Share

MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE
MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE
Penulis: RahmaDika

Cinta pada pandangan pertama

Mentari kembali ke peraduannya, menyiratan warna jingga di hamparan luas cakrawala negeri Ratu Elizabeth.

Seorang gadis berkulit putih tampak berjalan dengan sangat tergesa-gesa di bandara.

Gadis konglomerat itu baru saja kembali dari luar kota untuk mengurus pekerjaan yang terpaksa ditinggalkan kakak pertamanya.

Gadis blonde bernama Marrie itu nampak sibuk menerima panggilan telepon, dengan berkas-berkas dan tas yang dijinjingnya. Hingga ia tak memperhatikan langkahnya dan terpeleset karena menginjak lantai yang masih basah.

BRAKKKK!!!

Seluruh berkas yang berada di tangannya berhamburan. Bukan hanya itu, ia juga terpaksa menahan sakit dan malu karena pandangan orang-orang seketika tertuju padanya.

Gadis itu berusaha untuk bangkit, namun terjatuh kembali karena rasa sakit di pergelangan kakinya.

Hingga seseorang nampak mengulurkan tangannya untuk membantu Marrie bangkit, membuat gadis itu terperangah bahkan tak berkedip melihat pria gagah berkulit eksotis yang berada di hadapannya.

"Nona? Nona? Are you okay?" Suara bariton yang terdengar seksi itu memecah lamunan Marrie yang nampak mengawang tak berujung. Marrie terkesiap, mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali.

"Y-yes, thank you." ucap Marrie gugup, seraya menerima uluran tangan pria berseragam militer tersebut.

"Awww!" Marrie memekik, kala merasakan sakit saat dipaksa untuk berdiri. Gadis blonde itu merintih seraya mencengram lengan pria yang menolongnya.

"Maaf saya lancang," Tanpa aba-aba, pria itu segera menggendong tubuh Marrie dan membawanya menuju pos kesehatan.

Ia nampak cekatan memberikan obat oles pereda sakit dan sedikit memijat pergelangan kaki Marrie yang nampak membengkak.

"Aww, sakit!" rintihnya.

"Tahan sebentar nona, lain kali hati-hati saat berjalan," tutur pria itu tanpa menoleh, tatapannya tetap fokus pada pergelangan kaki gadis itu.

"I-iya, terima kasih banyak," Marrie gugup, jantung gadis itu berdetak kencang dengan perasaan yang begitu asing untuknya. Untuk pertama kali di sepanjang usianya, Marrie merasa tertarik kepada seorang pria bahkan pada pandangan pertama.

Suasana begitu sunyi, tanpa suara. Gadis itu mencoba berbicara walaupun begitu sulit, lidahnya begitu kelu untuk berucap, hanya detakan jantungnya saja yang semakin lama semakin terasa tak terkendali

"Kau militer?" tanya Marrie memberanikan diri.

"Ya, Saya tim perdamaian dari Indonesia. Namun terpaksa mendarat darurat disini, karena pesawat kami mengalami gangguan mesin saat ingin kembali ke negara kami," jawabnya tanpa menoleh, ia masih fokus mengobati pergelangan kaki Marrie

"Yap sudah selesai, coba gerakan kakinya perlahan," titah pria itu kembali dengan sedikit senyuman melengkung di bibirnya.

Marrie nampak menggerak-gerakan kakinya dan ia tidak lagi merasakan sakit. Gadis itu tersenyum dan menatap pria yang telah menolongnya.

"Sudah tidak sakit, terima kasih," ucapnya senang.

Tak lama ponsel pria itu berdering, sepertinya seseorang mengabari bahwa pesawat yang ia gunakan telah selesai di perbaiki.

"Oh ya nona, maaf saya harus buru-buru kembali. Lain kali hati-hati!" tuturnya berpamitan, lalu segera meninggalkan Marrie yang tenggelam dalam lamunannya.

Marrie tersadar, seketika ia langsung berteriak kepada pria itu yang sudah berada cukup jauh darinya.

"Hei, siapa namamu? Namaku, Marrie!" pekik Marrie hingga pria itu menoleh dan tersenyum padanya.

"Dimas! Namaku, Dimas!" jawab Pria itu seraya melambaikan tangan dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Marrie nampak mematung, memandang Dimas hingga bayangan pria itu tak nampak lagi dipandangannya.

"Semoga Tuhan mempertemukan kita lagi, Dimas," ucapnya lirih. Ada rasa sesal dihatinya, karena kegugupannya, ia lupa menanyakan nomer ponsel pria itu atau berkenalan lebih lanjut kepadanya.

................

Gadis itu bernama Marrie Edelweiss Larry, seorang gadis berusia 20 tahun yang berasal dari Inggris.

Ia adalah anak ke 3 yang merupakan putri satu-satunya dari keluarga Larry.

Kakak pertamanya bernama Jhon Marcello Larry, pria single parent berusia 35 tahun yang memiliki seorang anak dan merupakan CEO dari perusahaan raksasa milik keluarganya.

