Share

Bab 4

Penulis: Aura_Aziiz16
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-31 19:24:32

MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (4)

"Heh, Aira! Kamu dari mana aja sih! Sudah tahu ini hari pertama lebaran, bukannya ngurus kerjaan di dapur, malah kelayapan nggak jelas! Ke mana aja kamu tadi! Kamu nggak tahu ya kita semua jadi kerepotan karena gak ada yang ngelayani tamu! Dasar mantu pemalas, bisanya cuma bikin susah aja! Sana, cuci bersih semua piring kotor! Jangan berhenti sebelum semuanya selesai!" Gerutu ibu mertua saat aku dan anak-anak akhirnya pulang ke rumah.

Setelah hampir dua jam berkeliling mall, akhirnya Dino dan Dini pun mengajak pulang. Namun, baru saja masuk ke dalam rumah, mama mertua sudah menghardik habis-habisan.

"Maaf, Ma. Tadi Dino dan Dini kelaparan, sementara Mama melarang kami makan, jadi saya ajak anak-anak ke luar sebentar mencari makanan supaya nggak mengganggu makanan untuk tamu lagi," sahutku jujur apa adanya. 

Kupikir untuk hal seperti ini tak ada gunanya juga aku berbohong, toh hanya soal makan. Tapi reaksi mama mertua sungguh di luar dugaan. Beliau terlihat semakin emosi.

"Makan di luar? Di mana! Inilah kenapa mama nggak pernah suka sama kamu dan bikin sampai sekarang Indra belum juga bisa bangun rumah sendiri! Karena dia punya istri pemalas dan nggak tahu diri seperti kamu! Hidup susah! Tinggal aja masih numpang di rumah mertua, tapi sok-sokan makan di luar. Ngasibisin duit suami aja. Disuruh tahan sebentar sampai para tamu pulang saja, bilangnya nggak dikasih makan. Dasar menantu nggak tahu diuntung!" seru mama mertua lagi dengan nada keras.

Mendengar perkataan mama mertua itu, Dino, sulungku terlihat tidak terima. Bocah beranjak besar itu tiba-tiba maju ke depan sambil menatap tajam wajah mertua.

"Nek, Nenek bisa nggak sih sekali saja nggak ngomong kasar sama Mama? Mama ngajak aku sama Dini makan di luar karena nenek marah-marah terus, bilang aku sama Dini ngabisin makanan nenek aja, makanya kami nggak berani makan. Tapi kami makan di luar, nenek malah marah-marah begini. Mau nenek apa sih?" ujar Dino yang mungkin sudah bosan melihat neneknya marah-marah terus ke ibunya seperti ini.

Namun, mendengar perkataan sulungku, mama mertua terlihat tidak terima.

"Apa katamu? Nenek marah-marah terus? Wajar nenek marah, karena mama kamu ini nggak becus jadi menantu! Lagian kamu kecil-kecil, bisanya protes aja! Apa ini hasil didikan mama kamu ke kalian hah? Sama nenek sendiri berani membantah? Awas ya kalian, nenek adukan ke papa kalian nanti, biar kalian dihukum!" jawab mama mertua dengan nada tinggi.

Mendengar hal itu, aku menggelengkan kepala dengan nada gusar. Heran sendiri dengan sikap mama mertua yang bukan saja terhadapku saja bersikap antipati, tapi juga terhadap kedua cucunya sendiri, tega membenci.

"Ma, mama boleh saja mengadukan aku ke Mas Indra sesuka hati mama seperti yang sudah mama perbuat selama ini, tapi tolong jangan Dino dan Dini juga mama jadikan sasaran, Ma! Mama musuhi, karena mereka juga cucu mama sendiri! Darah daging di keluarga ini!" sentakku tak terima.

"Apa kamu bilang! Hak mama dong mau ngomong apa sama mereka! Kalau kamu nggak suka dan nggak terima, kalian boleh kok pergi dari rumah ini sekarang juga! Mama juga nggak butuh kalian di rumah ini! Dengar!" bentak mama lagi. Bukannya menyesal sudah bicara buruk pada kedua cucu beliau sendiri tetapi malah mengusir kami begini. Ya Allah teganya ..., bisik hatiku perih.

