Home / Romansa / MENIKAHI CEO AROGAN / Lelaki Yang Aku Cintai

Share

Lelaki Yang Aku Cintai

Author: Nona Lee
last update Huling Na-update: 2025-07-30 02:53:43

"Bagaimana, kau menikmatinya sayangku?"

Kevin menekan tubuh wanita itu ke dinding. Sementara tubuhnya terus bergerak maju mundur dengan cepat. Sudah berapa kali mereka melakukan ini? Hingga wajah Marlina nampak begitu pucat. Dia tidak bisa merasakan tubuhnya, seolah membeku.

"Kevin, cukup!"

Wanita itu merintih kesakitan, namun Kevin tak memperdulikannya. Dia terus menghujani wanita itu dengan benihnya, hingga penuh. Hatinya merasa terusik, dengan kata-kata sang ibu tiri. Bagaimana jika bukan Marlina yang tidak bisa hamil? Melainkan dirinya yang memang bermasalah.

"Ah, sialan!"

Kevin melepaskan wanita itu, lalu duduk termenung di sofa. Matanya nampak gelisah, namun tak mampu berkata pada siapapun. Dia kembali mengambil sebatang rokok, kemudian menghisapnya. Sesekali kali Kevin meremas rambutnya kesal, dan mengumpat kasar.

"Kevin, kau baik-baik saja?"

Marlina menatap suaminya khawatir, namun lelaki itu tak menggubris. Matanya hanya fokus menatap ponsel, "Jangan ganggu aku."

Lelaki itu mengambil pakaiannya, lalu pergi meninggalkan Marlina. Dalam langkahnya, dia nampak menelpon seseorang. Wanita itu hanya bisa melihat dari jauh, tanpa bisa bertanya dengan jelas. Hatinya begitu khawatir, melihat tingkah Kevin yang seperti itu.

"Ada angin apa kau memanggilku kemari?"

Seorang lelaki berkacamata, menepuk punggung Kevin. Memandangnya dengan perasaan heran. Setelah cukup lama mereka tidak bertemu, lelaki itu tiba-tiba saja mengajaknya minum. Dia sudah cukup banyak minum, hingga sedikit mabuk.

"Kau lama sekali. Apa sesulit itu menemui temanmu?!" Kevin menggerutu kesal. Dia menendang kaki lelaki berkacamata itu keras.

"Owh!" Lelaki berkacamata itu memegangi kakinya yang sakit. "Kau memang pantas dipukul, brengsek!" Bentaknya kesal.

Keduanya saling menatap, lalu tertawa kecil. Tak ada obrolan khusus, kecuali membahas kehidupan masing-masing. Hingga tak lama, Kevin mulai memberanikan dirinya.

"Gin, kau dokter urologi, kan?" Tanya Kevin canggung. Dia menggaruk pundaknya beberapa kali.

Lelaki bernama Gino itu menatap serius, "Iya, kenapa? Kau punya masalah dengan milikmu?!"

"Tidak, maksudku iya. Aku ingin kau memeriksa sesuatu, apa bisa?" Bisik Kevin ragu. Wajahnya tampak merah menahan malu. Ini adalah pertama kalinya dia meminta bantuan seseorang, untuk mengatasi masalahnya.

Gino mengangguk setuju, "Bisa. Datang saja ke rumah sakit besok."

Dengan keadaan mabuk, Kevin mencrengram kemeja temannya. Mengancam agar merahasiakan semua ini dari siapapun. Gino terus menggodanya hingga marah, karena dia tahu persis sifat lelaki itu. Kedua lelaki itu akhirnya menghabiskan malam, dan minum sampai mabuk parah.

Gubrak!

Suara barang terjatuh, membangunkan Marlina dari tidurnya. Dia menatap sekeliling, hingga pintu kamar pun terbuka lebar. Kevin berjalan sempoyongan dalam gelap, lalu terjatuh di lantai. Dia mencoba bangkit, namun seluruh tubuhnya terasa lemas.

"Cih, apa kau senang melihatku begini?"

Kevin menatap Marlina yang duduk di tepi ranjang. Dia melempar sepatunya, lalu mengumpat kesal.

"Kemarilah..." Marlina mengulurkan tangannya. "Aku akan membantumu."

