Share

002

Janna terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya terutama areal wajah. Saat berusaha duduk, tubuh Janna tidak kuat sehingga kembali terhempas ke ranjang.

Janna menyapu pandangan, ia menduga bukan berada di kamp konsentrasi atau pelayanan kesehatan. Ini seperti di sebuah kamar milik pejabat stratum tinggi. Warna gelap mendominasi ruangan terkesan menakutkan bagi siapa pun yang berada di dalamnya.

Pintu terbuka, seberkas cahaya masuk ke dalam ruangan. Meski dilengkapi sinar lampu, tetapi tidak seterang dari luar. Seorang pria berjubah putih masuk.

"Halo Nona Janna Braun, Anda sudah bangun."

Janna menatap tanpa memberi ekspresi apapun.

"Saya Swayata Tan, kepala peneliti Kesultanan Yagondaza." Swayata menundukkan sedikit kepalanya.

Janna belum pernah sebelumnya bertemu dengan Swayata secara langsung, hanya mendengar nama yang dikenal masyarakat Yagondaza sebagai kepala peneliti yang bertugas mencari perempuan dengan pewarisan sifat unggul melalui peneletian untuk dinikahkan dengan stratum tinggi.

"Anda sedang berada di kediaman Jenderal Dominic, kepala militer Yagondaza. Seharusnya besok akan diselenggarakan prosesi peresmian hubungan Anda dengan Jenderal, bertepatan dengan usia Anda ke dua puluh tahun." Swayata menjeda ucapannya saat melihat Janna meringis berusaha bangun dari tidurnya.

"Kondisi Anda lemah, sebaiknya tetap berbaring."

Janna tetap berusaha bangkit sampai berhasil menyenderkan punggung di kepala ranjang. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Aku tidak sudi jadi kelinci percobaan kalian! Kalian hanya merendahkan perempuan!" sembur Janna meluapkan amarah dengan nafas tersengal-sengal.

Swayata Tan bergeming, memproses ucapan Janna yang emosional. Swayata tersenyum dengan tenang memberi jawaban.

"Anda pasti tahu keputusan negara tidak dapat diganggu gugat. Meskipun Anda dari stratum Royusha, kesultanan memilih Anda menjadi pengantin Jenderal Dominic. Seharusnya senang, ini impian semua perempuan dari kalangan Anda."

Janna bisa menarik kesan kalau dirinya direndahkan oleh Swayata yang berasal dari stratum Rowna, dua jenjang lebih tinggi dari Janna.

"Persetan dengan impian orang lain, kebebasanku lebih utama." Janna masih kuat dengan prinsipnya.

"Sebaiknya Anda tenangkan diri Nona Braun agar lekas pulih. Sebut saja, ini pengorbanan diri untuk kesultanan Yagondaza. Acara pernikahan dengan Jenderal Dominic Freud akan diselenggarakan sepekan dari sekarang."

"Kalian memang brengsek!" teriak Janna saat Swayata keluar dari ruangan isolasi.

Janna menangisi nasib buruknya, ia tidak menyangka terpilih sebagai perempuan dengan pewarisan sifat yang dianggap unggul untuk dinikahkan dengan kepala militer. Awalnya, Janna dan kawan-kanannya rela hati mengikuti tes pewarisan sifat sebab hal itu lumrah di Kesultanan Yagondaza bagi perempuan jelang usia dua puluh tahun.

Perkiraan Janna sebagai perempuan dari stratum Royusha, kaum terendah, yakin tidak memiliki apa yang dicari oleh kesultanan. Malangnya, Janna keliru dengan prediksinya.

Tangisan pilu Janna di ruangan isolasi hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Berada jauh dari rumah membuat Janna kesepian seolah-olah di ujung usia hidupnya. Janna merasa mau mati saja.

Swayata diberi izin masuk oleh Dominic usai pertemuan dengan perwira petinggi militer Kesultanan Yagondaza.

"Aku ingin kedatanganmu membawa berita baik," ucap Dominic dari meja kerjanya, ia hanya melirik Swayata sekilas.

