Share

Friends Now?

Derai tawa pecah seketika. Dari mulanya senyuman, tawa kecil, sampai berubah menjadi tawa terpingkal-pingkal. Suasana berubah lega, tak lagi menakutkan atau mengkhawatirkan. Kalau pun ada bencana, itu hanyalah sebuah luka biasa berupa lecet berukuran sangat kecil yang tak meninggalkan luka menganga di kedalaman hati. Tawa lepas keduanya meruntuhkan tembok kekakuan yang selama ini terbangun.

“Aku heran. Bukannya kamu dengan Khun Nichaon rencananya mau dinner bareng sehabis mengantar aku dan Vonny?”

Diingatkan seperti itu membuat Verdi berpikir sejenak sebelum kemudian tersenyum lebar.

“Ooo, aku mengerti.” Ia bangun dan lantas berdiri tegak yang kemudian diikuti Rania.

“Tapi ajakan Nichaon bukanlah ajakan makan malam. Kami batalkan. Dia malah meminta untuk aku menemaninya kembali ke kantor.”

“Kembali ke kantor? Buat apa?”

“Astaga, kamu nggak lupa kan bahwa ada pengiri

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status