Marlina membantu Kevin naik ke atas ranjang, lalu melepas sepatu dan kaos kakinya. Dia sempat menyalakan lampu, dan melihat kondisi suaminya. Wajah tampan itu nampak merah, dengan tubuh penuh keringat. Matanya terpejam sempurna, dan terus bergumam tidak jelas.

"Apa ini?" Pupilnya gemetar melihat noda lipstik di kemeja. Dia mendesah kesak. "Kevin, kau memang tidak pernah berubah."

Wanita itu mengepalkan tangannya, namun tak mampu berbuat apapun. Dia memang sering memergoki Kevin bersama wanita lain, dan itu telah menjadi kebiasannya. Marlina tidak akan marah, karena dia sadar dengan kondisinya. Dia bukan wanita yang lelaki itu cintai, bahkan inginkan di dalam hidupnya.

"Apa kau begitu membenciku, Kevin? Kenapa kau tidak bisa membiarkan aku masuk dalam hidupmu."

Marlina bergumam pelan, sembari menyeka wajah Kevin yang penuh keringat. Dalam diam, dia terus menatap suaminya. Mengagumi wajah tampan yang selalu menatap rendah terhadapnya. Kenapa Marlina tidak bisa membenci lelaki ini? Setelah semua perlakuan buruk yang Kevin lakukan padanya. Seluruh tubuh rapuh itu, penuh dengan luka. Bukan hanya memar, tapi beberapa sayatan benda tajam pun, pernah Marlina rasakan. Dia sudah bertahan cukup lama, menunggu lelaki itu berubah.

Lengan mungilnya mengusap wajah Kevin yang mulai tertidur. Mungkin dengan begini, Marlina bisa melihat sisi tenang Kevin. Diam tanpa banyak cacian yang keluar dari mulutnya. Marlina hanya bisa menghayal, jika suatu hari nanti, perasaan lelaki itu akan berubah. Kevin akan memperlakukannya dengan baik, seperti dia yang selalu mencintainya.

Flashback

"Kau yakin, akan menikahi anak konglomerat itu? Ibu dengar, dia sangat kasar dan angkuh. Ibu tidak bisa, mengorbankan anak Ibu begitu saja."

Seorang wanita paruh baya berbaring di ranjang rumah sakit. Matanya nampak gelisah, mendengar kabar tak sedap yang menimpa putrinya. Ketika bisnis keluarga mereka sedang diambang bangkrut, seorang pesaing sang ayah menawarinya bantuan dana. Namun lelaki itu meminta Marlina sebagai imbalan, untuk dia jadikan sebagai istrinya.

Sebagai seorang ibu, wanita paruh baya itu nampak begitu khawatir. Dia menanyai putrinya puluhan kali, untuk memikirkan pilihan yang akan dia ambil. Namun, Marlina telah jatuh cinta sejak awal. Melihat ketampanan, putra sulung Davidson grup itu.

"Ibu, aku yakin dia lelaki yang baik. Karena jika tidak, bagaimana mungkin dia mau menolong Ayah?"

Bagaikan gadis kecil berhati polos. Marlina tak menaruh perasaan buruk sedikitpun pada lelaki itu. Bahkan di hari pertama mereka bertemu, dia secara terang-terangan mengatakan suka padanya.

"Sayang, ibu tidak yakin jika dia lelaki yang baik. Bagaimana jika kau tolak saja permintaan ayahmu?" ucap wanita paruh baya itu resah. Dia berusaha membujuk sang anak untuk menurutinya.

Marlina memegang tangan ibunya lembut, "Ibu tenang saja. Aku yakin akan hidup bahagia dengan lelaki itu."

Pada akhirnya, Marlina menandatangani kontrak pernikahan dengan lelaki itu. Seorang CEO tampan yang dia anggap sebagai cinta pertamanya. Lelaki yang dia pikir berhati malaikat, karena telah menolong keluarganya. Begitu polosnya hati Marlina saat itu, tanpa memikirkan latar belakang lelaki yang dia cintai.

"Jadi begini rasanya menikah? Aku benar-benar bahagia!"

Wanita itu duduk di depan cermin, menyisir rambutnya yang basah. Matanya nampak sedikit gelisah, karena sang suami belum menemuinya setelah acara pernikahan. Dia beranjak keluar dari kamar pengantinya, mencari disetiap sudut rumah ini.

"Kevin?"

Dengan suara lembut, dia memanggil suaminya. Kakinya yang mungil berjalan menuju sebuah ruangan dengan pintu terbuka. Dia mendengar suara-suara aneh yang nampak familiar. Dengan sedikit keraguan dalam hatinya, Marlina masuk ke ruangan itu.

