Home / Rumah Tangga / MEMILIH BERPISAH / BAB 6: Jangan menangis Bu

Share

BAB 6: Jangan menangis Bu

Author: Ray
last update Last Updated: 2023-04-02 15:50:36

Bulir-bulir bening mengalir deras menemani setiap langkah wanita hamil itu. Ia tidak kuasa menahan air matanya agar tidak tumpah. Di kecewakan dan di sakiti orang yang paling ia cintai, itulah yang membuat hatinya semakin berdenyut perih dan menyisakan luka sebegitu nyerinya.

"Kenapa kamu berubah Mas? Tidak adakah tersisa cinta di hatimu lagi untukku? Bukankah aku tidak pernah sekalipun mengkhianati kamu Mas? Bahkah kamu juga tahu itu kan?" Lirih Sarah berucap pada dirinya sendiri.

Tiga jam berjalan kaki, Sarah akhirnya sampai tepat di depan rumah orang tuanya. Lelah yang teramat sangat membuat tubuhnya yang juga sedang mengandung seolah mati rasa.

Brug! Tubuh Sarah ambruk hingga tersungkur tepat saat kakinya menginjakkan teras rumah masa kecilnya. Rumah yang dipenuhi kenangan indah saat ia kecil dulu, ya, itulah rumah kedua orang tuanya.

"Astaghfirullah ... Huft," Lirih Sarah dengan nafas yang tersekat-sekat.

Wanita itu akhirnya tidak sadarkan diri.

=====

"Pak, gimana kondisi anak kita Pak? Sarah bagaimana Pak?" Tanya Ratna pada suaminya, Yusuf. Pasangan paruh baya itu adalah kedua orang tua Sarah.

Raut wajah Ratna menggambarkan kecemasan yang teramat dalam, pun begitu juga dengan suaminya. Mereka terkejut hingga tidak mampu berkata apapun. Saat pagi tadi, mereka hendak berangkat ke mesjid menunaikan sholat subuh berjamaah. Tiba-tiba anak semata wayang mereka sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.

"Tenang Bu, kita berdoa saja ya, semoga Sarah dan bayinya baik-baik saja. Kita serahkan semuanya pada Allah dan dokter yang bertanggung jawab" jawab Yusuf berusaha tegar.

Sebenarnya Yusuf juga hampir syok melihat kondisi Sarah yang sangat mempeihatinkan. Apalagi detak jantungnya dan bayinya juga sudah sangat lemah.

"Pak, sudah Bapak hubungi suaminya Pak? Anton sudah tahu kabar tentang Sarah Pak?" Tanya Ratna kembali pada suaminya.

Ratna terus-menerus mondar-mandir ke sana ke mari, tidak bisa sedikitpun ia menyimpan kegelisahan di hatinya sebab khawatir terhadap anak dan cucunya yang masih dalam kandungan.

"Sudah Bu, tapi panggilan Bapak tidak ada yang diterima Bu, mungkin Anton masih banyak kerjaan Bu."

"Mungkin Pak, tapi setidaknya kita kabari lewat pesan Pak, siapa tahu sewaktu Anton membuka handphone dia bisa tahu langsung kondisi istrinya Pak"

"Iya Bu," Jawab Yusuf pada istrinya.

Akhirnya Yusuf mengirimkan pesan singkat kepada Anton.

"Assalamu 'alaikum Nak Anton, maaf Bapak mengganggu pekerjaan Anton hari ini, tapi ini adalah berita darurat. Ternyata Sarah sudah pulang dari Taiwan, pagi tadi Ibu dan Bapak menemukan Sarah sudah tidak sadarkan diri di teras rumah Ton. Sekarang Sarah di rawat di rumah Sakit Ibu dan Anak. Kalau ada waktu tolong mampir ke sini ya Nak," Yusuf segera mengirim pesan itu pada Anton.

=====

Suara tetesan air infus terasa seperti memenuhi ruangan itu. Sarah yang baru saja sadarkan diri masih sangat lemah, untuk menggerakkan tubuhnya saja ia belum mampu.

Deg! Deg! Tendangan kecil dari kaki mungil bayi yang dikandung Sarah masih terasa aktif.

“Alhamdulillah” batinnya berucap syukur. "Terima kasih Nak, kamu sudah kuat. Ibu bangga padamu Sayang" ucap Sarah lirih sambil mengelus perutnya penuh haru.

Sarah berusaha kuat dan tegar demi bayi yang di kandungnya. Ia akan berjuang sekuat tenaga yanh ia miliki, agar selalu bertahan demi sang buah hati.

“Nduk, syukurlah kamu sudah sadar nduk” Ucap Ratna yang ternyata berada tepat di sebelah kanan Sarah.

Ratna membelai halus rambut panjang Sarah. Belaian kasih seorang Ibu yang tiada pernah bisa tergantikan. Ketulusan yang sangat luar biasa tanpa batas.

Sarah hanya bisa menatap sayu ke arah Ibunya. Ingin menumpahkan segala kesedihan dan juga kepedihan yang ia rasa. Namun hatinya tidak kuasa menambah beban pikiran kedua orang tuanya.

