Home / Romansa / MELEPAS BENALU / Bab 1 - Ketahuan.

Share

MELEPAS BENALU
MELEPAS BENALU
Author: Azzila07

Bab 1 - Ketahuan.

Author: Azzila07
last update Last Updated: 2022-02-07 10:21:44

 

Aku tersenyum lega, semua pekerjaan sudah rampung sebelum waktu yang sudah ditargetkan. Kupandangi benda pintar yang tergenggam di dalam tangan, sepertinya tak perlu mengabari Mas Ronald jika hari ini aku pulang lebih awal.

 

Aku bekerja sebagai admin di salah satu Bank swasta. Sementara Mas Ronald menerusi usaha Papah ku, mengelola sekaligus menjaga toko matrial yang sejak dulu menjadi usaha keluarga besarku.

 

Mobil melaju menuju toko matrial, tak lupa membawakan makanan khas Korea kegemaran suamiku. Mas Ronald pasti akan senang, melihatku yang tiba-tiba ada dihadapannya. Belakangan ini aku sering pulang telat, sebab tuntutan pekerjaan. Dan itu selalu dikeluhkan olehnya.

 

Ada yang aneh saat aku tiba didalam toko, semua karyawan mendadak gugup, seperti terkejut melihat kedatanganku.

 

"Lala ... Pak Ronald ada?" tanyaku pada karyawan yang terpaku didepan meja kasir.

 

"A-ada Bu ... di dalam," ucapnya terbata, sambil menunjuk ruangan suamiku. Aku tersenyum ramah lalu meletakan beberapa plastik putih berisi makanan dimeja kasir.

 

"Di bagikan untuk yang lain, aku beli banyak," ucapku disertai senyuman. Lala hanya mengangguk, tangannya bergetar ketika meraih plastik yang kuberikan.

 

"Kamu sakit?" tanyaku seraya mengamati perubahan wajahnya yang terlihat memucat.

 

"Ti-dak Bu ..." jawabnya sambil memaksakan senyum.

 

"Jangan terlalu capek, kalau sakit istirahat saja." saranku.

 

"Iya Bu."

 

Aku tersenyum ramah dan berlalu dari hadapannya. Langkahku menuju ruangan, Mas Ronald tak sabar ingin melihat wajah tampannya. Saat ingin membuka pintu aku mendengar suara manja seorang perempuan dari dalam. Aku terkesip sesaat lalu mendorong pintu dengan pelan.

 

Tubuhku membeku di tempat, saat melihat pemandangan luar biasa yang ada didepanku. Seorang perempuan bergelayut manja sedang terduduk diatas pangkuan suamiku.

 

Perempuan itu sangat agresif, dia bahkan tak segan membelai serta mencium pipi suamiku.

 

Badanku bergetar hebat, Mas Ronald dengan buas menyegrap tubuh sintal itu. Hingga suara teriakan menjijikan menggema di dalam ruangan.

 

Tak tahan. Aku sungguh muak!

 

Lava panas seolah membakar hati dan jiwa raga. Gigiku bergelutuk kuat dengan nafas yang memburu. Langkahku melebar berjalan cepat kearah dua manusia, tanpa otak dan tanpa malu itu.

 

Tanganku langsung merenggut kuat rambut hitam panjang yang terurai itu. Hingga suara kenikmatan yang keluar dari bibirnya berganti dengan lolongan mengerikan.

 

"Aaa ... Lepas!"

 

Aku terus mencengkram, hingga tubuh itu mengikuti gerakkan tanganku. Tamparan serta pukulan terhantam kuat diwajah dan tubuhnya. Aku seperti kerasukan setan, mengamuk membabi buta.

 

Jerit serta teriakan histeris menggema didalam ruangan, perempuan binal itu meraung kesakitan.

 

"Tolong ... Mas," rintihnya seraya mengulurkan tangan. Memohon bantuan pada pasangan mesumnya.

 

"Mati kau lacuur!!" desisku sambil mengehempas kasar tubuh tak berdaya itu.

 

"Astrid ..." bergetar, Mas Ronald menyebut namaku. Aku langsung menoleh kearahnya, Mas Ronald melangkah mundur, dengan wajah yang memucat.

 

"Jadi begini, kau dibelakangku!" geramku dengan mata yang melotot tajam.

 

"Sa-yang ... dengarkan, Mas dulu." Mas Ronald berusaha membujukku.

 

"Dengarkan? Apa yang harus aku dengar, saat mataku melihat dengan jelas!!" teriakku menggelegar.

 

Mas Ronald terlihat fustasi, matanya terpejam sambil mencengkram rambutnya sendiri.

