Home / Romansa / MELEPAS BENALU / Bab 6 - Benalu.

Share

Bab 6 - Benalu.

Author: Azzila07
last update Last Updated: 2022-02-07 10:56:28

"Beraninya kau mengotori wajahku!!" geramku tak terima. Mataku memanas, nafasku memburu. Tak menyangka Mas Ronald bisa berbuat kasar padaku.

 

"Pergi sekarang!" sentakku geram, gigiku bergelutuk nyaring pertanda amarah sudah memenuhi rongga dada.

 

Mas Ronald menggeleng kuat, tubuhnya meluruh bersimpuh memegangi kakiku.

 

"Pergi! Kita cerai sekarang juga!" teriakku menggelegar.

 

"Jangan, As ..." pegangannya semakin erat dikaki ini.

 

"Kasihan Naura, dia pasti terluka jika tahu orangtuanya berpisah." sambungnya.

 

Aku benar-benar muak, beraninya dia menyeret Naura dalam masalah ini. Otakku mendidih seketika, menarik nafas dalam-dalam, bersiap melayangkan kaki sekuat tenaga.

 

Bugh!

 

"Aaaa ...."

 

Mas Ronald terjengkang, memekik kesakitan saat kepalanya menghantam sudut meja.

 

"Kurang ajar, kamu Astrid!" teriak Sekar sambil menghambur kearah suamiku.

 

"Kamu tidak apa-apa, Mas?" tanyanya panik.

 

"Diam kamu. Ini semua karna ulahmu!" rutuk Mas Ronald sambil menyentak tangan, Sekar.

 

"Mas ... a-aku," Sekar menatap nanar, tergagap di sentak, Mas Ronald.

 

"Astrid dengar ..." Mas Ronald menjeda kalimat, mengatur nafas yang tersenggal-senggal.

 

"Aku tidak sengaja, As ... sungguh, aku menyesali semuanya." rengeknya tak tahu diri.

 

Tidak sengaja? Enak saja. Papah saja tidak pernah mencubitku. Dia sebagai suami yang gagal, berani sekali menamparku. 

 

"Kita cerai ..." ucapku melemah.

 

"Jangan, As ..." wajah Mas Ronald mendongak, mengiba padaku. 

 

"Ronald!!" Sentak Ibu sambil menarik tangan Mas Ronald.

 

"Berdiri ... jangan merusak harga diri demi perempuan bodoh ini. Bikin malu!!" sungutnya berapi-api.

 

"Bu ... Ronald masih cinta sama Astrid," ucap Mas Ronald.

 

"Sudahlah ... jangan mengemis seperti itu. Kamu itu kepala rumah tangga. Harus tegas dengan istri." sentak Ibu, bibirnya komat-kamit tidak jelas.

 

"Bu ... tolong, ini hidupku. Berhenti ikut campur!" teriak Mas Ronald tepat diwajah Ibunya.

 

Mulut Ibu menganga, terkejut dengan aksi Mas Ronald yang diluar kendali. Nafas Ibu terlihat sesak, dia mundur satu langkah sambil memegangi dadanya.

 

"Aku sudah menuruti Ibu untuk menikah dengan Sekar, sekarang apa lagi Bu!" suara Mas Ronald melemah, matanya memerah dipenuhi genangan air mata.

 

Oh jadi Ibu yang merencanakan ini semua. Licik sekali. Sebegitu bencinya kah Ibu padaku? Tak ingatkah dia siapa yang memberinya makan selama ini.

 

"Kenapa masih disini? Keluar kalian semua," ucapku muak, memutuskan drama yang diciptakan mertua juga anak dan menantu barunya. Tanganku menunjuk kearah pintu, mengisyaratkan agar mereka segera angkat kaki dari sini.

 

"Wanita seperti ini yang kamu cintai. Yang tega mengusir Ibumu sendiri?" suara Ibu bergetar, tetesan bening mulai mengalir dipipinya.

 

Cih ... merasa ter'dzolimi padahal sebaliknya. Mana mungkin aku mengusir tanpa sebab.

 

"Mas akan kembali ... tenangkan dulu pikiranmu," ucap Mas Ronald padaku.

 

"Hah ... apa aku tidak salah dengar. Kembali katamu?" tanyaku dengan sorot tak percaya.

 

"Ya ... kita tunggu semua tenang, masalah ini bisa kita selesaikan secara baik-baik. Seperti sebelumnya," jawabnya tanpa beban

 

Aku mendengkus kesal. Tak habis pikir dengan apa yang ada didalam kepalanya. Aku rasa sebagian otaknya sudah rusak, tak lihatkah dia ekspresi wajah dan cara aku berbicara. Apakah aku menginginkan dia kembali?

