Share

Bab 106

last update Last Updated: 2025-05-23 21:41:20

Rupanya bukan Alba atau pelayan lain yang berdiri di sana.

Melainkan Dastan.

Masih mengenakan kemeja putih dengan kancing atas terbuka, jas hitam tergantung di satu tangan, dasi terpasang longgar serta wajah yang jelas menunjukkan bahwa ia baru saja kembali dari luar.

Dastan berdiri terpaku, pandangannya tertambat pada sosok Lyra yang berdiri di ambang balkon, hanya berbalut gaun tidur tipis satin yang memeluk tubuhnya, lembut seperti kabut. Angin yang meniup dari luar membuat helaian rambut Lyra berkibar dramatis. Sinar mentari pagi yang membingkai tubuh indahnya seperti cahaya latar panggung pertunjukan.

Lyra sungguh seperti dewi dalam lukisan yang hidup.

Dastan tidak bergerak. Tidak berkedip. Hanya jakunnya yang naik-turun. Bibirnya seolah kehilangan kata. Dan untuk sesaat... dunia seperti membeku di antara mereka.

Lyra tercekat.

Matanya membulat ketika ia menyadari betapa terekspos dirinya saat ini di depan pria itu. Lyra terpekik pelan, memalingkan wajah dan buru-buru menarik ti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
dian amalia
ga sbar nunggu nextnyaaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 108

    Detik itu juga udara seperti membeku.“Maaf!” seru Lyra buru-buru sambil menarik tangan. Wajahnya seperti anak kecil yang tertangkap basah menyentuh barang terlarang. Suara lirihnya nyaris tenggelam. “Aku tidak sengaja…”Dastan menatap Lyra sesaat. Pertanyaan yang hampir terlontar dari mulutnya, tertelan kembali. Dia akhirnya mengerjap pelan, menghela napas, dan kembali memejamkan mata. Menarik diri, seolah menyudahi interaksi itu.Lyra terpaku dengan tangan teremas di depan dadanya. Ada gelombang kecewa yang menghantam dadanya tanpa peringatan. Bukan hanya karena ia gagal meminta tolong, tapi karena dia merasa… diabaikan.Rasa perih perlahan menjalar dari hati ke dadanya. Membuat Lyra merasa sesak. Matanya memanas. Ada rasa aneh yang menusuk, seperti duri kecil yang sulit dicabut. Kecewa."Kenapa… sedih begini? Kenapa harus sepedih ini?" batinnya tak mengerti. Ia bahkan tak sadar kapan air matanya mulai jatuh, hanya tahu kalau suara isaknya perlahan terdengar di tengah kamar yang he

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 107

    Dastan menangkap gurat kecemasan di wajah Lyra.Bukan jenis ketakutan biasa, tapi yang muncul saat seseorang tak bisa menghindar dari kenyataan yang menyesakkan. Ia nyaris bertanya, tapi menahan diri.“Tidak ada alternatif lain, Dok?” tanya Lyra bersikukuh. “Aku akan membuatkan gips untuk kaki Anda dan memasangnya besok,” jawab dokter dengan profesional.“Tapi, aku tidak bisa berbaring terus selama beberapa hari. Aku—”“Sebisa mungkin, jangan banyak bergerak, Nyonya,” potong sang dokter, kali ini dengan ketegasan lebih. “Kalau butuh ke kamar mandi atau keluar ruangan, minta bantuan suami Anda.”Lyra terperangah. “Suami? Aku—”“Baik, Dok. Dia tidak akan ke mana-mana tanpaku,” sela Dastan tanpa ekspresi, suaranya datar namun penuh otoritas.Kepala Lyra perlahan berpaling menatapnya. Pandangan mereka bertemu, tapi tak seimbang. Dastan seperti batu karang. Tenang, kokoh juga tak tergoyahkan. Sedangkan dirinya? Sekeping kaca rapuh yang bisa retak oleh debar jantung sendiri.Dokter menyele