 

"Aku khilaf ... aku salah, aku minta maaf." cicitnya bertubi-tubi, bak dentuman hebat yang bergenderang dijantungku.

 

Kaki ini melangkah mendekatinya, dengan cepat aku meraih laptop yang bertengger diatas meja lalu menghantam kuat ke rahangnya.

 

"Arghhhh!"

 

Mas Ronald tersungkur seketika, tetesan darah mengalir dari mulutnya. Hatiku belum puas melihatnya merintih kesakitan, di mataku rintihan itu seolah kekehan yang membodohiku.

 

Aquarium bundar berukuran sedang berisi ikan mas koki berwarna orens, peliharaan kesayangan Mas Ronald sekaligus sebagai pemanis ruangan aku renggut. Mengangkatnya tinggi-tinggi dan kutimpahkan diatas kepala suamiku.

 

Suara pecahan kaca beradu dengan kepala terdengar keras. Mas Ronald menatap nanar dengan raut ketakutan, tangannya terangkat menyentuh rambut plontosnya. Dia memekik keras, saat meraba banyak serpihan kaca yang menancap dikepalanya. Darah mengucur deras, Mas Ronald menadah memegangi kakiku.

 

"Aa-mpun ...."

 

Aku tersenyum sinis melewatinya, lalu menginjak ikan mas koki kesayangannya yang menggelepar diatas keramik granium.

 

Cassshhh.

 

Sekali pijak, isi perut ikan itu berhamburan keluar. Kunikmati ekspresi sedih bercampur kacau balau dari wajah suamiku.

 

"Kemasi semua barang-barangmu, sebelum nasibmu sama seperti ikan tak berguna ini." ucapku datar dengan wajah dingin tak berperasaan.

 

***ofd.

 

Menegangkan bukan?

 

Mohon ikuti akun Azzila07 ya. Karna cerita seru akan tayang setiap hari.

 

Salam hangat.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (20)
goodnovel comment avatar
Heni
gak suka sadisnya, ga jadi baca psikopat. Knp ikan diinjek. Skip ga suka
goodnovel comment avatar
Leynar VaryssaYaryanan
Dasar suami tudak tau diri, bukanngurus kerja malah berselingkuh dasar laku laki brengsek
goodnovel comment avatar
Romeo As Romeo
koq aneh, siapa yg slh kenapa ikan yg di bunuh...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MELEPAS BENALU   Bab 80 - Special.

    Pov Author."Gimana, beres?" tanya laki-laki berbadan tegap dengan gawai ditelinga."Beres, Boss. Aman. Semua sesuai dengan rencana." jawab suara serak diujung sana.Laki-laki dengan janggut tipis itu tersenyum puas, lalu memutuskan sambungan telepon."Cih! Sampah! Ditolong, malah menikamku!" desis laki-laki tampan itu."Boss Setyo, ada paket." terdengar suara teriakan dari balik pintu. Laki-laki itu menaruh gawai diatas meja kerja, lalu bangkit dari kursi kebesarannya."Ini, Boss." Yadi, karyawan baru pengganti Ronald menyodorkan amplop tebal berwarna coklat."Ya." jawab Setyo, sambil mengangkat kepala. Yadi mengangguk, lalu kembali melanjutkan pekerjaan."Ckckck, rapih juga cara kerjanya." gumam Setyo sambil merobek ujung amplop, lalu menarik isi didalamnya.Senyum miring tercipta saat Setyo melihat isi amplop, sedetik kemudian bibirnya tersenyum dengan lebar."Ini belum apa-apa," gumamnya pelan. "Setelah ini ak

  • MELEPAS BENALU   Bab 79 - Extra Part

    Pov Sekar."Ha-lo Mbak," suara Rikhi terdengar saat aku menggeser tombol hijau dan menaruhnya ditelinga."Iya, Khi. Gimana Mas Ronald, sudah aka kabar?" cecarku cemas. Hampir satu minggu, Mas Ronald tidak bersua kabar. Istri mana yang tidak khawatir saat tak mendangar kabar beritanya."Mbak," suara Rikhi kembali terdengar tapi kali ini terdengar bergetar disertai isakan."Ada apa, Khi?" aku semakin penasaran."Mas Ronald ..." hawa dingin langsung menyelusup tengkuk leher, mendengar suara Rikhi yang menyebut nama suamiku dengan tersendat-sendat membuat fikiran buruk langsung menjalar difikiran."Mas Ronald kenapa, Khi. Kamu yang benar dong kalau bicara, jangan begini!" aku mulai panik, kehilangan sabar."Mas Ronald sudah tiada, Mbak. Huhu."Tubuh langsung bergetar hebat, kepala berdenyut tak sanggup mencerna kalimatnya."Mbak ..." suara Rikhi kembali terdengar. Aku hanya diam dengan dada yang bergemuruh hebat.Mas

  • MELEPAS BENALU   Bab 78 - Tamat.