"Kevin?!"

Matanya terbuka lebar, menghilangkan senyum yang semula terpancar sangat indah. Marlina mendapati suaminya sedang bersama wanita lain, dengan tubuh setengah telanjang. Dia mundur perlahan, dadanya tiba-tiba terasa begitu menyesakkan. Air mata jatuh tak terbendung, dia berlari pergi meninggalkan suaminya.

"Bagaimana bisa?" Bibirnya gemetar. "Bagaimana bisa dia melakukan itu di malam pertama kita?!"

Bibirnya gemetar, menahan amarah dan rasa sedih yang begitu menggunung. Dia hanya bisa menangis di kamarnya.

"Apa kau menikmati pertunjukannya? Bukankah menyenangkan, melihat suamimu bercinta dengan wanita lain?"

Marlina menatap ke sumber suara, "Kevin... kau keterlaluan!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MENIKAHI CEO AROGAN   Perpisahan Di Bandara

    Pagi itu, cahaya matahari baru saja menembus tirai kamar, menciptakan guratan lembut di wajah Marlina. Wanita itu sudah bangun lebih dulu, duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Sesekali dia melirik ke arah suaminya yang sibuk berdiri di depan lemari, merapikan kemeja hitam dan jas yang akan dia kenakan. Tidak ada percakapan. Hanya suara gesekan resleting koper, derit ikat pinggang yang dikencangkan, dan langkah sepatu yang terdengar kaku di lantai marmer. Marlina ingin berkata sesuatu, setidaknya hati-hati, atau aku akan merindukanmu. Namun lidahnya kelu, tertahan oleh dinginnya aura Kevin yang masih terasa. Setelah bersiap, mereka pun berangkat menuju bandara. Mobil melaju tenang di jalanan pagi. Marlina duduk di samping, kedua tangannya terkunci di pangkuan, pandangan terus tertuju keluar jendela. Kevin, dengan wajah tanpa ekspresi, juga menatap lurus ke luar kaca di sisinya. Tidak ada satu pun kata yang terucap sepanjang perjalanan. Tapi dalam hati, keduanya sama-sama ing

  • MENIKAHI CEO AROGAN   Malam Terakhir Yang Penuh Gairah

    Malam itu kamar utama terasa hening. Hanya terdengar gesekan ritsleting koper dan lipatan kain dari tangan Marlina yang sibuk merapikan pakaian suaminya. Wajahnya masih pucat, meski luka-luka di tubuhnya perlahan mulai sembuh. Gerakan tangannya hati-hati, seakan setiap kemeja yang ia masukkan ke koper adalah bentuk tanggung jawab seorang istri, walau hanya istri kontrak yang sebentar lagi akan berakhir. Kevin berdiri di ambang pintu, diam beberapa saat, hanya menatap punggung istrinya. Ada sesuatu yang menghantam dadanya pelan, perasaan berat yang tak bisa ia definisikan. Rasanya aneh. Lelaki itu melangkah mendekat, menahan napasnya sendiri."Marlina." Suaranya dalam, membuat wanita itu menoleh dengan senyum kecil."Kau sudah siapkan semuanya, Kevin?" tanya Marlina lembut. "Besok pagi kau harus sudah berangkat, jangan sampai ada yang tertinggal." Kevin tidak langsung menjawab. Tatapannya justru jatuh pada wajah istrinya, lalu koper, lalu kembali lagi pada mata teduh itu. "Bukan itu

  • MENIKAHI CEO AROGAN   Pengaruh Buruk Kania

    Ruang keluarga rumah utama dipenuhi cahaya lampu kristal yang berkilauan. Kania duduk anggun di sofa, secangkir teh hangat di tangannya. Dia baru saja mendengar percakapan Tuan David lewat telepon dengan salah satu rekan bisnis, tentang keberangkatan Kevin ke Amerika dua hari lagi. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. "Akhirnya… jalan itu terbuka juga," gumamnya pelan. Tak lama, langkah kaki Jeno terdengar menuruni tangga. Lelaki itu tampak baru selesai dari ruang kerjanya, wajahnya serius seperti biasa. Kania langsung memanggilnya."Jeno," ujarnya lembut tapi penuh maksud. Jeno menoleh, menatap ibunya dengan tatapan waspada. "Ada apa lagi, Bu?" Kania menaruh cangkir tehnya di meja, lalu menatap putranya lekat-lekat. "Kau tahu, kakakmu akan pergi ke Amerika. Dua hari lagi. Itu artinya Marlina akan sendirian di sini." Alis Jeno mengerut. "Dan apa maksudmu mengatakan itu padaku?" Kania tersenyum tipis, senyum yang selalu membuat orang lain sulit menebak pikirannya.