"Sepertinya calon istri Anda masih berkeras tidak menerima pernikahan ini, Jenderal" ucap Swayata mengabaikan permintaan Dominic. Meskipun berasal dari stratum berbeda dan jarak usia yang jauh, mereka berdua terbilang dekat seperti keluarga.

Swayata yang berusia lebih tua dua puluh lima tahun dari Dominic, tidak segan untuk memberi masukan dan kritik tegas. Swayata mengenal Dominic semenjak bayi, kala itu ayah Dominic menjabat kepala militer.

"Berita buruk."

"Anda harus bersikap lunak padanya, Jendral, bila menginginkan dia menuruti perkataan Anda."

Dominic menggulung peta yang sedang dipelajari untuk memperluas kekuasaan sultan di wilayah pendudukan lain.

"Telah ku katakan padamu, aku tidak pernah menginginkannya. Dia bagai binatang liar dan bringas, bahkan dia meludahiku saat menangkapnya," gerutu Dominic. "Ganti saja dengan perempuan lain," ucap Dominic enteng.

"Mengganti calon istri tidak semudah mengganti jabatan perwira militer, Jenderal. Ini ketetapan kesultanan, setiap calon istri pejabat militer ditentukan melalui serangkaian uji pewarisan sifat. Nona Braun sangat cocok dengan Anda."

Dominic berdiri dari kursinya lalu berjalan lalu lalang di hadapan Swayata sembari menautkan kedua tangannya ke belakang. "Karirku cemerlang, tapi tidak dengan kehidupan pribadi."

"Lagipula usia Jenderal terpaut lima belas tahun lebih tua darinya, seharusnya Anda terlatih menghadapi calon istri yang masih belia, Jenderal."

"Kalau kau mengatakan prajurit dan perwira, aku bisa mengatasi mereka dalam waktu singkat. Sudah ku katakan, gadis itu bak binatang liar! Tidak terbayangkan sikapnya setelah menyandang status istri kepala militer." Dominic menjadi kesal sendiri sebab Swayata seolah-olah menyalahkan dirinya.

"Jenderal, saya hanya ingin mengingatkan peraturan militer Kesultanan Yagondaza bahwa keturunan dari perempuan yang akan Jenderal nikahi sesuai hasil pengujian, haruslah menjadi istri Anda dan keturunannya akan meneruskan perjalanan militer keluarga Freud."

"Ribuan kali kau telah mengatakannya kepadaku." Dominic sungguh kesal hati lantas berdiri ingin menjauh dari Swayata menuju pintu.

"Saya harap Anda jangan terlalu mengerasi gadis itu, Jenderal," tutup Swayata.

Dominic menghabiskan waktu ke ruang persenjataan di wilayah Pamdos, areal militer. Berkeliling mengamati senjata laras pendek, panjang, hingga pedang.

Malam menjelang barulah Dominic kembali ke kediaman bersama dengan pengawal pribadinya. Dominic langsung menuju ke kamarnya untuk membasuh diri dan berganti pakaian.

Setelah itu, ia menuju ke ruang makan megah. Seperti biasa, Dominic hanya sendirian menikmati makan malam.

"Selamat malam Tuan, saya ingin melaporkan Nona Braun sedari pagi menolak makan. Seharian ini --"

Dominic mengangkat tangan kirinya menyetop perkataan pelayanan yang bertugas melayani Janna.

Belum ada makanan yang masuk ke dalam perut Dominic, ia meminta pelayan kembali ke dalam kamar isolasi Janna. Dominic membuntuti sang pelayan. Pelayan tidak berani menolak perintah Jenderal tertinggi di Yagondaza, meskipun ia telah diusir oleh Janna saat mengantar makan pagi, siang, dan malam.

"Sudah ku katakan, aku tidak akan memakannya!" teriak Janna pada pelayan yang kembali ke kamar isolasinya.

"Tinggalkan kami berdua," perintah Dominic. Pelayan menunduk lalu berjalan keluar usai menutup pintu.

Janna memandang tajam penuh kebencian pada Dominic. Janna yang berasal dari keturunan kaum pemberontak lokal sedari kecil ditanamkan rasa tidak suka terhadap militer Yagondaza, sebab keluarganya banyak tewas di tangan militer Yagondaza di masa lalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status