Share

MENCINTAI KUPU-KUPU MALAM
MENCINTAI KUPU-KUPU MALAM
Penulis: ananda zhia

bab 1

"Bang, aku temani bobo ya? Murah saja. Semalam lima ratus ribu. Dijamin puas! Aku juga fresh dan belum dipake sama klien lain nih! Abang jadi yang pertama!" ujar seorang perempuan cantik bertubuh molek dengan baju kurang bahan dan senyum menggodanya.

Laki-laki yang dihadapannya menyeringai dan menyeret perempuan itu masuk ke dalam mobilnya.

"Semalam untuk kamu sejuta pun aku tak keberatan," sahut lelaki tampan itu mengeluarkan dompetnya yang tebal lalu memberikan sejumlah uang pada perempuan itu yang langsung menerima nya dengan suka cita.

"Wah, Abang ini sudah tampan, mapan pula. Bawa saja aku kemana pun kamu mau, Bang!" Suara perempuan itu terdengar manja seraya menggelendotkan tangan ke lengan lelaki itu.

Lelaki berumur tiga puluh empat tahun itu pun tersenyum sambil melajukan mobilnya membelah jalan raya.

"Nama kamu siapa, Manis?" tanya lelaki itu lagi.

"Panggil saja aku, Anggi, Bang."

"Aku Satria. Aku harap kamu bisa membuatku puas malam ini."

"Tentu saja, Bang. Jangan panggil aku Anggi, kalau aku tidak bisa membuatmu melayang," ujar gadis itu dengan senyuman manisnya.

***

Laila menangis tersedu-sedu seraya bersimpuh diatas makam basah milik Anggi, temannya.

Teringat kemarin lusa saat Anggi mengatakan padanya bahwa dia ingin berhenti menjadi kupu-kupu malam karena merasa lelah dengan sentuhan laki-laki tapi semalam Anggi tetap harus mencari uang karena anak lelaki satu-satunya di kampung sedang opname di rumah sakit.

Tapi pagi tadi, Anggi ditemukan tew*s di kamar hotel dengan luka lebam di sekujur tubuh nya. Menurut polisi, dia disiks* sebelum diajak berhubungan. Ibu Anggi yang juga seorang janda sangat terkejut setelah mendapatkan fakta bahwa anak perempuan satu-satunya meninggal secara tidak terhormat dan meminta jenazah langsung dimakamkan tanpa proses autopsi.

"Bagaimana kabar kamu di dalam sana, Nggi? Apakah malaikat nya menyeramkan?" bisik Laila pilu.

Dia dengan leluasa menangis karena sedikit sekali yang melayat ke makam temannya itu.

Mendadak terdengar notifikasi pesan w******p dari ponsel di saku bajunya.

"Dari Mami," gumam Laila sambil membuka aplikasi whatsappnya.

[Sayang, nanti ada tamu yang akan memesan kamu jam 8 malam. Bisa kan?]

Laila berdecak pelan. Lalu segera mengetik balasan untuk Mami. Sebenarnya hari ini dia tidak mood, tapi dia membutuhkan uang untuk biaya sekolah adik-adiknya dan memenuhi kebutuhan hidup ibunya di kampung.

[Oke Mi. Biaya sudah deal? Paket 1 atau paket 2?]

[Paket 2. Cash dimuka. Bahkan biayanya dilebihkan. Setelah ini Mama transfer padamu ya, La.]

[Di hotel mana?]

[Hotel Bintang. Kamar 60.]

[Baiklah Mi.]

[Bagus. Kamu memang andalan Mami. Enggak rugi Mami menerima kamu bekerja sama dengan Mami 2 tahun lalu. Kamu tidak pernah mengecewakan Mami, La.]

Sekali lagi dia mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Anggi. Teringat saat mereka baru bertemu pertama kali di kantin kampus. Anggi, perempuan periang berusia dua puluh lima tahun yang merupakan mahasiswi akhir di universitas swasta di kota itu dengan Laila yang pendiam dan berusia dua puluh tahun, mahasiswi baru karena sempat tertunda dua tahun sebelum masuk kuliah.

Anggi bercerita tentang pilihan nya menjadi kupu-kupu malam adalah dia ingin kuliah sampai lulus, dan membiayai anak lelaki nya yang berusia tujuh tahun, sedangkan bapak dari anaknya sudah pergi dengan pelakor dan meninggalkan Anggi dan anaknya dengan setumpuk utang karena ju di.

Rencananya setelah Anggi lulus kuliah, dia akan melamar kerja di perusahaan yang bisa memberi gaji besar dan dia akan meninggalkan dunia hitamnya.