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 106

    Rupanya bukan Alba atau pelayan lain yang berdiri di sana.Melainkan Dastan.Masih mengenakan kemeja putih dengan kancing atas terbuka, jas hitam tergantung di satu tangan, dasi terpasang longgar serta wajah yang jelas menunjukkan bahwa ia baru saja kembali dari luar.Dastan berdiri terpaku, pandangannya tertambat pada sosok Lyra yang berdiri di ambang balkon, hanya berbalut gaun tidur tipis satin yang memeluk tubuhnya, lembut seperti kabut. Angin yang meniup dari luar membuat helaian rambut Lyra berkibar dramatis. Sinar mentari pagi yang membingkai tubuh indahnya seperti cahaya latar panggung pertunjukan. Lyra sungguh seperti dewi dalam lukisan yang hidup.Dastan tidak bergerak. Tidak berkedip. Hanya jakunnya yang naik-turun. Bibirnya seolah kehilangan kata. Dan untuk sesaat... dunia seperti membeku di antara mereka.Lyra tercekat.Matanya membulat ketika ia menyadari betapa terekspos dirinya saat ini di depan pria itu. Lyra terpekik pelan, memalingkan wajah dan buru-buru menarik ti

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 105

    David Adiwangsa muncul di ambang pintu besar rumah itu, mengenakan jubah tidur mahal berwarna gelap. Sorot matanya tajam, wajahnya merah padam menahan amarah.“Kalian pikir ini tempat apa?! Bertengkar seperti bocah pagi-pagi begini, di rumahku!” suaranya mengguntur.Tak ada yang berani menyela. Bahkan Daniel yang barusan mengaum seperti singa pun menunduk. Dastan hanya berdiri tegak, rahangnya mengeras, tapi tak berkata apa-apa.Kursi roda David bergerak hingga di depan anak tangga, matanya masih menyapu mereka berdua dengan sorot kecewa. “Kapan kalian akan benar-benar bersikap selayaknya pria dewasa? Atau kalian memang tidak pernah menjadi pria?” ”Suasana berubah hening. Hanya napas kasar Daniel yang terdengar, dan derit halus kursi roda David yang berbalik kembali ke dalam rumah. Dastan mendengus pelan, lalu melirik Daniel sekali lagi. Kali ini, tanpa kata-kata. Hanya tatapan penuh peringatan sebelum ia melangkah masuk ke dalam rumah, diikuti Charlie. Meninggalkan Daniel berdiri m

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 104

    Di ruang kantor yang senyap, hanya ditemani cahaya lembut fajar yang merambat lewat celah tirai, Dastan tersentak bangun dari tidurnya. Ia langsung terduduk, bingung sejenak sebelum menyadari dirinya tertidur di sofa kantor. Masih dengan setelan lengkap yang dikenakannya semalam.Dengan gerakan malas, ia mengusap wajah, menghalau rasa lelah yang masih menggantung di pelupuk mata. Saat pandangannya jatuh pada jam tangan di pergelangan, napasnya tertahan.Pukul enam pagi.Sial. Dia benar-benar tidak pulang.Baru saja ia hendak berdiri, pintu terbuka pelan. Charlie masuk sambil membawa secangkir kopi yang masih mengepul, alisnya terangkat begitu melihat Dastan sudah terjaga.“Tuan, sudah bangun?” tanyanya dengan nada terkejut, meski wajahnya tetap tenang.Dastan mendesah panjang, menerima cangkir kopi itu dan meneguknya sedikit sebelum bicara. “Kenapa tidak membangunkanku?”Charlie menahan napas sejenak sebelum menjawab hati-hati, “Kupikir Anda tidak ingin pulang...”Jawaban itu membuat

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 103

    Suasana kamar pengantin begitu sunyi. Hanya detak jam dinding dan desah napas Lyra yang terdengar. Ia duduk di tepi ranjang, saat pintu diketuk.Lyra refleks menoleh dengan harapan yang segera padam ketika menyadari orang yang mengetuk tidak mungkin Dastan."Siapa?" tanya Lyra lirih."Ini Alba, Nyonya."Pintu kamar terbuka pelan. "Permisi, Nyonya," sapa Alba dengan senyum sopan. "Maaf mengganggu. Aku ingin memastikan semua pakaian yang tadi diantarkan sudah dikemas untuk dilaundry. Supaya bisa dipakai secepatnya.” Alba melirik sejenak ke arah kemeja yang dipakai Lyra, lalu tersenyum kecil. “Tapi sepertinya Nyonya sudah menemukan sesuatu yang nyaman, ya?”Lyra jadi salah tingkah, mengeratkan ujung kemeja Dastan yang menjuntai di pahanya. “Ini… hanya karena udara agak dingin.”Alba mengangguk pelan, lalu matanya bergerak ke arah lemari. “Ngomong-ngomong, kenapa Nyonya tidak memakai gaun-gaun yang sudah kami siapkan?”Lyra tidak langsung menjawab. Ia sempat ragu, namun akhirnya memutusk