"Mama? Ada apa, Ma? Kok marah-marah ke Aira?" 

Sedang kami bertengkar, tiba-tiba dari arah pintu rumah terdengar suara Mas Indra bertanya. Rupanya suamiku itu baru saja pulang. Tampak matanya menatapku dan mama mertua bergantian. Penuh tanya.

"Indra? Syukurlah kamu sudah pulang. Ini istri kamu, kasih tahu dia supaya bisa bersikap sopan dan menghargai mertua, jangan suka membantah terus! Kesel mama! Kamu juga kenapa sih milih istri model begini, nggak bisa ngasilin apa-apa, bisanya cuma nyusahin aja!"" jawab mama mertua dengan nada ketus.

Mas Indra menghembuskan nafas.

"Ya sudahlah, Ma. Nggak usah marah-marah terus. Sekarang Indra bawakan calon menantu baru buat mama. Selvi namanya. Dia seorang pemilik toko pakaian dan perhiasan, Ma. Orang kaya. Dia ada di luar, tapi kalau mama marah-marah begini, Indra nggak enak mau nyuruh dia masuk, Ma," ucap Mas Indra lagi sambil menatapku dengan pandangan sekilas. Lelaki itu kemudian meneruskan ucapannya.

"Ra, di luar ada calon istri muda Mas. Kamu nggak usah protes atau marah-marah ya. Hak Mas mau nikah lagi. Dia juga mau kok jadi yang kedua. Jadi nggak ada alasan buat kamu nggak terima."

"Dia ke sini mau kenalan sama mama dan kamu serta anak-anak. Jadi terima kehadiran dia dengan baik ya. Nggak usah komplain atau nuntut cerai karena kalau kita bercerai, kamu mau tinggal di mana? Makan dengan siapa? Kamu yatim piatu, keluarga gak punya. Mas nggak akan ngurusin kamu kalau kamu milih berpisah dan bertingkah laku yang membuat mas kesal. Oke?" ucapnya dengan nada saklek, seolah ucapannya adalah perintah yang tak bisa dibantah lagi. 

Mendengar perkataan ayah dari dua anakku itu, aku merasa shock bukan main. Apa katanya barusan? Ia akan membawakan menantu baru buat Mama dan akan diperkenalkan juga padaku sebagai calon istri muda? Apa dia sudah gila? Segampang ini memutuskan untuk menikah lagi dan seenteng itu pula menyampaikannya padaku, sebagai istri sahnya? Ya, Tuhan, tak salahkah pendengaranku?

Lalu perempuan itu, apakah dia perempuan yang sama yang tadi kulihat bersama suamiku itu di mall? Ya, Tuhan ...

"Apa, Ndra? Kamu bawain mama menantu baru? Seorang pemilik toko pakaian dan perhiasan? Yang benar aja, Ndra? Serius?" tanya mama dengan wajah berbinar.

"Tentu saja Indra serius, Ma. Buat apa Indra bohong? Jadi gimana? Suruh masuk atau gimana, Ma?" ujar Mas Indra lagi sok jumawa. 

"Ya suruh masuk dong,, Ndra. Calon menantu idaman gitu. Rugi dong kalau nggak disuruh masuk. Oke, mama setuju kamu nikah lagi. Gih, suruh dia masuk sekarang!" ujar mama mertua lagi sambil tersenyum gembira.

Melihat tingkah laku mama, aku merasa muak bukan main. Apalagi perlakuan Mas Indra yang seenak jidatnya. Sudah tidak menafkahi istri dengan baik, sekarang mau kawin lagi pula tanpa persetujuanku!

Cukup! Kurasa inilah batas terakhir kemampuanku mentolerir semua perlakuan semena-mena dari mereka ini! Aku tak bisa diam lagi sekarang! Kalau tadinya aku masih berniat untuk tetap tinggal di rumah ini sampai tabunganku cukup dan rumah baruku sudah selesai dibangun, tapi sekarang sepertinya tak bisa lagi.

Aku harus berani melangkah dan mengambil keputusan sendiri! Daripada makin makan hati dan tersiksa dari hari ke hari, lebih baik aku keluar dari rumah mertua ini sekarang juga!

