Leon kali ini tidak ingin menjadi boneka papanya. Untuk kekasih hati, harus dari pilihannya sendiri. Sudah cukup seluruh hidupnya diatur oleh orang tuanya, semua keinginannya harus terpendam karena tidak diizinkan oleh sang papa.
“Hanya karena mencintai seorang wanita yang tidak jelas, kau menjadi seorang pembangkang!” seru Tuan Besar Alexander.
“Papa, selama ini, aku sudah menjadi seorang anak penurut bagimu. Sekarang, saatnya aku menentukan pilihan hatiku sendiri,” jawab Leon dengan tegas.
Percekcokan terjadi di antara keduanya. Leon ingin yang menjadi pendampingnya adalah pilihan hatinya sendiri, sedangkan Tuan Besar Atmaja ingin Leon mempunyai istri dari kalangan pengusaha yang sepadan dengan mereka, itu juga harus wanita yang dipilihnya.
“Sudah cukup! Kalian ini, apa tidak capek berdebat terus?” tanya Nyonya Atmaja yang melerai keduanya.
“Lihat! Anak kesayanganmu ini menjadi anak yang tidak berbakti sekarang!” bentak Tuan Besar Atmaja.
Nyonya Atmaja mendinginkan suasana dengan cara mengajak keduanya berdiskusi di ruang baca sambil minum teh. Beliau tahu, suaminya ini sangat keras, sedangkan putranya menginginkan kebebasan berpendapat dan memilih sendiri pasangan yang dia inginkan. Kemudian, Nyonya Atmaja harus mendamaikan mereka semua agar tidak lagi terjadi keributan di antara keduanya.
“Suamiku, putramu sudah besar sekarang. Wajar jika dia menaruh hati pada lawan jenisnya. Kau tahu masalah hati itu tidak bisa dipaksakan. Bukankah kau sendiri juga dahulu seperti itu?” tanya Nyonya Atmaja.
“Ta-tapi, istriku … yang disukai Leon adalah seorang aktris!” jawab Tuan Besar Atmaja.
“Lalu, kenapa jika seorang aktris? Apakah ada masa lalu dengan seseorang yang bekerja sebagai publik figure?” tanya Nyonya Atmaja.
Tuan Atmaja mengangguk sejenak. Kenapa beliau melarang anaknya terjun ke dunia hiburan adalah karena masa lalunya yang kelam. Beliau pernah berpacaran dengan seorang aktris yang di depan layar kaca terkenal dengan sikapnya yang anggun. Gosip miring pun tidak pernah dia dapatkan, bahkan menyabet begitu banyak penghargaan.
“Papa sendiri pernah berpacaran dengan aktris, lalu kenapa sekarang melarangku mendekati Velope?” tanya Leon sedikit geram.
“Dengarkan dulu! Papa, 'kan, belum selesai bercerita,” jawab Tuan Besar Atmaja.
Tuan Atmaja melanjutkan ceritanya. Kala itu, pukul tujuh malam adalah janji untuk bertemu dengan sang kekasih hati. Tak disangka, gadis pujaan hatinya yang tidak pernah mendapat skandal apa pun di televisi, terlihat mesra dengan seorang sugar daddy di sebuah bar. Beliau melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, bagaimana gadis itu merayu lelaki lain dan mengatakan tidak bisa menemaninya lebih lama karena harus menemui sang kekasih.
Saat itulah hatinya hancur dan bersumpah anak keturunannya tidak boleh ada yang terjun ke dunia hiburan atau memiliki hubungan dengan seseorang yang bekerja di dalamnya. Karena yang ditampilkan di layar kaca itu semuanya palsu.
“Tapi, kau tidak bisa menyamakan gadis yang disukai oleh anakmu seperti gadis yang kau idolakan pada masa itu suamiku,” ucap Nyonya Atmaja.
“Apa yang diperlihatkan di layar kaca tidak seperti yang kalian lihat. Mereka hanya menjaga citra mereka saja!” tegas Tuan Atmaja.
“Bagaimana jika kita menyelidiki asal usul Velope, gadis yang disukai oleh putra kita?” tanya Nyonya Atmaja kepada suaminya.
Sebuah ide yang bagus. Akan tetapi, Tuan Besar Atmaja masih saja tidak setuju jika Leon terus berhubungan dengan gadis yang sangat popular di layar kaca itu apalagi sampai menjadi menantunya. Bayang-bayang masa lalu masih menghantuinya. Beliau tidak ingin putranya terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
“Tidak, aku sudah yakin ada seorang penyokong di belakangnya dan aku juga meragukan kesuciannya!” tegas Tuan Atmaja.