Air mata Ratna berjatuhan menatap kondisi anaknya yang sangat memprihatinkan.

“Jangan menangis Bu, tidak ada yang perlu ditangisi. Biarlah ini menjadi pelajaran dan kisah yang paling berharga yang pernah ku alami,” ucap Sarah dalam hati. Karena untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata saja bibirnya masih sangat teramat kelu.

“Nduk ... A-pa yang sebenarnya ter-jadi Sayang?” kini Ratna berucap dengan suara parau dan isak tangis yang tak tertahan.

Sarah tidak mampu menjawab tanya Ibunya. Namun, air matanya ikut mengalir membasahi pipi. Teringat kembali kekejaman suami dan keluarganya terhadap dirinya.

Mereka sangat tega mengusir Sarah dalam keadaan hamil, di malam hari yang dingin juga hujan yang cukup deras. Tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan penjelasan Sarah.

“Mas, inikah cinta yang kau agung-agungkan padaku? Ternyata cintamu hanya sebatas bibir saja, tidak lebih.” Batin Sarah yang kembali merasakan kepedihan, sakit, pilu juga kekecewaan yang bercampur menjadi satu.

“Tega kamu Mas, tega sekali kamu padaku juga anak kita.” Air mata ini kembali berderai, bahkan membuat tubuh Sarah gemetar sebab sesunggukan.

“Sarah, apa yang terjadi Nduk?” Ratna kembali bertanya pada anak semata wayangnya itu.

Sarah mengalihkan pandangan mata melihat sudut ruangan. Ia tidak sanggup menatap wajah Ratna, ibunya. Apalagi air matanya sudah tidak bisa lagi dikendalikan. Air mata itu ingin terus menerus mengalir menumpahkan kekecewaan dan rasa sakit yang tak tertahankan.

“Hik ... Hik ... Hik ...,” Hanya isakan tangis Sarah yang mampu menjawab pertanyaan Ratna.

Ratna kembali memeluk tubuh Sarah erat. Pun Sarah membalas pelukan hangat Ibunya sedemikian eratnya. Melepaskan segala sepedihan dan kesedihan di hati yang tidak berujung.

Ada rasa penyesalan karena telah mengikuti keinginan suami dan mertuanya. Andai Ia tidak pergi ke Taiwan, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 23 Bu Ratna meninggal

    hari demi hari, Sarah di Taiwan semakin berat. Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga, mengurusi seorang nenek lansia yang sudah tidak bisa lagi berjalan. Sarah harus memandikan dan membersihkan kotoran nenek itu setiap harinya, belum lagi mengurusi pekerjaan rumah, dan lain-lain. Apalagi majikannya tidak mengizinkannya untuk menggunakan mesin cuci, apalagi untuk sarapan, ia hanya diperbolehkan majikannya mengkonsumsi sepotong roti saja, dengan dalih harus hemat. Sekarang tubuhnya makin kurus. Kelelahan sering membuatnya jatuh terduduk di lantai Namun setiap kali hendak menyerah, ia selalu mengingat wajah Saka."Aku harus kuat demi Saka… demi Anton… demi keluarga," gumamnya sambil menahan air mata.Suatu malam, Sarah menerima kabar dari Pak Yusuf. Suara bapaknya serak, terdengar menahan tangis.“Sar… bapak nggak tahu harus bilang apa. Ibukmu makin parah keadaannya. Hampir tiap malam ia duduk di pos ronda, nyebut-nyebut nama Saka. Orang kampung udah kasihan banget lihatnya. Kadang i

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 22 Mulai ragu

    Angin malam mulai berhembus, terasa sangat dingin menembus tulang, apalagi sore tadi hujan turun. Di rumah kontrakan Bu Dewi terasa lengang. Hanya lampu neon tua yang menggantung di ruang tamu, memantulkan cahaya redup ke wajah Anton yang murung. Lelaki itu duduk bersandar, rokok yang sudah padam masih terjepit di jarinya. Pikirannya kacau. Hubungan gelapnya dengan seorang perempuan seksi yang semula ia anggap pelarian dari kesepian, baru saja berakhir. Wanita itu memilih pergi. Anton merasa hampa, kecewa, dan marah pada keadaan. Meskipun awalnya hanya pelarian, nyatanya Sri mampu mengisi sela-sela di hatinya. Hingga ia melupakan istri sahnya, yaitu Sarah al ghina.____Sarah, istrinya adalah Perempuan sederhana yang kini bekerja sebagai TKW di Taiwan. Hampir tiga tahun Sarah berada di negeri orang, menahan rindu demi bisa membiayai keluarga kecilnya. Sarah rutin mengirim uang untuk kebutuhan rumah, termasuk biaya sekolah anak-anak. Tapi apa yang ia dapat? Anton justru mencari penghib

