Share

MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT
MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT
Penulis: Titik Balik Author

1. PENGHINAAN

"Selamat ulang tahun, Elisha sayang."

Seorang pemuda yang bernama Arsenio itu membulatkan tekadnya. Dia akan melamar kekasihnya tepat di hari ulang tahun sang wanita. Pria itu pun menyodorkan sebuket bunga mawar, beserta kotak berwarna merah yang berisi cincin. Arsenio ingat, betapa keras kerjanya menabung selama tiga bulan terakhir demi bisa membeli cincin yang cantik itu.

Meskipun canggung, Arsenio tetap berusaha untuk percaya diri. Apapun yang terjadi, Arsenio harus melamar wanitanya hari ini.

"Apa ini? Kenapa kamu datang ke sini?" Elisha menoleh, menjatuhkan tatapan tidak percaya sekaligus kesal kepada Arsenio.

"Ini hadiah untukmu, Elisha. Aku membeli semua ini agar hubungan kita naik ke tingkat yang lebih serius."

Dengan percaya dirinya, Arsenio menunjukkan cincin tersebut, maksud hati ingin melamar. Alih-alih mendapat simpati, Elisha malah menepis tangan Arsenio secara kasar. Arsenio bisa melihat, manik sang kekasih menatapnya nyalang, seolah pria itu baru membuat kesalahan yang amat besar.

"Singkirkan benda murahan itu dari hadapanku! Hubunan lebih serius? Yang benar saja! Aku merasa jijik!" hina Elisha secara gamblang. Tak hanya itu, wanita itu pun mengambil kotak merah berisi cincin itu dan melemparnya dengan keras.

Arsenio balik menatap tidak percaya wanita yang telah dipacarinya selama satu tahun. Pria itu tidak menyangka, apakah semudah itu Elisha melupakannya?

"Aku ini pacarmu, Elisha. Apa kamu sudah lupa?" Arsenio mengulurkan tangannya, mencoba meraih tangan Elisha. Namun apa daya, Elisha bahkan sudah menepisnya sebelum keduanya bersentuhn.

"Aku tidak mengenalmu. Pergilah!" tegas Elisha sembari mendecih. Tanpa perlu mengatakannya, dan hanya dari ekspresi, semua orang juga bisa tahu jika wanita itu membenci Arsenio, dan menganggapnya bak sampah yang dipenuhi dengan lalat.

"Hei, kau! Pria miskin! Cincin murahan itu tidak pantas untuk wanita secantik Elisha. Jangan bermimpi untuk bisa bersanding dengannya! Penampilanmu saja tidak sebanding dengan kami!" cibir wanita cantik dan bertubuh sintal yang berada di samping Elisha.

Wanita itu menatap sinis Arsenio, yang kerap berusaha menyentuh Elisha.

"Hahaha, Elisha tidak pantas untuk pria miskin dan jelek sepertimu!" hardik yang lainnya dengan nada mengejek.

"Ada apa ini?"

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba seorang pria berparas tampan dan berpenampilan keren menghampiri Elisha. Pria dengan jas biru dongker itu merangkul pinggang Elisha dengan mesra.

Arsenio mengepalkan kedua tangannya. Ia merasa geram dan marah di waktu bersamaan, saat melihat Elisha begitu mesra dengan laki-laki lain.

"Pria jelek ini mencoba menggodaku, Felix. Dia membawa cincin jelek itu, untuk diberikan padaku. Dia juga mengaku-ngaku sebagai pacarku. Sedangkan semua orang tahu, kalau aku adalah pacarmu," adu Elisha dengan nada suara manja.

Tanpa ditelaah lagi, pria tinggi dan tampan itu lantas menarik kerah baju Arsenio. Dia tersulut emosi, selanjutnya menjatuhkan tatapan mengintimidasi. "Kau ini siapa, beraninya menggoda kekasihku ah? Penampilanmu saja tidak pantas untuk masuk ke tempat ini!"

Nada suaranya meninggi. Arsenio mengangkat kedua tangannya, lalu mendorong dada bidang lawan bicaranya itu sebagai bentuk perlawanan. Namun sayang, pria itu bahkan tak berkutik.

"Aku pacar Elisha! Sudah satu tahun kami berkencan!" sungut Arsenio tidak mau kalah sambil membusungkan dadanya.

Felix menoleh ke belakang, menanyakan apa yang baru saja didengarnya ke Elisha. "Benarkah yang dikatakannya?"

Elisha menggelengkan kepalanya cepat, "Tidak! Dia hanya mengaku-ngaku sebagai kekasihku. Jangan percaya dengan ucapannya, Sayang," ungkap Elisha polos.

