis: Skandal_Jepit

MP-1. Begin

New York tahun 2070.

Gemuruh rendah yang dihasilkan mesin besar bergema dalam gelapnya malam. Dengan berbekal cahaya bulan sebagai penerangnya, terlihat samar sebuah helikopter melintasi langit malam.

Di dalam helikopter, sejumlah orang memasang wajah tegang, mengkhawatirkan suasana mencekam yang dihasilkan suara guntur yang mulai terdengar. Awan mendung yang menutupi sinar bulan, menandakan badai akan segera datang.

Mendadak, kilatan petir terlihat, dan hal tersebut diikuti dengan guncangan hebat helikopter.

"Marco! Visual!" teriak seorang lelaki dengan manik biru lautan yang berdiri tegap di pintu palka helikopter tipe kargo tersebut.

"Negatif, Polo! Tak ada kehidupan!" jawab seorang pria lain dari bangku kemudi helikopter bernama Marco. Mata merahnya yang fokus pada pemandangan di depannya dan tak menyadari bahwa co-pilotnya terlihat begitu tegang.

Pria benama Polo tersebut berdecak. Matanya menyipit saat merasakan udara dingin mulai menerpa tubuhnya dan membuat rambutnya terhempas seketika.

"Cari lokasi pendaratan yang aman! Kita lanjutkan pencarian begitu badai reda," tegas Polo seraya mengalihkan pandangan dari pemandangan mengerikan yang dipamerkan lokasi di bawah sana, sebuah dataran hancur-lebur yang sempat dipanggil sebuah ‘kota’. “Nanti, ketika—!”

Sebelum Polo menyelesaikan ucapannya, suara ledakan dahsyat mengejutkan awak dalam helikopter tersebut. Polo bergegas kembali ke pintu palka untuk mengintip.

"Polo! Tangkap!" teriak co-pilot sembari melemparkan teropong pendeteksi suhu panas dari tempat duduknya.

Polo langsung berjongkok dan menempelkan benda yang memiliki lensa berlapis tersebut di kedua matanya. "Ada manusia yang selamat!" teriaknya lantang mengejutkan semua orang.

Para pria berseragam hitam yang duduk di bangku helikopter segera berdiri dan mendatangi Polo.

"Hanya satu. Jangan buang waktu untuk menyelamatkannya, Capt!" tegas seorang pria bertubuh gemuk dari teropong suhu.

"Satu lebih baik daripada tidak sama sekali. Jika yang di bawah itu kau, apakah tak ada keinginan untuk diselamatkan?" jawab Polo melirik pria di sampingnya. Pria itu mengangguk pelan, terlihat malu.

Mendengar ucapan pria dengan wajah serupa dirinya itu—saudara kembarnya—Marco segera mengarahkan helikopter ke lokasi yang telah di tandai oleh Polo.

Polo melemparkan sebuah benda berbentuk tabung berwarna perak dengan dua katup di sisi kanan kiri memiliki lubang-lubang kecil seperti penyaring.

"Hah! Hah!" engah seorang gadis dengan rambut berwarna cokelat dikuncir kuda, berlari kencang menghindari kejaran sekumpulan orang yang terlihat buas dengan mulut berliur dan mata merah.

"Agh! No! No!" teriaknya panik yang sudah jatuh di atas tanah dan puing-puing bangunan di sekitarnya.

"Harrghhh!"

"Aaaaaa!"

Gadis itu meringkuk menutupi kepala dengan kedua tangan, pasrah dengan takdir kejam yang akan menentukan hidupnya.

Namun, mata gadis itu melebar seketika saat mendengar suara benda jatuh di dekat sepatu boots dan mengeluarkan bunyi nyaring memekakkan telinga.

Gadis tersebut melihat sebuah benda yang dikenalinya mengeluarkan asap pekat berwarna putih dari dua katup yang menyeruak di sekitarnya.

Gadis itu seperti mendapatkan kekuatannya kembali. Ia segera berdiri dan bergegas menaiki reruntuhan puing bangunan dengan besi mencuat dari fondasinya, bersembunyi di balik dinding keropos itu.

