Ducan berhasil menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan sang ayah satu hari sebelumnya, dengan wajah lelah dia masuk ke dalam rumah lalu tanpa sengaja bertemu dengan Sena yang akan menaiki tangga.Ducan menjadi kesal begitu melihat wajah santai Sena. "Kamu senang?"Sena yang sudah di tengah tangga, balik badan lalu melihat Ducan yang masih berdiri di bawah tangga.Ducan tertawa mengejek. "Ayah selalu bela kamu dan bahkan proyek ulang tahun ayah diambil dari tangan Natasha."Ducan tahu masalah ulang tahun ayahnya, Sena sebagai menantu selalu membuat acara untuk ulang tahun ayah Ducan selama tiga tahun pernikahan, dia juga tidak peduli wanita yang sudah dibeli ayahnya melakukan sesuatu di rumah.Sena masih menatap Ducan dengan dingin.Ducan tertawa mencemooh. "Apakah kamu bisu? Kamu sudah bisa menjilat ayahku dan juga berhasil mendapatkan simpatinya sehingga Natasha tidak punya tempat di rumah ini."Kamu juga berhasil buat aku menjadi suami tidak bertanggung jawab. Kerja di gudang? Apakah
Adrian bertanya pada ayah Ducan. "Tuan besar, tentang kekasih tuan muda yang mengacaukan barang-barang-"Ayah Ducan menggeleng singkat. "Aku tidak akan ikut campur urusan rumah tangga anak-anak, tapi... Ducan memang sudah keterlaluan, di sini aku juga rugi. Undang mereka semua untuk makan malam, aku akan memberikan peringatan keras ke mereka bertiga.""Nyonya juga kena masalah?""Sena ceroboh karena membiarkan barang-barang berharga di tempat seperti itu tanpa adanya pengamanan, dia juga salah."Seperti yang diduga Adrian, tuam besar selalu memiliki penilaian adil. Dia membungkuk lalu keluar dari ruang kerja ayah Ducan dan memberikan konfirmasi ke kepala pelayan.Tok! Tok!Sena buka pintu dan melihat Adrian berdiri di depan pintunya, sangat mengejutkan. "Ada apa? Apakah ada masalah dengan ayah mertua?""Nyonya dimohon berkumpul hari ini di ruang makan."Tadinya Sena ingin minta izin lagi untuk tidak makan malam di bawah karena terlalu lelah, selain itu juga tidak ingin bertemu dengan
"Sena, kamu juga salah karena tidak meletakan petugas keamanan di tempat seperti itu, sehingga membuat dua ekor kecoak menghancurkan barang-barangku." Tegur ayah Ducan ke Sena.Sena mengangguk paham. "Iya, ayah. Minta maaf saja tidak cukup, tapi saya tidak punya cukup banyak uang untuk menggantinya.""Kenapa kamu harus menggantinya? Bukankah kamu punya suami?"Kedua mata Ducan terbelalak lalu menjerit kecil. "Ayah!""Ducan, kamu bisa menanggung beban Natasha tapi tidak bisa menanggung Sena? Padahal yang membuat kerugian adalah Sena. Apa yang kamu pikirkan?" Tanya ayah Ducan.Ducan terdiam."Kamu menanggung kerugian sesuka hati, apakah kamu masih belum paham arti dari tanggung jawab?"Ducan tidak berani membalas perkataan ayahnya."Lebih baik aku makan di kamar, daripada melihat orang bodoh yang menyakitkan mata." Ayah Ducan memutuskan membawa makanan ke dalam kamar karena tidak terlalu mood makan di ruang makan dan diinstruksikan ke kepala pelayan.Kepala pelayan menyuruh pelayan memb
Natasha tidak suka melihat pekerjaan Sena sukses, disaat mengantarkan Ducan berangkat kerja di pagi hari, dia memikirkan cara untuk menghancurkannya.Lalu dia teringat dengan Sella. Natasha bertanya pada Ducan. "Sayang, aku boleh pinjam handphone kamu?"Ducan mengabaikan pertanyaan Natasha dan langsung masuk ke dalam mobil begitu sopir membuka pintu untuk dirinya.Natasha terkejut dengan sikap Ducan dan ingin marah tapi tidak bisa melampiaskannya.Natasha yakin, sikap dingin Ducan karena ulah si Sena sialan itu. Dia harus cepat-cepat mencari orang itu dan kerja sama. Masalahnya bagaimana dia bisa menghubungi orang itu?Tiba-tiba Natasha teringat cerita Ducan mengenai Sena yang berusaha melukai dirinya lalu pingsan dan pelayan menghubungi sepupu Sena untuk bantu merawat Sena.Natasha pergi mencari kepala pelayan setelah Sena, ayah Ducan dan sekretarisnya sudah berangkat kerja.Natasha melihat kepala pelayan sedang di dapur, memberikan arahan ke chef dan pelayan lain. Setelah selesai,