Pria itu kembali mengarahkan pandangannya pada Arsenio, kali ini, Felix menatapnya dingin. Tepat saat Arsenio ingin mengatakan sesuatu, genggaman tangan sang pria sudah menyapa wajahnya terlebih dahulu.

Buk!

Satu pukulan keras mendarat sempurna di wajah Arsenio, membuat darah segar pun mengalir di tepi bibir Arsenio. Ia mengusap tepi bibirnya dan memicingkan mata ke arah Elisha. Marah, kesal dan kecewa dalam waktu bersamaan. Tidak dapat Arsenio sembunyikan sekarang.

"Ayo, Sayang! Pukul dia." Elisha memanas-manasi keadaan. Wanita cantik itu sangat bahagia melihat Arsenio menderita. Mungkin, selama ini, memang hal ini yang selalu diinginkannya.

Bugh!

Sebelum Arsenio bisa melawan, pukulan keras sudah lebih dulu mendarat di perutnya. Felix tidak memberikan cela sedikitpun pada Arsenio untuk memberi perlawanan.

Arsenio bisa mendengar teriakan kebahagiaan dari Elisha dan teman-temannya. Dia sangat marah dan frustasi. Namun, di saat yang bersamaan, Arsenio sadar jika kekuatan yang dimilikinya tidak sepadan dengan pria yang dilawannya.

Felix terus menghajar Arsenio tanpa ampun. Kini beberapa temannya ikut memberi pukulan dan tinjauan pada Arsenio, sampai membuat wajah Arsenio babak belur dan membiru.

"Bawa dia ke kolam renang!" teriak Elisha sembari berjingkrak-jingkrak, seolah kegirangan melihat Arsenio yang kini terkapar lemas.

"Tentu, Sayang." Felix pun mengangguk. "Cepat bawa dia ke kolam renang, lalu lemparkan tubuhnya ke sana!" titahnya kemudian, yang langsung disanggupi oleh kedua temannya.

Elisha tertawa jahat di atas penderitaan Arsenio. Hatinya bersorak gembira karena sebentar lagi, laki-laki yang menjadi pengacau dalam kehidupannya akan tiada. Elisha jelas mengetahui bahwa Arsenio tidak bisa berenang.

Tepat di tepi kolam renang. Arsenio yang sudah setengah tersadar dan penuh luka itu, tidak mampu memberikan perlawanan. Pandangnya juga mulai kabur dan membayang.

Dalam hitungan mundur, kedua teman Felix langsung menceburkan tubuh Arsenio ke kolam renang.

"Hahaha. Ini balasan untuk pria yang tidak tahu diri!" ejek Elisha disertai tawa. Elisha sangat puas.

Felix menyeringai kecil, lalu melingkarkan tangannya di pinggang Elisha. "Pria jelek itu tidak akan mengganggumu lagi, Sayang. Jika dia macam-macam, akan aku pastikan, dia tidak akan bisa melihat matahari terbit lagi."

Dengan bangganya Felix berkata demikian. Elisha yang merasa di atas angin pun, lalu mencium bibir Felix sangat mesra. Sebagai bentuk cinta dan perhatiannya kepada Felix.

Elisha merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini karena telah menaklukkan dua laki-laki.

Sebelumnya, Arsenio, dengan bodohnya memberikan seluruh gajinya selama satu tahun terakhir ini untuk membiayai kehidupan Elisha. Setiap kalli mendapatkan gaji, Arsenio yang bekerja sebagai pelayan di restoran cepat saji itu akan memberikan hampir semua uangnya kepada Elisha. Bahkan, Apartemen yang ditempati Elisha sekarang, Arsenio-lah yang membelinya.

Elisha dan teman-temannya segera meninggalkan area kolam renang, membiarkan Arsenio seorang diri di sana. Mereka tidak lagi peduli, Arsenio masih hidup atau sudah mati.

Nyatanya, Arsenio masih bernapas. Namun, penglihatannya semakin melemah sekarang. Di waktu bersamaan, Arsenio melihat secara remang-remang layar notifikasi.

Ada kilatan cahaya terang yang menyilaukan mata. Arsenio menutup rapat-rapat netranya. Pasrah, karena malaikat pencabut nyawa, telah datang untuk mengakhiri hidupnya.

DEG!

Komen (6)
goodnovel comment avatar
aaaaaaaaaaaaaa
nice,,,,,,,
goodnovel comment avatar
cumicumi Kokobob
gua kasian SMA si Arsenio,,,udh bela"in nabung tapi ditolak mentah"
goodnovel comment avatar
Kekasih Gelap
awalan yg seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status