"Hah ... hah ... itu ...," engahnya dengan jantung berdebar kencang serasa akan meledak dan matanya langsung memindai ke atas langit.

Matanya menajam saat melihat seperti kumpulan burung besar berwarna hitam terbang menuju ke arahnya.

Senyum gadis tersebut merekah. Ia berdiri dan melambaikan tangan. Namun ....

"Aghhh!" teriaknya terkejut saat tiba-tiba tubuhnya di tarik ke belakang hingga ia terjungkal dari balik dinding dan kini terlentang di atas puing.

"Hargghhh!"

Mata gadis itu melebar dan ia segera merangkak mundur dengan cepat menggunakan kedua telapak tangan sebagai penumpu tubuhnya yang sudah kotor karena aksinya malam itu agar tetap hidup.

"Pergi!" teriaknya sembari melemparkan benda apapun yang bisa diraih dalam genggaman tangan ke tubuh seorang pria yang terlihat buas dan luka di sekujur tubuhnya.

Seketika, terdengar suara tembakan bertubi-tubi yang membuat gadis itu langsung memejamkan mata dan menutup kedua telinga, kembali meringkuk di atas puing agar tak terkena peluru tajam mematikan di dekatnya.

Suara langkah kaki terdengar seperti menginjak bebatuan yang berserakan di tempat tak bertuan tersebut.

"Periksa dia."

Mata gadis itu kembali terbuka meski tubuhnya gemetaran tanpa ia kehendaki. Ia membuka kedua tangan yang menutup telinganya dengan gugup.

Pandangannya terkunci pada sosok pria tampan meski terlihat berantakan dan kumal karena noda tanah di wajahnya.

"Bangun dan angkat kedua tanganmu!" perintah seorang lelaki berkulit hitam, mengarahkan senapan laras panjang ke tubuhnya.

Gadis itu perlahan bangun meski terlihat ragu. Ia kembali tertegun saat sebuah senter dengan lampu menyilaukan mata menyorot manik hijaunya.

"Buka mulut dan matamu! Jika kami melihat gejala, kau mati di tempat," tegas seorang pria berambut pirang dengan senter di tangannya.

Gadis itu melakukan yang diperintahkan dan mencoba untuk tenang. Namun, matanya kembali pada sosok pria yang berdiri di samping mayat menunjukkan wajah datar.

"Matamu biru. Apakah ... kau Polo? Pria yang disebut sebagai 'Penyelamat'?" tanya gadis itu yang praktis, membuat Polo menoleh seketika.

"Angin membawa berita palsu, Nona. Jika aku seorang penyelamat, seharusnya ... tak perlu ada kematian di tiap kota yang aku singgahi," jawabnya sembari berjalan mendekati sekumpulan pria yang terkena dampak gas berwarna putih hasil lemparannya dari atas langit.

Gadis itu nekat mendatangi Polo meski dihadang oleh para lelaki berseragam hitam.

"Bagiku kau tetap pahlawan. Kau menyelamatkanku. Kabar yang kudengar, kau mengumpulkan para 'Monster' untuk disembuhkan. Apakah ... kau berhasil melakukannya?" tanya gadis itu menatap Polo tajam yang berdiri memunggunginya.

Semua pria dari tim Polo saling melirik dalam diam. Polo membalik tubuhnya dan berdiri di kejauhan menatap gadis tak dikenalnya itu.

"Kabar terakhir yang kudapat, aku tak pernah mengumpulkan para monster untuk diobati. Aku bahkan tak tahu jika mereka bisa disembuhkan. Apa kau bermaksud memberikanku petunjuk? Siapa kau sebenarnya?" tanya Polo menyorotnya tajam.

"Irina Tolya."

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nia Ev Liana
aku hadir mbk Aju.. penasaran sama MP biar nyambung saat baca yg di sono ...
goodnovel comment avatar
Minthil She Judhezt
ketemu story' u twins junior e Lopez n Brian Thor
goodnovel comment avatar
Ty Niez
ini cerita anak'a sia ya le.. semangat le.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status