    Aku memekik tertahan, tubuhku meremang seirama dengan rasa nyeuri yang luar biasa disekujur badan. Laki-laki itu menatap datar, gerakannya semakin kuat menancapkan belati diperutku.***Ofd.Pov Astrid"Saya terima nikah dan kawinnya Astrid Anandia binti Bapak Santoso Permana, dengan mas kawin satu set emas seberat lima puluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Dengan satu tarikan nafas, Edwin mengucap janji suci. Hatiku bergetar seiring dengan serempaknya kata 'saaahhh' yang menggema disetiap sudut masjid."Alhamdulillah ..."

  • MELEPAS BENALU   Bab 77 - Ketahuan.

    Laras langsung menarik selimut, tubuhnya bergetar hebat memandang sosok yang ada dihadapannya.Sementara aku, nafasku tercekat tubuhku membeku tidak dapat bergerak saat sorot itu menatap tajam kearahku."Gua kira kita temen," desis Setyo mengagetkanku.Lidah begitu kelu, aku kehilangan kata-kata. Tubuh bergetar hebat, saat melihat dua laki-laki berbadan tegap masuk kedalam kamar."Yo ... gue bisa jelasin ini semua." tuturku dengan jantung yang berdebar kencang."Jelasin?" Setyo menatap remeh, lalu terkekeh setelahnya. "Gimana tubuh istri gue, nikmat?" Setyo melangkah maju mendekatiku.Aku terdiam, menoleh kearah Laras."Gue bantu kesusahan lo. Tapi ini balasannya?" api kemarahan berkobar-kobar dimatanya."Yo," aku berusaha menahan tubuhnya yang semakin mendekati."Setan lo!!"Bugh ... bugh.Pukulan bertubi-tubi menghantam wajahku, aku tak ing

  • MELEPAS BENALU   Bab 76 - Terkejud.

    Ada uang disayang, tak ada uang dicemberutin.Nasib ....***Ofd"Mas berangkat dulu," aku mengulurkan tangan, membiarkan Sekar mencium punggung tanganku."Hati-hati," ucapnya sambil melempar senyum. Aku menganggukkan kepala, lalu mengusap lembut wajah Mutia dengan lembut."Ayah kerja dulu ya," bisikku ditelinga bayi berusia satu bulan itu.Aku langsung keluar rumah, melajukan kendaraan roda dua menuju tempat kerja.Butuh waktu empat puluh menit untuk sampai dirumah Setyo, aku lihat Boss Setyo sudah duduk dikursi teras rumah sambil menyeruput kopi hitamnya."Ngopi, Boss?" tanyaku setelah memarkirkan motor dihalaman luas milik Laras. Ya setahuku begitu, rumah dan usaha yang digeluti Setyo adalah warisan dari mertuanya yang berarti punya Laras."Hmm ..." Setyo hanya bergumam, sambil mengangkat cangkir kopi dan kembali menyeruputnya."Ngirim barang kemana har

  • MELEPAS BENALU   Bab 75 - Pulang Kerumah.

    "Cucu Ibu perempuan, dia cantik seperti Mamahnya," suster menyahut.Ibu terperangah, wajah penuh harapnya berubah keruh."Silahkan, Bapak." suster berjalan mendahuluiku, memberi jalan agar aku mengekorinya.Kulihat Ibu tertunduk lesu, tak ada gairah sama sekali.Bayi mungil didalam box bayi bergeliat, wajahnya benar-benar menyerupai Sekar. Hatiku terenyuh saat tangan ini bersentuhan dengan wajah merahnya.Kulantunkan takbir, bibirku bergetar saat melihat bayi itu membuka matanya. Entah mengapa aku jadi mengingat dosa, dosa kepada Astrid dan Sekar karna sudah mengkhianati kedua.Selesai mengadzankan bayi mungil itu, aku memutuskan untuk keluar dari ruangan. Rasa sesak menghimpit hati, merobek-robek relung jiwaku. Aku tidak tahu apa yang membuat hatiku serapuh ini, yang aku tahu aku sudah terlalu banyak berbuat dosa."Ibu mau kemana?" tanyaku saat melihat Ibu dan Zeky berjalan meninggalkan kursi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status