Sena yang sibuk dengan pekerjaannya di gudang, lalu harus mengurus acara ulang tahun ayah mertuanya, tiba-tiba dipanggil ke ruang kerja.Begitu masuk di ruang kerja, Sena melihat Ducan dan Natasha ada di dalam ruangan, berdiri menghadap sang kepala keluarga.Sena menghela napas dan bertanya di dalam hati. Kali ini apalagi?Ayah ducan bertanya kepada Sena. "Kamu bawa handphone?"Sena mengeluarkan handphone dari sakunya. "Lihat media sosial dan baca apa gosip terbaru tentang kamu." Perintah ayah Ducan.Sena menaikan salah satu alisnya lalu membuka akun media sosial miliknya, sejak menikah Sena jarang membuka akun media sosialnya. Natasha tersenyum tipis di samping Ducan.Ducan diam dan hanya melihat Sena yang melihat handphone jadulnya dengan serius.Sena membaca gosip mengenai dirinya yang tidak mau menikah dengan Ducan, lalu mengatakan Ducan adalah pria mesum dan hanya mengandalkan harta keluarganya.Rekaman pertengkaran dirinya sebelum menikah dengan Ducan dan dikonfirmasi ayah Sen
"A! Aaah... sayang... sayang... kumohon!" Jerit Natasha yang kesakitan karena tiba-tiba Ducan mendorongnya ke atas tempat tidur dan masuk ke dalam dirinya.Hanya tubuh bagian atasnya di atas tempat tidur, Natasha takut keguguran karena Ducan main kasar. "Sa- sayang! Tolong, tolong jangan kasar. Ah!" Ducan memaksa masuk ke dalam Natasha dan bergerak secara kasar. "Keguguran? Bukankah kamu bisa punya anak lagi jika keguguran?"Natasha menjerit di dalam hati. Apakah kamu sudah gila?!Ducan meremas dada mungil Natasha dengan tangan kiri sementara tangan kanannya mencekik leher Natasha.Kedua tangan Natasha berusaha melepas cekikan dari Ducan. Upayanya sia-sia karena Ducan terlalu erat mencengkram dirinya.Natasha pasrah menerima semua perlakuan kasar selama Ducan bahagia dan masih mempertahankan dirinya.Ducan membalik tubuh Natasha hingga punggungnya menghadap Ducan.Natasha menggeleng lemah. "Tidak, tolong jangan belakang!"Ducan mengabaikan permohonan Natasha dan masuk lewat belakang
Di pagi hari, Sena terbangun dengan kepala sakit. "Nyonya, tuan besar memberikan perintah supaya anda tidak masuk kerja hari ini, tuan Adrian yang akan mengurus surat izinnya.""Kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Sena sambil memijat keningnya."Tuan muda membawa anda ke kamar, dokter bilang anda terlalu lelah dan stres. Istirahat satu hari sudah cukup, sebentar lagi ulang tahun tuan besar, anda harus fit."Sena bingung. "Ducan yang membawaku?""Ya, nyonya."Sena teringat dengan pertengkaran mereka semalam di taman. "Nyonya, apakah ada yang ingin anda makan atau minum sesuatu yang hangat?"Sena menggeleng pelan. "Tidak, aku ingin istirahat sebentar."Pelayan mengangguk paham lalu keluar kamar Sena.Ducan yang berdiri cemas di luar kamar, bertanya ke pelayan yang keluar kamar. "Istriku sudah bangun? Dia butuh sesuatu?""Tuan muda, nyonya muda hanya ingin istirahat.""Aku dengar kemarin dia tidak sempat makan malam, perutnya pasti masih kosong. Aku akan mengirim makanan untuk dirinya,
"Sate?""Ya, aku pikir jauh lebih baik memberikan sate untuk makanan pembuka atau sesuatu yang ditusuk sehingga para tamu undangan bisa menikmati makanannya juga.""Apakah anda ingin membuat para tamu makan sambil berdiri?""Bukankah itu tidak sopan?""Ada orang kaya yang menerapkan aturan tata krama dan ada yang tidak, anda ingin ikut yang mana?""Sate hanyalah pilihan, yang lain bisa mengambil menu makanan yang lain. Aku ingin coba merakyat."Kepala pelayan menatap curiga Natasha. "Anda melakukan ini bukan karena alasan lain?""Alasan seperti apa contohnya?"Kepala pelayan berpikir sebentar lalu mengangguk setuju. "Saya akan mengikuti saran anda dan mengubah beberapa menu.""Mengubah? Ditambahkan saja tidak apa, aku tidak ingin orang lain jadi bekerja sia-sia." "Ada beberapa menu makanan yang tidak bisa dibuat secepatnya, sementara sate juga membutuhkan waktu untuk bisa matang dengan sempurna. Salah satu menu harus mengalah.""Begitu ya, aku jadi merasa bersalah pada Sena. Padahal d