“Sudahlah, lanjutkan diskusi ini besok pagi saja. Hari sudah malam. Ayo, kita istriahat dulu!” ajak Nyonya Atmaja.
Leon menurut dan segera masuk ke kamarnya, sedangkan Tuan Besar Atmaja dan istrinya masih mengobrol di ruang baca. Perihal putranya, Nyonya Atmaja menyarankan untuk memberikan waktu kepada Leon untuk mencoba berpacaran dengan wanita yang dipilihnya, sebelum benar-benar menikah dengan wanita pilihan orang tuanya.
“Aku setuju dengan usulmu, tapi aku tetap tidak ingin Leon terlanjur mencintai wanita itu, sehingga kehilangan akal dan nekat meninggalkan keluarga ini,” ucap Tuan Atmaja.
“Kau sungguh keras kepala, suamiku. Lebih baik, aku tidur daripada naik tekanan darahku gara-gara berdebat denganmu.” Nyonya Atmaja meninggalkan suaminya dan masuk ke kamar.
***
Keesokan harinya, Leon seperti biasa membuka media sosial dan melihat aktivitas yang dibagikan oleh Velope di beranda media sosial miliknya. Pagi ini, dia akan melakukan syuting di daerah Menteng. Leon sungguh antusias ingin melihat langsung prosesi syuting aktris idolanya.
Tring!
Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
[Tuan penolong, bisakah hari ini datang ke Kafe Magenta, pukul empat sore? Sesuai janji, Velope mengajak Anda minum teh sebagai ucapan terima kasih. Tolong, dibalas, ya!]
[Aku akan datang,] balas Leon.
Hati Leon berbunga-bunga hari ini. Bagaimana tidak, dia akan pergi minum teh dan pergi kencan dengan aktris idolanya. Leon berdoa, semoga hari ini papanya tidak membuat ulah, sehingga dia bisa pergi dengan tenang.
***
“Bagaimana, Hanna? Apakah dia sudah merespons pesan singkat yang kau kirimkan?” tanya Velope yang sedang di-make-up.
“Tuan Leon merespons sangat cepat. Sepertinya, dia sangat menyukaimu,” jawab Asisten Hanna.
Pria tampan mana yang tidak menyukai Velope, seorang gadis yang kariernya sedang cemerlang di dunia hiburan saat ini. Selain prestasi seperti penghargaan aktris terbaik, pundi-pundi kekayaan yang dia kumpulkan dari hasil bekerja di dunia hiburan, sudah tak terhitung jumlahnya. Velope merupakan seorang istri idaman bagi kaum adam masa kini.
“Jangan bicara sembarangan, Hanna! Banyak pria yang bilang menyukaiku, belum tentu mereka sungguhan memberikan cintanya,” ucap Velope kepada asistennya.
“Velope, jangan mengobrol lagi! Sebentar lagi, giliranmu untuk syuting!” seru seorang sutradara.
Velope meminta maaf karena dia tidak memperhatikan waktu. Setelah mendapat teguran, Velope langsung menuju tempat syuting. Aktingnya sangat memukau, sangat menghayati ketika berakting di depan sorotan kamera. Banyak orang memuji kepiawaiannya dalam berperan.
“Cut! Bagus, Velope! Aktingmu luar biasa. Aku senang jika bekerja sama denganmu, tidak butuh waktu lama dalam bekerja,” puji seorang sutradara.
“Terima kasih, Pak Sutradara. Semua ini, berkat arahan Anda,” jawab Velope merendah.
Akhirnya, syuting Velope hari ini selesai. Dia tak lupa dengan janjinya menraktrir minum teh kepada Leon, si penggemar gila yang menolongnya pada saat yang tepat waktu itu. Dia segera berganti pakaian biasa, menghapus make-up-nya, berdandan senatural mungkin supaya tidak mencolok sama sekali.
“Hanna, apakah Leon sudah mengonfirmasi lagi jika jadi datang ke Kafe Magenta sesuai janji tadi siang?” tanya Velope yang sudah siap untuk bertemu Leon.