Ting!

Lamunan Laila terpotong saat dia mendengar suara notifikasi SMS banking di ponsel nya.

[TRX. Rek 1123456789 : transfer from 012345678 to 098346788 Rp 3.000.000,00. 28/03/22. 13.13. Nikmati promo E-Banking.]

Laila menghela nafas lalu menyeka sudut matanya yang basah. Sebelum menekuni pekerjaan ini, Laila pernah bekerja sebagai karyawan toko, tapi gajinya tidak cukup untuk membantu biaya kedua adiknya sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari.

"Ah, maafkan aku, Tuhan. Aku masih sangat membutuhkan uang untuk hidup," desis Laila pelan lalu berdiri meninggalkan makam temannya itu. Teman satu profesi tapi berbeda muc1kar1.

***

Laila menghembuskan napas panjang di bawah guyuran gayung untuk membilas sabun di badannya.

Dengan mengenakan kimono handuk di tubuhnya, dia memilih gaun merah maroon selutut tanpa lengan. Sepatu high heels dan tak lupa tas tangannya.

Laila hanya membubuhkan skincare dan bedak tipis-tipis di wajahnya lalu mengoleskan lipgloss di bibir. Tanpa sentuhan make up tebal, dia sudah tampak sangat cantik.

Laila keluar dari kontrakan mungilnya dan melihat mobil mami sudah menjemputnya.

Laila tidak ingin mengecewakan kliennya apalagi kliennya sudah membayar mahal total di muka. Biasanya mereka membayar jasanya dengan uang muka dan melunasinya setelah pekerjaannya selesai. Tapi kliennya untuk saat ini mungkin seorang yang kaya raya dan sangat membutuhkannya mengingat dia telah membayar lunas jasanya sebelum pekerjaannya selesai.

Laila melewati sebuah masjid saat terdengar suara adzan isya'. Ada perasaan aneh menjalar di hatinya. Dan serasa air mata berdesakan keluar setiap mendengar suara panggilan salat itu.

Entahlah sudah berapa purnama dahinya tidak menyentuh sajadah. Sudah berapa lama air wudu tidak menyapa kulitnya. Laila hanya tahu, bahwa dia harus kerja keras agar keluarganya tidak lagi dihina orang karena kemiskinan mereka.

Laila menghela napas saat mobilnya memasuki pelataran hotel. Ditegarkan hatinya dan segera keluar dari mobil untuk bertemu dengan sang customer.

***

"Nama saya, Satria." Lelaki tampan dan berjas di hadapan nya mengulurkan tangan ke arah Laila.

Laila tersenyum manja dan menatap hangat pada customer nya. Gadis itu mendekat dan merangkul leher Satria dengan mesra. Hampir setahun menjalani profesi ini membuat Laila tidak canggung lagi.

"Call me, Lala, Bang. Let's play with me now?" bisik Laila nada menggoda.

Satria mengangguk. "Tutup mata kamu dan berbalik lah!"

Laila mengangguk lalu melepaskan nya pelukan nya pada Satria dan membalikkan tubuhnya. Mendadak Satria menyeringai lebar dan melepas sabuk dari celananya lalu melecutkannya di badan Laila.

Splashhh!

***

Laila meringis menahan sakit dan remuk di badannya karena kliennya ternyata pemuda tampan tapi penganut paham menyimpang.

Rasanya Laila ingin berhenti bekerja dan mencari suami kaya saja. Tapi, apa mungkin ada lelaki yang bersedia menerima masa lalunya dan membiayai seluruh anggota keluarganya?

Dulu sebelum dia terjun ke dunia kelam ini, Laila juga sudah meragukan jika ada lelaki yang tulus mencintainya karena dia juga harus membiayai sekolah kedua adiknya.

"Tidak! Aku tidak boleh menyerah dan putus asa. Keluargaku bergantung padaku. Aku harus kuat!"

Laila cepat-cepat menyeka air matanya lalu memunguti uang yang semalam dihamburkan oleh pemuda itu.

Meskipun badannya terasa remuk redam, dia harus segera pulang. Tapi, mendadak kepala Laila pusing dan pandangan matanya berkunang-kunang.

"Astaga, kenapa denganku? Lebih baik aku tidur di sini dulu," kata Laila lirih lalu dia menarik selimut dan menutupkannya ke seluruh tubuh lalu memejamkan matanya.

Entah berapa lama dia tertidur, saat mendadak terdengar suara dering ponsel nya.

Dengan perlahan, Laila membuka mata dan meraih tas tangannya di atas nakas, lalu mengambil ponsel.

"Halo, Cantik!"

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status