 

Sama sekali tidak!

 

Masalah ini bukan hanya aku dan Ibunya. Tapi melibatkan dia juga selingkuhannya. Mana mungkin bisa dibicarakan dengan baik-baik. Mustahil!

 

"Pergi ... akan aku urus semua surat cerai kita," sahutku.

 

Mas Ronald menghela nafas, menatap wajahku lekat. "Tidak ada yang akan bercerai, kita bisa hidup rukun bersama-sama." ucapnya percaya diri.

 

Aku mendecih sinis, ingin sekali aku menikamnya. Namun energiku seakan melemah, kenyataan ini membuat tenagaku habis tak tersisa. Aku benar-benar tidak menyangka, Ibu mertualah yang menyokong pengkhianatan ini.

 

Sorotku kini beralih pada Ibu, menatap lekat bola matanya dan mengitari tubuh gempalnya. Sorotku berhenti tepat dilehernya.

 

Kalung liontin berinisial namanya tergerai indah dileher keriputnya, aku jalan mendekat melangkah maju kearahnya.

 

Sekali hentak, kalung itu sudah berada didalam genggamanku. Perempuan tua itu menjerit, memegangi lehernya.

 

"Dasar pencuri. Kembalikan!" geramnya dengan mata yang nyaris saja keluar dari tempatnya.

 

"Tidak!" sahutku tegas. "Kalung ini aku yang beli, sudah sepatutnya aku mengambilnya kembali." sambungku.

 

"Ronald yang beli, bukan kamu!" bantahnya dengan tatapan menyalang.

 

"Iya memang benar anakmu yang beli," sahutku dengan senyum miring.

 

"Tapi uangnya ... tentu saja hasil mengemis padaku." sambungku dengan tatapan meremehkan.

 

***Ofd.

 

Hai-hai sudah subcribe akun Azzila07 belum. Yuk ah, di cublik dulu agar kamu dapat notip saat aku update bagian cerita terbaru.

 

Cublik semua bukunya juga ya ❤️

 

Jangan lupa vote bintang lima ya.

 

Salam hangat. 🤗🤗

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Sudarsih Iskandar
asyik jg buat hiburan dikala santai
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
mertua gila ronal bodoh ,jalang gatal,akhirnya cerai dan usir demi kewarasan astrid
goodnovel comment avatar
Sidik 53
makin jelek aja novel ini. makin jelek makin pelit
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MELEPAS BENALU   Bab 80 - Special.

    Pov Author."Gimana, beres?" tanya laki-laki berbadan tegap dengan gawai ditelinga."Beres, Boss. Aman. Semua sesuai dengan rencana." jawab suara serak diujung sana.Laki-laki dengan janggut tipis itu tersenyum puas, lalu memutuskan sambungan telepon."Cih! Sampah! Ditolong, malah menikamku!" desis laki-laki tampan itu."Boss Setyo, ada paket." terdengar suara teriakan dari balik pintu. Laki-laki itu menaruh gawai diatas meja kerja, lalu bangkit dari kursi kebesarannya."Ini, Boss." Yadi, karyawan baru pengganti Ronald menyodorkan amplop tebal berwarna coklat."Ya." jawab Setyo, sambil mengangkat kepala. Yadi mengangguk, lalu kembali melanjutkan pekerjaan."Ckckck, rapih juga cara kerjanya." gumam Setyo sambil merobek ujung amplop, lalu menarik isi didalamnya.Senyum miring tercipta saat Setyo melihat isi amplop, sedetik kemudian bibirnya tersenyum dengan lebar."Ini belum apa-apa," gumamnya pelan. "Setelah ini ak

  • MELEPAS BENALU   Bab 79 - Extra Part

    Pov Sekar."Ha-lo Mbak," suara Rikhi terdengar saat aku menggeser tombol hijau dan menaruhnya ditelinga."Iya, Khi. Gimana Mas Ronald, sudah aka kabar?" cecarku cemas. Hampir satu minggu, Mas Ronald tidak bersua kabar. Istri mana yang tidak khawatir saat tak mendangar kabar beritanya."Mbak," suara Rikhi kembali terdengar tapi kali ini terdengar bergetar disertai isakan."Ada apa, Khi?" aku semakin penasaran."Mas Ronald ..." hawa dingin langsung menyelusup tengkuk leher, mendengar suara Rikhi yang menyebut nama suamiku dengan tersendat-sendat membuat fikiran buruk langsung menjalar difikiran."Mas Ronald kenapa, Khi. Kamu yang benar dong kalau bicara, jangan begini!" aku mulai panik, kehilangan sabar."Mas Ronald sudah tiada, Mbak. Huhu."Tubuh langsung bergetar hebat, kepala berdenyut tak sanggup mencerna kalimatnya."Mbak ..." suara Rikhi kembali terdengar. Aku hanya diam dengan dada yang bergemuruh hebat.Mas

  • MELEPAS BENALU   Bab 78 - Tamat.

