Home / Pendekar / MENANTU SETENGAH DEWA / Menyendiri di Perbukitan

Share

Menyendiri di Perbukitan

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2022-12-06 20:46:18

"Jangan pedulikan dia," gumam Hakya dalam hatinya.

Hakya sengaja untuk tidak mau memperdulikan Zarkya, karena dia tahu Zarkya hanya sedang mencari masalah dengannya.

"Hei kau tuli, ya?" teriak Zarkya kemudian berlari mengejar langkah kaki Hakya.

Hakya heran kepada Zarky yang pagi-pagi buta seperti itu sudah berkeliaran di jalanan, dan mengganggu orang-orang yang lewat.

"Hei…."

Buugt!

Belum sempat Zarky melanjutkan ucapannya dan menarik tas yang berada di punggung Hakya, tiba-tiba Hakya berbalik arah dan langsung melayangkan tangannya sehingga tinjunya tepat mengenai muka Zarkya.

"Jangan ganggu aku, Zarkya. Aku ingatkan kepada kamu. Saat ini aku sedang tidak mau bertarung, kalau aku mau, aku bisa keluarkan jantungmu itu," ujar Hakya dengan tatapan yang tajam, dia begitu marah kepada Zarkya yang mengganggunya itu.

"Hahaha…, sombong sekali dia," ujar Zarkya yang tidak mau kalah dan tidak mau mengakui kekuatan Hakya walaupun wajahnya terlihat memerah karena tinju dari Hakya benar-benar kuat tersebut. Beruntungnya gigi Zarkya tidak ikut terlepas karena sebenarnya Hakya bisa dengan mudahnya untuk melepas gigi seseorang hanya dengan sekali tepukan saja.

"Permisi, saya harus pergi, Zarkya!" kesal Hakya mencoba untuk mencari celah agar bisa meninggalkan Zarkya dan gerombolannya.

Yang ada di pikiran Hakya saat ini hanyalah untuk segera beristirahat di atas bukit, dia akan bermeditasi di sana sekaligus beristirahat dalam waktu yang lama. 

Bagi Hakya untuk melawan dan menundukkan Zarkya itu sangat mudah  hanya sekali dia mengibaskan tangan dengan energinya Zarkya akan kalah dan berlutut di kakinya.

Namun ternyata Zarkya tidak pernah berpuas hati. dia merasa terhina kalau Hakya tidak melawannya terlebih dahulu.

"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sini dengan tenang sebelum kamu melawanku Hakya!" ujar Zsrkya kemudian dan menghalangi jalannya Hakya.

Hakya hanya tersenyum kecut mendapati perlakuan seperti itu dari Zarkya, baginya semua itu biasa saja dan Zarkya tampaknya sedang mabuk sehingga memaksa Hakya untuk duel bersama.

"Zarkya sebaiknya kamu menyingkirlah dari hadapanku, dan carilah pekerjaan yang lebih bermanfaat selain mengganggu jalanku. Aku tidak ada urusan denganmu, dan juga aku butuh waktu yang terburu-buru," jawab Hakya. 

"Kamu siapa beraninya menceramahiku?!" tabya Zarkya yang tidak pernah mengindahkan apa yang diminta oleh Hakya, sehingga mau tidak mau akhirnya terjadi pertarungan.

Ciyaaat!

Dengan kesal Hakya mengeluarkan jurusnya. Dan mendorong tubuh Zarkya dari kejauhan dengan sekali hentakan tangannya.

Wwwuuzzz!

Angin yang dikeluarkan dari tangan Hakya benar-benar seperti sebuah badai, sehingga Zarkya tidak mampu untuk menahannya. Zarkya benar-benar kewalahan, pun begitu dengan para gerombolannya yang lebih minim ilmunya daripada Zarkya.

Aauuww!

Zarkya dan 4 orang gerombolannya tersebut tidak mampu menahan hembusan angin yang diberikan oleh Hakya, sehingga mereka merasakan mata mereka benar-benar pedih dan tubuh yang sangat panas. 

Setelah membuat mereka kelabakan di tengah gelapnya pagi, Hakya segera meninggalkan tempat tersebut. Dia ingin sampai ke tempat bukit itu secepatnya.

"Sudah aku peringatkan kau, Zarkya. Bahwa jangan sekali-kali kau melawanku, karena aku bukanlah lawan yang sepadan untukmu," ujar Hakya memperingatkan Zarkya sambil segera berlalu dengan secepat kilat.

Wwuzzzz.