Hanna masih sibuk membereskan barang milik Velope yang dibawa ke lokasi syuting hari ini. Sesaat, dia menghentikan gerakan dan menjawab pertanyaan bosnya, “Tuan Leon sudah mengonfirmasi kalau sebentar lagi akan menuju Kafe Magenta.”“Terima kasih, Hanna. setelah kau selesai merapikan barangku, kita berangkat.” Velope duduk di bangku untuk meluruskan kakinya.Sesaat kemudian, Hanna selesai merapikan barang bawaan Velope. Mereka berdua berangkat menuju Kafe Magenta untuk mengobrol santai bersama Leon. Di tempat lain, pada waktu yang sama, Leon sudah rapi ingin segera berjumpa dengan sang idola. Sedari tadi, dia mengganti pakaian yang akan dia gunakan untuk menemui Velope. Entah ini sudah yang ke berapa kali pakaian yang dia keluarkan dari lemari.“Kau mau ke mana, anakku?” tanya Nyonya Atmaja.“Mama, coba pilihkan! Warna kemeja mana yang bagus untukku?” Kedua tangan Leon menenteng kemeja beda warna.&ld
Preman bayaran yang Angie sewa itu menyetujui apa yang diperintahkan olehnya karena Angie berani membayar harga tinggi untuk satu pekerjaan yang telah disepakati kedua belah pihak.“Baik nona asalkan harga cocok kami akan segera membereskan wanita itu,” ucap ketua preman bayaran.“Aku tunggu kabar dari kalian, malam ini juga Velope harus kehilangan citra baiknya,” kata Angie dengan api cemburu yang membara di hatinya.Selesai menelepon preman bayaran Angie kembali berkumpul bersama teman-temannya. Di tempat lain dengan waktu yang sama Leon merasakan suatu firasat buruk yang akan terjadi, ia memikirkan cara agar bisa mengawasi Velope malam ini. Hatinya entah kenapa tidak bisa tenang, “Velope, bisakah malam ini aku menjagamu, maksudku …”“Kau mau melakukan apa padaku tuan?” tanya Velope sedikit ketakutan.“Maafkan aku Velope, aku tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,” jawab L
Angie menoleh ke arah seseorang yang membuatnya kaget. Entah dari mana datangnya wanita ini kenapa bisa mengenal Angie, "Siapa kau dan apa urusanmu denganku?""Masalah siapa aku tidak penting nona Angie, yang jelas musuh kita sama." jawab seorang yang sekarang telah duduk di hadapan Angie.Angie masih berpikir keras tentang apa yang dikatakan oleh wanita yang duduk dihadapannya ini, tiba-tba datang dan dia sendiri tidak mengenalnya bagaimana bisa mempunyai musuh yang sama?"Aku tidak mengenalmu, apa kau yakin kita mempunyai musuh yang sama?" tanya Angie."Nona Angie aku tidak akan sungkan memperkenalkan diri padamu, aku adalah model dari agensi HN entertaimen, semenjak kemunculan Velope dia selalu merampas kesempatan emasku menjadi yang terbaik, aku membencinya," jawab wanita itu.Angie mengangguk mengerti sekarang kenapa wanita dihadapannya ini mengaku mempunyai musuh yang sama dengannya ternyata persaingan kerja. Angie berpikir bisa memanfaatkan
Leon menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memperingatkan Angie untuk tidak ikut campur urusan pribadinya karena memang diantara mereka tidak ada hubungan yang spesial. Tuan Atmaja boleh saja menjodohkan Angie dengan Leon tetapi untuk urusan hati tetap tidak bisa dipaksakan."Angie, aku minta jangan lancang mencampuri urusanku, apa kamu pikir aku tidak tahu kau menyewa preman bayaran untuk membuntuti Velope, jelaskan padamu apa maksud semua ini!" seru Leon dengan raut wajah yang sangat marah."A-aku tidak mengerti Leon, aku tidak kenal Velope!" jawab Angie terbata.Leon sama sekali tidak percaya dengan omongan Angie, ia terus mendesak agar Angie mengakui perbuatannya. Angie melakukan drama menangis agar Leon tidak terus menyudutkannya. Tidak mungkin Angie mengakui karena Leon bisa semakin membencinya."Jangan berbohong padaku dan hapus air mata buayamu itu, ingat Angie kau sudah melakukan kesalahan besar aku tidak suka wanita yang menggunakan kekuasa