    Aku memekik tertahan, tubuhku meremang seirama dengan rasa nyeuri yang luar biasa disekujur badan. Laki-laki itu menatap datar, gerakannya semakin kuat menancapkan belati diperutku.***Ofd.Pov Astrid"Saya terima nikah dan kawinnya Astrid Anandia binti Bapak Santoso Permana, dengan mas kawin satu set emas seberat lima puluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Dengan satu tarikan nafas, Edwin mengucap janji suci. Hatiku bergetar seiring dengan serempaknya kata 'saaahhh' yang menggema disetiap sudut masjid."Alhamdulillah ..."

  • MELEPAS BENALU   Bab 77 - Ketahuan.

    Laras langsung menarik selimut, tubuhnya bergetar hebat memandang sosok yang ada dihadapannya.Sementara aku, nafasku tercekat tubuhku membeku tidak dapat bergerak saat sorot itu menatap tajam kearahku."Gua kira kita temen," desis Setyo mengagetkanku.Lidah begitu kelu, aku kehilangan kata-kata. Tubuh bergetar hebat, saat melihat dua laki-laki berbadan tegap masuk kedalam kamar."Yo ... gue bisa jelasin ini semua." tuturku dengan jantung yang berdebar kencang."Jelasin?" Setyo menatap remeh, lalu terkekeh setelahnya. "Gimana tubuh istri gue, nikmat?" Setyo melangkah maju mendekatiku.Aku terdiam, menoleh kearah Laras."Gue bantu kesusahan lo. Tapi ini balasannya?" api kemarahan berkobar-kobar dimatanya."Yo," aku berusaha menahan tubuhnya yang semakin mendekati."Setan lo!!"Bugh ... bugh.Pukulan bertubi-tubi menghantam wajahku, aku tak ing

  • MELEPAS BENALU   Bab 76 - Terkejud.

    Ada uang disayang, tak ada uang dicemberutin.Nasib ....***Ofd"Mas berangkat dulu," aku mengulurkan tangan, membiarkan Sekar mencium punggung tanganku."Hati-hati," ucapnya sambil melempar senyum. Aku menganggukkan kepala, lalu mengusap lembut wajah Mutia dengan lembut."Ayah kerja dulu ya," bisikku ditelinga bayi berusia satu bulan itu.Aku langsung keluar rumah, melajukan kendaraan roda dua menuju tempat kerja.Butuh waktu empat puluh menit untuk sampai dirumah Setyo, aku lihat Boss Setyo sudah duduk dikursi teras rumah sambil menyeruput kopi hitamnya."Ngopi, Boss?" tanyaku setelah memarkirkan motor dihalaman luas milik Laras. Ya setahuku begitu, rumah dan usaha yang digeluti Setyo adalah warisan dari mertuanya yang berarti punya Laras."Hmm ..." Setyo hanya bergumam, sambil mengangkat cangkir kopi dan kembali menyeruputnya."Ngirim barang kemana har

  • MELEPAS BENALU   Bab 75 - Pulang Kerumah.

    "Cucu Ibu perempuan, dia cantik seperti Mamahnya," suster menyahut.Ibu terperangah, wajah penuh harapnya berubah keruh."Silahkan, Bapak." suster berjalan mendahuluiku, memberi jalan agar aku mengekorinya.Kulihat Ibu tertunduk lesu, tak ada gairah sama sekali.Bayi mungil didalam box bayi bergeliat, wajahnya benar-benar menyerupai Sekar. Hatiku terenyuh saat tangan ini bersentuhan dengan wajah merahnya.Kulantunkan takbir, bibirku bergetar saat melihat bayi itu membuka matanya. Entah mengapa aku jadi mengingat dosa, dosa kepada Astrid dan Sekar karna sudah mengkhianati kedua.Selesai mengadzankan bayi mungil itu, aku memutuskan untuk keluar dari ruangan. Rasa sesak menghimpit hati, merobek-robek relung jiwaku. Aku tidak tahu apa yang membuat hatiku serapuh ini, yang aku tahu aku sudah terlalu banyak berbuat dosa."Ibu mau kemana?" tanyaku saat melihat Ibu dan Zeky berjalan meninggalkan kursi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status