  • MENIKAHI CEO AROGAN   Kata-Kata Saat Mabuk

    Malam itu kamar terasa pengap. Aroma alkohol bercampur dengan wangi tubuh Kevin yang menempel erat di atas Marlina. Lelaki itu jelas mabuk, matanya merah, nafasnya berat, namun setiap sentuhannya bukan lagi sekasar biasanya. Marlina terbaring pasrah, tubuhnya masih penuh memar, tapi jantungnya berdetak tak karuan saat Kevin menunduk dan berbisik lirih di telinganya. "Jangan pernah tinggalkan aku…" Wanita itu membeku. Kata-kata yang meluncur dari bibir Kevin, entah karena mabuk atau benar-benar tulus, membuat dadanya bergetar hangat. Selama ini yang dia terima hanya cacian, amarah, dan kekerasan. Tapi malam itu, Marlina melihat sisi lain yang begitu asing dari suaminya. Ciuman Kevin turun perlahan, dari bibirnya ke leher, hingga bahunya yang terbuka karena pakaian tipis yang dia kenakan. Jemari lelaki itu sempat menggenggam pergelangan tangannya kuat, namun kemudian melonggar, berganti dengan belaian. Setiap ciumannya penuh nafsu yang membakar, tapi ada kelembutan yang membuat Marl

  • MENIKAHI CEO AROGAN   Masalah Yang Tak Pernah Usai

    Pagi itu, udara rumah sakit masih dingin, bau obat-obatan menyeruak dari setiap sudut. Marlina duduk di tepi ranjang, tubuhnya masih terasa lemah, kepalanya pusing sesekali. Namun, tangannya sibuk merapikan tas kecil berisi pakaian dan obat-obatan. "Dokter menyarankan anda dirawat beberapa hari lagi," suara suster terdengar hati-hati, tatapannya penuh cemas pada wajah pucat Marlina. Namun sebelum Marlina sempat menjawab, suara Kevin sudah memotong tajam. "Tidak perlu. Dia akan pulang hari ini." Marlina menoleh, menatap suaminya yang berdiri dengan kemeja hitam sederhana yang membuatnya tampak semakin dingin. Tatapannya kosong, penuh otoritas yang tak bisa dibantah. Marlina hanya bisa menunduk. "Baik..." Di perjalanan pulang, suasana mobil begitu sunyi. Marlina menyenderkan kepala ke jendela, tubuhnya masih terasa nyeri di beberapa bagian, terutama lengan dan dadanya. Kevin memegang setir dengan satu tangan, wajahnya fokus ke jalan, namun sesekali dia melirik sekilas ke arah ist

  • MENIKAHI CEO AROGAN   Perasaan Yang Tak Biasa

    "Wanita sialan! Selalu saja membuat keributan. Apa dia memukulmu?" Kevin menoleh ke arah ranjang, menatap Marlina yang masih pucat. Nafasnya berat, tapi senyumnya tipis dan rapuh. Dengan susah payah dia mencoba bangkit, meski tubuhnya masih lemah. "Tidak..." suaranya serak, pelan. "Kevin, Maafkan aku. Karena sampai sekarang aku belum bisa memberikanmu keturunan." Kevin terdiam sepersekian detik. Kalimat itu menghantam dadanya, karena hanya dia yang tahu kebenaran bahwa ketidakmampuannya lah penghalang terbesar. Namun wajah dinginnya kembali mengambil alih, menutupi luka dan takutnya sendiri. Dengan langkah pelan tapi pasti, Kevin mendekat, menatap istrinya dari atas seolah ingin menusuk hatinya lebih dalam. "Apa boleh buat?" suaranya terdengar datar namun penuh sindiran. "Kau memang tidak bisa menjadi istri yang baik." Marlina menunduk, kedua tangannya menggenggam erat sprei putih rumah sakit. Matanya berkaca-kaca, tapi dia berusaha menahan air mata itu agar tidak jatuh di had

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status