Ya, aku harus berani memutuskan. Sekarang! Atau akan lebih lama lagi aku terluka!

Dan kurasa sekarang lah waktunya bagiku untuk menyelamatkan hidup dan harga diriku dari semua penghinaan mertua dan suami ini! Ya, aku harus pergi sekarang juga!

    

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
harusnya kau pergi selagi masih punya harga diri njing. kau kebanyakan alasan.
goodnovel comment avatar
Calo Gaming
mertua sangat arogan
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
sakiit ,biadabnya mertua dan suaminya,kuat tegar ra ALLOH akan menjagamu ,melancarkan rezekimu btul tinggalan suamimu yang dzolim ,oergi bersama anak "mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA    Bab 83 (Ending Sesion 2)

    POV DONNYSetelah diperintahkan hakim untuk melakukan mediasi, kami berdua pun akhirnya menghadap hakim mediasi di ruangan kerjanya.Kulihat Nisa menatap garang saat aku berjalan lebih dulu menuju ruangan tersebut. Aku memang berharap hakim mediasi dapat menyatukan kami berdua kembali. "Jadi, Pak Hakim, saya ingin rujuk lagi dengan istri saya ini. Saya memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengkhianati perkawinan kami, tapi saya sangat menyesali hal itu, Pak Hakim.""Saya juga kasihan sama Nisa, istri saya ini. Kalau dia jadi janda, pasti namanya akan buruk di mata masyarakat. Dia akan jadi bahan gunjingan tetangga. Orang-orang akan takut kalau Nisa merebut suami mereka. Lagi pula, zaman begini banyak laki-laki suka seenaknya saja. Mereka berpikir janda itu perempuan yang mudah digoda dan diajak berbuat yang tidak-tidak.""Makanya saya ingin mengajak Nisa rujuk. Apalagi, Nisa ini hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak punya banyak pilihan. Hanya laki-laki yang benar-benar baik s

  • MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA    Bab 82

    POV DONNY"Saudari Nisa, Saudari yakin hendak melanjutkan gugatan perceraian pada suami Saudari, yakni Saudara Donny ini? Sudah dipertimbangkan masak-masak? Kami masih memberikan kesempatan bila mana Saudari hendak membatalkannya," ucap salah seorang hakim pada Nisa yang kemudian mengangguk yakin sebagai jawaban."Yakin, Yang Mulia. Sudah saya pertimbangkan masak-masak, saya akan tetap melanjutkan gugatan saya ini," jawab Nisa dengan nada tegas."Baik." Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meneruskan pertanyaan kembali."Apa alasan dan dasar hingga Saudari memutuskan untuk menggugat cerai suami Saudari?" lanjut hakim pula."Karena suami saya sudah menikah lagi tanpa izin dari saya maupun izin atasan tempat ia bekerja sehingga saat ini status kepegawaian suami saya pun terancam dipecat dan berakhir. Bukan itu saja, saat ini suami saya juga sudah memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya itu, Yang Mulia dan sebagai seorang istri, rasanya saya tidak bisa menerima dan mentoleri

  • MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA    Bab 81

    POV DONNYSetelah dengan terpaksa meninggalkan rumah ibu NIna, aku pun melajukan roda dua menyusuri jalanan kota yang mulai sepi di jam tengah malam seperti ini.Hampir semua rumah penduduk sudah tutup. Hanya warung kopi dan warung pinggir jalan saja yang tampaknya masih buka.Aku pun membelokkan kendaraan ke sebuah warung kopi yang terlihat ramai.Kubiarkan saja tas pakaian berada di jok motor sementara aku duduk di bangku santai yang berjajar di sepanjang pinggir trotoar."Kopi, Mas. Satu," ucapku pada pelayan.Pelayan mengangguk. Aku pun menunggu, tetapi hingga beberapa saat lamanya, pesanan kopiku tak juga kunjung datang.Aku pun memanggil pelayan itu kembali dan dengan tak sabar, meminta pesananku segera dibuatkan.Pelayan tampak grogi. Namun, sesaat kemudian ia membawakan juga pesanan kopi yang kuminta. "Maaf ya, Mas. Kami kurang anggota, jadi pesanan lama nunggu," ujarnya sambil menundukkan kepala, meminta maaf."Kekurangan anggota? Maksudnya kurang pekerja?" tanyaku dengan na

  • MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA    Bab 80

    POV DONNY"Nina, apa ini? Keterlaluan kamu! Kamu selingkuh ya! Atau ... jangan-jangan kamu ju*al diri! Kamu gila! Baru saja selesai nifas, sudah berbuat seperti ini! Bukan sama suami, tapi sama orang lain! Dasar perempuan jal*ng!" bentakku kalap saat melihat keadaan Nina yang demikian.Kurenggut kimono yang dikenakan perempuan itu hingga sobek di beberapa bagian.Nina berusaha mempertahankan dan menutup bagian atas tubuhnya yang terbuka dengan telapak tangan, tapi percuma sebab tangan itu pun kurenggut paksa."Percuma kamu tutupi! Aku sudah melihat semuanya, Nina! Kamu selingkuh, kan! Iya, kan!" bentakku lagi dengan kalap.Nina hanya mampu menatapku nanar."Apa kata kamu! Hentikan, Mas! Apa-apaan kamu!" dengkusnya keras."Kamu yang apa-apaan! Kenapa badan kamu merah-merah begini! Kamu habis ngapain! Jelaskan!" bentakku untuk ke sekian kalinya dengan nada penuh curiga dan emosi.Nina hendak membuka mulutnya, tapi urung saat Naura tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya lalu memekik ke

  • MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA    Bab 79

    POV DONNY"Bu, memangnya Nina mau ke mana sih? Hari sudah sore, apa nanti nggak kemalaman di jalan?" tanyaku pada ibu mertua saat Nina sudah keluar dari rumah, menggunakan ojek online yang dipesan oleh istriku itu untuk pergi. Entah ke mana."Nina ke mana nggak perlu kamu tanyakan lagi, Don. Biar aja dia pergi. Doakan saja istrimu itu selamat! Yang penting nanti pulang bawa uang. Kamu nggak bisa ngasih istri dan anakmu makan lagi, jadi nggak usah banyak tanya deh!" jawab ibu mertua dengan ketus sambil berlalu ke belakang."Kok ibu ngomong gitu? Sebelum SK pemecatan Donny keluar, Donny kan masih bisa dapat gaji, Bu. Lagi pula gajian kemarin semua uangnya sudah Donny kasih ke Nina, kok dibilang Donny udah nggak bisa ngasih makan Nina dan Naura lagi sih, Bu!" protesku sedikit keras pada beliau sambil membuntuti langkah ibu mertua ke belakang. Namun, beliau mengibaskan tangannya."Iya, bulan ini mungkin masih bisa makan. Tapi itu juga pas-pasan, karena sembako sekarang naik semua. Minyak

  • MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA    Bab 78

    POV DONNY"Bu, maaf apa lowongan pekerjaan ini masih ada, Bu?" tanyaku pada ibu pemilik warung yang baru saja mengantarkan teh dingin yang kupesan.Ibu tersebut menganggukkan kepalanya."Masih. Siapa yang butuh pekerjaan? Tapi gajinya kecil ya, cuma lima ratus ribu sebulan. Kerjanya cuci piring sama ngantarin makanan ke meja tamu," sahut sang ibu dengan wajah datar."Lima ratus ribu, Bu? Kecil sekali ya," ucapku tanpa sadar. Membuat sang ibu pemilik warung makan mencebikkan bibirnya tak suka. Hari gini mencari pekerjaan memang susah. Sejak pandemi Corona melanda, hampir semua sektor usaha terdampak. Apalagi rumah makan yang notabene jam operasinya dibatasi sebab pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat."Gajinya kecil? Namanya juga kerja di rumah makan, Mas. Kalau mau gaji besar, situ ngelamar aja jadi menteri apa presiden sekalian. Ya, sudah. Nanti es tehnya nggak usah dibayar! Hitung-hitung saya sedekah sama sampean. Pengangguran aja sok minta digaji besar. Belum tentu juga saya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status