  • MEMILIH BERPISAH   bab 21

    Sore itu, di warung kecil dekat sawah, Sri menatap Anton dengan wajah muak. Tangannya melipat dada, matanya menatap tajam.“Ton, aku sudah pikir panjang. Aku nggak bisa terus sama kamu.” ucap Sri tegasAnton menunduk, pura-pura tidak paham.“Kenapa lagi, Sri? Kamu nggak percaya sama aku?”Sri menyeringai “Percaya? Gimana aku mau percaya, kalau kamu cuma modal mulut manis. Kamu janji macam-macam, bilang udah ceraikan istrimu, bilang mau nikahin aku. Tapi kenyataannya? Kamu masih nganggur, tinggal numpang sama ibumu. Kere, Ton! Aku capek denger janji doang.”Anton terkejut, dadanya panas.“Sri! Kamu hina aku? Apa cuma uang yang kamu lihat dari aku?” “Aku butuh hidup layak, Ton. Bukan laki-laki pemalas yang cuma bisa minta dari istrinya di luar negeri. Kamu pikir aku mau jadi kayak Sarah itu, kerja banting tulang sementara kamu ongkang-ongkang kaki?”Kata-kata Sri seperti pisau menusuk harga diri Anton. Ia mengepalkan tangan, tapi tak bisa menyangkal.Anton yang berusaha menahan emosi “

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 20

    Mobil bus terus melaju menuju kota B, di mana kota B itu menjadi titik kumpul mereka. Titin masih berpikir bagaimana caranya membuktikan pada Sarah. Di satu sisi ia tidak ingin ikut campur urusan urusan Sarah, di sisi lain ia juga iba dengan wanita sebaik Sarah yang harus tersakiti hatinya terus-menerus."Aku akan buktikan!. Ya, aku harus cari buktI" Ucap Titin lirih.Wanita itu melihat Sarah yang tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus. Bertambahlah rasa iba dalam diri Titin terhadap wanita yang bernama Sarah itu. "Mba Titin, kok jadi gantian ngelamun, sih?." ucapan Sarah membuat Titin terkejut. Titin kembali tersenyum getir."Bukan kenapa-kenapa, mba. Cuma ada sedikit masalah keluarga aja.""Hmm, semoga masalahnya cepat terselesaikan ya, Mba." timpal Sarah lagi.TItin hanya membalas dengan anggukan kepala.*****Sesampainya di Taiwan, Sarah segera menghubungi Ratna dan Yusuf. Bagaimana pun juga tentu ia rindu dengan buah hatinya.Tut .... tut ...Pangggilan pertama Sarah tidak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 19

    "Sudah siap, sayang?" ucap Anton cepat."udah dong, Sayang. Liat aku mas, aku udah cantik belum?" Tanya Sri manja."Tentu pacar mas Anton cantik sekali." Jawab Anton sambil mentoel dagu wanita itu."Mas Anton bisa aja, Sri jai tambah sayang" Balas Sri menggombal.Anton membawa Sri jalan dan makan di sebuah kafe yang paling bagus di desa itu. Pelayan kafe datang membawa menu makanan. Anton memperhatikan setiap harga yang tertera dalam daftar menu. Untuk air putih saja di bandrol dengan harga seribu rupiah, sedangkan menu yang lain seperi nasi goreng, mie goreng di hargai dengan dua puluh lima ribu rupiah."Sial!" batin Anton.Anton menjadi tidak tenang duduknya, ia takut Sri memesan yang aneh-aneh dan ngambek jika tidak dituruti."Mas, mau pesan apa?" tanya Sri tersenyum."Kamu aja dulu, sayang. Mas udah makan tadi" jawab Anton beralibi.Padahal bukan karena Anton sudah makan, melainkan ia hanya punya uang lima puluh ribu rupiah di dompetnya. Jika ia juga ikut memesan sebelum Sri, ia

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 18

    "Rah, kamu dengar ibu?" Tanya Ratna lagi."Dengar, Bu." Jawab Sarah sambil menarik nafasnya, " Tapi ini demi kebaikan Saka, Bu. Supaya Saka dapatkan kasih sayang dari mas Anton, selaku ayah kandungnya." Jelas Sarah lagi.Padahal Anton belum datang ke rumah Ratna mengambil Saka, hanya sekedar berita keinginan yang disampaikan Sarah. Tapi Ratna sudah begitu sangat sedih hatinya. Ia sangat takut jika harus dijauhkan dari Saka. Karena selama ini, Ratna lah yang selalu mengurusi Saka penuh kasih sayang."Tapi ...," Ucapan Ratna terhenti.Semuanya tidak baik-baik saja, apalagi hatinya saat ini. Berucap dan membujuk pun rasanya percuma, seperti kesia-siaan saja. Ratna putuskan untuk tidak berbicara lagi, ia pasrahkan semuanya pada Tuhan.Yusuf tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja, pun ia juga sama. Sama sedihnya jika haru berpisah dengna sang cucu. Tapi Yususf jelas berpikir logika, semuanya demi 'Saka'. Yusuf rangkul tubuh istrinya yang tengah menangis sesugukan dan berusaha menenang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status