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 102

    Gurat ceria di wajah Lyra seketika redup begitu pintu terbuka dan sosok yang masuk ternyata bukanlah orang yang sejak tadi ia tunggu-tunggu. Dadanya yang sempat berdebar karena harapan kini perlahan menegang, matanya menatap kosong pada ajudan yang datang membawa kantong belanja besar dan beberapa kotak yang menutupi pandangan. "Oh, maaf, Nyonya! Aku tidak tahu kamar ini sudah ditempati," ucap ajudan itu tergesa, nyaris tersandung karena banyaknya barang yang dibawanya. Lyra mengerutkan dahi, memperbaiki posisi duduknya. "Untuk apa kau kemari? Apa Tuan yang menyuruhmu?" tanyanya curiga, nada suaranya pelan tapi penuh dorongan ingin tahu. Langkah si ajudan terhenti. Ia menunduk hormat. "Benar, Nyonya. Tuan memintaku membawa semua barang ini ke sini." "Di mana, Tuan sekarang?" Ajudan itu sempat menoleh sejenak, sebelum kembali menunduk. "Aku tidak tahu pasti, Nyonya. Kami hanya menerima perintah lewat telepon. " Lyra menghela napas pelan. Ia membiarkan ajudan itu menjalanka

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 101

    Lyra yang duduk di tepi ranjang memperhatikan perubahan ekspresi itu dengan rasa was-was. Wajah Dastan seperti baru saja mendapatkan kabar yang tidak dia sukai dan entah mengapa, insting Lyra mengatakan bahwa kabar itu ada hubungan dengannya.Dastan menurunkan ponselnya perlahan, tanpa mengalihkan pandangan dari Lyra. Mata Lyra dipenuhi tanda tanya dan kecemasan, tapi pria itu hanya menatapnya tanpa ekspresi.Lalu Dastan mulai melangkah. Perlahan. Penuh tekanan. Suara sepatunya di lantai marmer terdengar berat, dramatis. Hingga ia berdiri tegap di hadapan Lyra yang kini diam membeku, seolah bersiap menghadapi dakwaan.“Ada yang ingin kau ceritakan?” Suaranya tenang. Terlalu tenang.Lyra membuka mulut, namun tak ada kata yang keluar. Tenggorokannya tercekat.“Jangan paksa aku menebak, Lyra,” lanjut Dastan, matanya tak berkedip. “Aku sudah cukup bersabar.”“Aku tidak tahu apa maksudmu...” suara Lyra terdengar lemah, nyaris berbisik.Dastan menyipitkan mata. Wajahnya terlihat tidak puas.

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 100

    Lyra tak bisa mengelak ketika Dastan tiba-tiba telah berdiri di hadapannya. Pria itu membungkukkan tubuh di depan Lyra. Kedua tangannya bertumpu di tempat tidur. Melingkupi Lyra yang kini duduk menengang."Jadi katakan, kenapa kau memakai bajuku, Nyonya Adiwangsa?" Suaranya terdengar datar, tapi ketegangannya terasa menusuk.Lyra menjawab tergagap. "A-aku tak punya pakaian.""Kau punya banyak di dalam lemarimu." Dastan membalas cepat, seakan tak memberi ruang untuk alasan."Tapi itu tidak layak—" Kalimat Lyra terjeda saat melihat alis Dastan terangkat. "Maksudku... aku tidak terlalu nyaman mengenakan pakaian seperti itu..."Tatapan mengintimidasi Dastan tidak berkurang. Lyra makin merasa tersudut. "Lyra... aku sudah berusaha untuk menahan diri sejauh ini, membiarkan semuanya mengalir dengan pelan. Tapi jika kau terus bertindak begini...." Dastan menghela napas sejenak kemudian melanjutkan, "aku mungkin akan betul-betul kehilangan kendali."Alis Lyra bertaut rapat. Tak paham apa arti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status