Bethany akhirnya bisa bernapas dan bersiap untuk mengomeli kekasihnya itu. Alex hanya tersenyum misterius dan menganggapnya lucu. "Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Bethany ketika sudah kembali pada akal sehatnya. "Apakah aku tidak boleh datang untuk menemui pacarku sendiri?" Bethany memutar bola matanya, ia memukul sedikit lengan Alex. Alex berpura-pura merintih kesakitan sambil terkekeh pelan. "Aku tidak tahu kau akan kembali dari makan malam penting itu. Bukankah seharusnya kau kembali ke rumah kita? Kenapa kau malah kembali ke kantor barumu hampir tengah malam begini?" Bethany menyipitkan matanya, ia menahan senyum karena fokusnya teralihkan pada dua kata yang baru saja Alex ucapkan. "Rumah kita?" *** Sejak Alex tahu bahwa ibunya akan melakukan segala cara untuk mencelakai orang yang menghalangi rencananya, Alex menjadi lebih protektif kepada Bethany. Ia segera menyuruh Bethany untuk tinggal bersamanya. Meski sebenarnya ia hanya men
Bethany mencoba menebak apa yang dikatakan oleh kliennya itu. Namun, sang penerjemah—yang belakangan ia ketahui bernama Anna—sudah menerjemahkannya kepada Vanessa. Vanessa terlihat pucat ketika mengetahui bahwa kliennya itu mengomentari penampilannya. Ia baru saja akan mengutuk kembali Bethany terhadap apa yang ia sudah lakukan pada pakaian sebelumnya. "Kau terlihat lebih anggun dengan pakaian tertutup," ucap wanita Arab itu yang memakai kain panjang menutupi sebagian besar tubuhnya kecuali area wajah dan tangan. Vanessa sedikit merasa lega setelah mendengar hal itu. Ia langsung berjalan duduk tepat di seberang wanita bernama Khadijah tersebut. Sepanjang rapat sebelum makan malam, Vanessa menerangkan dengan rinci project kerjasama mereka untuk memasarkan produk D'Amond di Arab Saudi. Yang diiringi sesekali oleh Anna di sebelahnya dalam terjemahan Bahasa Arab. Khadijah hanya mengangguk sesekali dan meminta hal penting yang belum pernah D'Amond lakukan sebelumnya. Ia memi
Bethany melihat senyum licik di wajah Vanessa. Ia tahu dirinya sedang diuji terkait keterbatasan bahasa. Dengan tenang, Bethany membuka kembali pintu yang ada di belakangnya. Lalu muncul seorang wanita berpakaian formal dan berkacamata. “Aku sedikit mendengarnya dari luar tadi. Dia menanyakan apakah kau sudah mempersiapkan makan malam untuk kliennya tersebut,” ucap wanita yang baru saja masuk itu sambil berbisik. Vanessa yang tampak kebingungan dengan orang asing yang tiba-tiba masuk ke ruang rapat khusus itu hanya menunggu Bethany mengatakan sesuatu untuk menjelaskan situasinya. “Saya sudah mempersiapkan makan malam para Tuan dan Nyonya yang ada di sini, Mrs. Godfrey.” ucap Bethany tersenyum puas. Vanessa terkejut ketika ia sadar bahwa Bethany mengetahui arti dari kalimat yang ia tanyakan dalam bahasa Mandarin tadi. Namun, ia tetap menahan diri untuk tidak bertanya lebih lanjut. Satu hal yang pasti, ia dengan sangat yakin mengetahui bahwa wanita asing di sebelah Bethany itu adal
Setelah mengetahui apa yang telah terjadi, Alex benar-benar tidak ingin bertindak gegabah. Ia tetap akan menjalankan apa yang ia dan Bethany telah rencanakan. "Seperti yang tadi kubilang. Aku ke sini untuk meminta bantuanmu, Dad." Alex menyodorkan secarik kertas berserta pulpen di depan ayahnya. Dominic mengambil kertas itu dan mengangkat alisnya. "Surat rekomendasi? Untuk siapa?" "Kau terlalu naif jika menganggap ibu tidak tahu tentang semua itu." "Apa yang kau ketahui tentang ibumu? Dia tidak-" "Apa yang kau ketahui tentang ibuku?" sela Alex dengan tegas. Dominic merasa terkejut dengan sikap Alex yang tiba-tiba berubah. Ia kembali melihat surat rekomendasi di hadapannya. Terdapat nama asing di atas kertas tersebut. Bethany Redwig. Ia langsung menyadari sesuatu. "Kupikir kau berkencan dengan Bella Redwig. Kenapa kau sampai salah mengetik namanya?" "Dari mana ayah tahu soal hubunganku dengan Bella Redwig?" Dominic terkejut. Bukan dengan pertanyaan yang Alex a
Dunia Alex rasanya diputarbalikkan begitu mendengar ayahnya mengatakan bahwa pria asing muda di depannya adalah kakaknya. Apakah ayahnya berselingkuh? Tidak, jika ibunya adalah istri pertama seharusnya dia lebih tua dari pria itu. Lalu? Ayahnya yang tadi merangkul pria muda yang ia sebut sebagai Danny itu mendekat ke arah Alex dan tiba-tiba memeluknya. "Maafkan Ayah." Hanya dua kata tanpa penjelasan tersebut ia dengar dari ayahnya pada hari itu. Sejak saat itu, Danny mulai tinggal di rumah mereka seolah ia bukan merupakan orang asing yang tiba-tiba muncul. Lebih anehnya lagi, ibunya—yang ia pikir akan membenci Danny, malah terlihat menyayangi anak itu. Ia bahkan lebih perhatian kepada ayahnya sejak saat itu. Beberapa kali ia memergoki ibunya diam-diam mempersiapkan kotak bekal untuk dibawa pergi. Yang pada saat itu ia pikir adalah untuk ayahnya. Hubungannya dengan Danny tidak baik juga tidak buruk. Bisa dibilang, ia tidak paham apa pun tentang Danny. Kadang, Danny t
Flashback, Alex berumur 14 tahun. "James! Aku menemukannya!" teriak Alex kepada koki muda yang sedari tadi sibuk mengejarnya. "Alex, apa kau mau aku dipecat? Makan malam kalian belum siap. Aku harus cepat kembali ke dapur." Alex mendesah lalu terduduk sambil memegang bola baseball yang baru saja ia temukan. "Percuma saja. Mereka tidak akan pulang. Malam ini pasti hanya ada aku dan beberapa pelayan seperti biasanya," ucapnya sambil menunduk memandangi rumput basah di bawahnya. James, satu-satunya koki muda berumur 18 tahun yang bekerja di kediaman keluarga Godfrey mendekatinya sambil melepas celana putih panjang yang ia kenakan. "Hei! Apa yang akan kau lakukan?! Aku tidak suka pria!" teriak Alex panik melihat teman yang bertaut empat tahun lebih tua darinya tersebut. James hanya terkekeh lalu tetap melakukan apa yang dilarang oleh majikan kecilnya. Alex membuang napas lega ketika melihat celana lain masih dikenakan James di balik celana putih seragamnya. James kem