Angie terus berakting dan Leon tetap saja tidak ada pergerakan seperti apa yang ia inginkan. dalam hatinya terus berharap Leon akan menunjukkan sikap yang dahulu selalu ia tunjukkan padanya."Angie jika kau pandai berakting seperti itu, kenapa tidak ikut casting kebetulan di perusahaan Henri sedang membuka lowongan casting untuk sinetron terbarunya?" tanya Leon setengah mengejek."Leon aku sangat sedih sungguhan," Jawab Angie.Bagai dihujani peluru hati Angie terasa sakit dan tercabik-cabik, Leon yang dulu pernah memberiakn kehanagtan untuknya kini telah berubah. seorang pria yang dahulu selalu ia kagumi karena kelembutannya kini berubah menjadi pria yang dingin dan kejam."Angie sudah aku bilang kau sudah melakukan dua kesalahan yang paling aku benci, jadi maaf aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu," ucap Leon kemudian pergi meninggalkan Angie dan Henri.Angie memanggil Leon namun tidak diindahkan. Henri yang merasa kasihan menenangkan sahabatnya
Tuan Atmaja menggebrak mejanya, Leon semakin tidak bisa diatur. Jika Leon merasa tidak memiliki ikatan hubungan dengan Angie, maka ia harus segera menggelar pesta tunangan untuk keduanya."Ada apa lagi suamiku, biarkan Leon bersenang-senang dulu dia masih terlalu muda untuk memikul tanggung jawab yang besar," ucap nyonya Atmaja."Aku tidak mau dia semakin dalam jatuh cinta dengan artis itu, aku akan segera menggelar pesta tunangan untuk Angie dan Leon," ucap Tuan Armaja.Jika Nyonya Atmaja membantah keinginan suaminya sekarang akan terjadi keributan malam ini. Nyonya Atmaja memmilih mengajak suaminya untuk segera istirahat dengan alasan tidak baik untuk kesehatan jika tidur terlalu larut malam. Jika sudah membaik suasana hatinya mungkin akan mudah diajak untuk mengobrol.***Pagi hari di meja makan kediaman tuan besar Atmaja dan keluarganya menikmati sarapan dengan suasana hening."Mama, papa, hari ini Leon ada urusan, jadi akan pergi sampai
Seorang wanita cantik duduk santai sambil minum kopi di sudut ruangan. Tidak ada satu pasang matapun yang tidak memperhatikannya, Leon berandai-andai dia masih memiliki banyak uang di tangannya. Sudah pasti Leon akan membayar tagihan yang dipesan wanita cantik tersebut."Henri aku tak bisa mendekatinya sekarang, karena aku pria yang miskin sekarang," ucap Leon sembari menghela nafasnya."Mulai hari ini kau harus bekerja keras untuk meraihnya, aku yakin kau mampu." Henri menepuk pundak sahabatnya.Leon harus berusaha keras untuk mendapatkan hati Velope seorang artis yang diidolakannya, Saat ini selain berjuanga mendapatkan hati Velope dia juga harus bertahan untuk hidup. Leon bukan lagi menjadi keluarga Atmaja saat ini, ia memutuskan untuk pergi dari rumah demi mendapatkan hidup yang nyaman."Henri semakin melihatnya hatiku semakin sakit, saat ini aku dan dia bagai langit dan bumi," ucap Leon dengan lirih."Kau akan menjadi orang yang berguna walau
Velope mambaca isi pesan yang diterimanya, sebuah isi pesan yang sangat manis ditujukan untuknya. Wanita cantik itu hatinya sungguh dingin ia menganggap pesan dari seorang lelaki yang memberinya bunga mawar hanya untuk mengujinya.[Nona Velope, aku akan memberimu bunga mawar setiap hari jika kau mau] tulis Leon di pesan singkatnya untuk Velope.[Terima kasih tuan Leon, lebih baiik kau simpan saja uangmu untuk hal yang lebih penting, aku tidak butuh bunga tapi butuh uang] balas Velope.Velope berdecik kesal ternyata Leon hanya bermain-main saja kepadanya. Sama seperti pria lainnya yang hanya terobsesi dengan kecantikan dan populernya Velope. Dia berharap suatu hari nanti akan bertemu dengan seorang kekasih hati yang biasa saja tapi sangat bertanggung jawab.***"Leon kenapa kau tampak kesal sekali?" tanya Henri."Aku mengirim pesan ke Velope, tapi jawabannya membuatku kesal," jawab Leon.Henri terkekeh mendengar cerita Leon barusan, sa