"Hakya! Tunggu saja kamu. Awas saja kau! Aku pasti akan membalas perlakuan kamu kepadaku. Aku tidak terima dikalahkan seperti ini l, kau curang menyerang kami dalam keadaan kami tidak siap!" teriak Zarkya sambil mengucek matanya yang terasa sangat pedih. Dan ketika dia membuka matanya asap tebal sudah hilang begitupun dengan Hakya yang tidak lagi tampak di pandangan matanya.

Zarkya benar-benar merasa terhina dengan perlakuan Hakya, dia terus mencari Hakya namun tetap saja tidak bertemu, karena Hakya sudah berada di pinggiran bukit dan bersiap untuk naik ke atas sana. Zarkya pun heran dengan kemampuan Hakya, karena selama ini Hakya terlihat begitu lemah dan tidak berdaya.

Jika seseorang yang tidak memiliki kekuatan apapun, tidak akan pernah bisa mencapai puncak bukit tersebut. Itulah makanya bukit itu ditinggalkan oleh para murid dari guru Buana, karena mereka belum sempat mempelajari ilmu kecepatan untuk menaiki bukit, guru Buana sudah pergi. Jadi, tidak ada seorangpun yang mampu menaiki bukit yang curam dan terjal itu, kecuali orang-orang yang memiliki ilmu tinggi dan juga memiliki kemampuan berlari secepat cahaya.

"Ternyata di sekitaran tanjakan Blbukit ini tidak ada perubahannya," ujar Hakya sambil tersenyum.

Dia mematahkan satu batang pohon yang tepat berada di kaki bukit. karena dia akan mulai menaiki bukit tersebut. Dan hal yang tidak terduga terjadi, di mana para tanaman yang tepat berada di lurusan pohon yang tadi dipatahkan oleh Hakya tampak meminggir seolah memberikan jalan kepada Hakya yang akan menaiki bukit tersebut.

"Terima kasih," ujar Hakya sambil membungkukkan badannya kepada pohon yang tadi dia patahkan, dan seolah-olah dia mengucapkan terima kasih untuk pohon tersebut yang sudah memberikan perintah kepada tumbuhan lainnya untuk menyingkir dan memberikan dia jalan dan kesempatan kepada Hakya untuk naik.

Hakya kemudian memejamkan mata sejenak dan memfokuskan pikirannya untuk memulai menaiki bukit tersebut.

Tidak berapa lama, Hakya mulai mengangkat kan kaki kanannya dan menapak tepat di tanah yang sudah disiapkan untuknya naik.

Wuz wuz wuz!

Hakya naik pada bukit tersebut sambil memegang sebatang pohon. dia naik ke atas bagaikan seekor kucing yang meloncat-loncat sehingga hanya butuh waktu beberapa detik saja Hakya sudah tiba di atas perbukitan tersebut.

Bukit yang terjal dengan tinggi puluhan meter tersebut berhasil Haky taklukan, dan saat ini Hakya sudah tepat berada di pintu gerbang Padepokan milik Buana.

"Permisi, saya Hakya akan masuk ke dalam," ujar Hakya sambil membungkukan badannya di depan pintu gerbang tersebut.

Tidak menunggu beberapa lama, pintu gerbang terbuka dengan sangat lebar.

Krrieeet!

Terdengar dari depan pintu gerbang dibuka, karena sudah begitu lama gerbang tersebut tidak dibuka, sehingga sekalinya dibuka menimbulkan suara yang benar-benar keras.

Hakya masuk ke dalam gerbang tersebut, dan gerbang itu kembali menutup dengan sendirinya. Walaupun di sekitaran Padepokan tidak ada seorangpun yang menghuni. Tapi, keadaan di dalam sana benar-benar sangat bersih dan bahkan seperti dibersihkan setiap harinya.

"Ah akhirnya aku datang lagi ke sini, sekarang waktunya aku untuk beristirahat," ujar Hakya sambil terus berjalan ke ujung Padepokan, di mana di sana terdapat kamar yang biasa dia tinggali selama dia di sana.

"Apa yang membuat kamu datang kembali lagi ke sini, anak muda? Kenapa kamu meninggalkan kehidupan yang seharusnya kamu jaga," tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Hakya ketika dia akan merebahkan tubuhnya. Hal itu membuat Hakya duduk kembali di atas pembaringannya.

"Dunia akan hancur, jika kamu berada disana, tidak ada kedamaian dan tidak ada keindahan yang akan dunia tampilkan," tiba-tiba angin yang begitu kencang mengguncang kamar Hakya.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Anton SulYus Al Hasan
mantap..aroma gairah
goodnovel comment avatar
Anton SulYus Al Hasan
bagus sekali
goodnovel comment avatar
Yayu R'ga
Terlalu besar koin / babnya, bikin penasaran ceritanya asyiiik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status