Sementara Kakak keduanya bernama Maxim Andreas Larry, pria berusia 26 tahun yang kini akan memiliki sepasang anak. Max merupakan penyanyi kelas internasional yang tergabung dalam grup "The Prince" sekaligus pemilik sekolah musik terbesar di Negeri Ratu Elizabeth, Symphony of music School.

Di usianya yang masih begitu muda, ia sudah menduduki jabatan sebagai Direktur di perusahaan milik keluarga. Semuanya nampak begitu sempurna namun tidak dengan nasib percintaannya.

Marrie tidak memiliki banyak teman bahkan kala ia masih duduk di bangku sekolah. Semua karena ia selalu dimanfaatkan, hingga membuatnya menutup diri dari lingkar pergaulan. Marrie hanya memiliki sahabat satu-satunya yang bernama Rika Rahayu, seorang gadis manis yang berasal dari Yogyakarta dan merupakan adik dari istri Maxim yang bernama Mikha.

Walaupun demikian, kehangatan keluarga dan kedua kakaknya yang begitu menyayanginya membuat Marrie tumbuh menjadi sosok wanita yang lembut, ceria, dan juga manja. Baginya, kasih sayang dari keluarganya sudah lebih dari cukup daripada ia memiliki banyak teman namun hanya teman palsu.

Entah sihir apa yang merasukinya, semenjak pertemuannya dengan Dimas, hatinya seolah telah terpaut pada sosok pria eksotis itu. Walaupun pertemuan mereka hanya sekejap namun bayang-bayang Dimas seolah merusak akal dan pikirannya.

Marrie bahkan meminta kakak keduanya untuk membuatkan sebuah sketsa wajah Dimas, karena ia tak ingin melupakan wajah pria yang telah membuatnya tergila-gila dan kehilangan akal sehatnya.

Bertahun-tahun gadis itu menanti dan terus mencari sosok pria yang telah mencuri hatinya. Ia tidak gentar dan tidak menyerah, bahkan ia menolak semua pria yang menyatakan cinta kepadanya.

4 tahun berlalu, dan sudah tahun ke 4 jua rumah tangga Max di landa prahara. Sang istri pergi meninggalkannya dalam kondisi hamil besar karena sebuah kesalahan pahaman. Kondisi Max yang sempat depresi membuat Marrie sejenak melupakan pujaan hatinya.

................

Malam itu, Marrie tengah menikmati makan malam bersama rekan kerja prianya.

Pria yang sudah setahun belakangan ini selalu menemaninya dan terlihat menaruh perasaan padanya.

"Mar, ada yang aku ingin katakan padamu," ucap pria blonde bernama James hanson.

Marrie nampak acuh tak acuh menanggapi perkataan James, gadis itu tampak menjawab tanpa menatap lawan bicaranya, "Hmm katakan saja."

James mengeluarkan kotak bludru berbentuk hati, dan perlahan pria itu beranjak dan bersimpuh di hadapan Marrie.

"Marrie sejujurnya aku sangat mencintaimu, Will you marry me?"

Uhuk...Uhuk...

"James, bercandamu tidak lucu!" Marrie terbatuk-batuk, mendengar pernyataan James yang begitu mengejutkannya.

Pria blonde berwajah manis itu nampak bergeming dan menatap kedua manik biru netra Marrie dengan intens.

"Marrie aku tidak bercanda, aku sungguh-sungguh mencintaimu," ucap pria tersebut dengan wajah serius.

Mimik wajah gadis blonde tersebut seketika berubah, ia menopangkan wajahnya pada tangan kanannya dan menatap tajam pria yang berlutut di hadapannya.

"Kau pasti sudah tau jawabanku kan?"

Marrie segera merapihkan tasnya dan beranjak meninggalkan James, namun seketika langkahnya terhenti kala James berkata sesuatu yang menyakiti hatinya.

"Oh ayolah Marrie, sampai kapan kau mengharapkan pria gak jelas itu? Jangan bodoh, dia belum tentu masih mengingatmu!" cebik James.

PLAK!!!

Sebuah tamparan mendarat dengan tepat di pipi pria itu, Marrie nampak gusar dengan wajah yang memerah.

"Mind your language, please! Kau tidak mengerti perasaanku!" pekik Marrie meninggalkan James yang tertegun karena baru menyadari akan kesalahannya.

Marrie segera berlari dan memasuki sebuah taksi, sesampainya di mansion milik keluarganya, ia segera berlari memasuki kamar miliknya.

"Aku juga tidak mengerti kenapa perasaanku ini tidak hilang, bahkan wajahnya masih begitu jelas diingatanku!" Marrie merintih menumpahkan segala perasaannya, gadis itu nampak menenggelamkan wajahnya pada sebuah bantal.

"Dimas, akankah kita bertemu kembali? Salahkah bila perasaanku terlalu dalam mencintaimu?"

Bersambung​

Note

Novel ini merupakan sekuel dari novelku sebelumnya berjudul Oh my mister, mengisahkan Maxim dan Mikha.

Yang kepo sama cerita sebelumnya bisa cek igeh aku ya d @rahma.mrpotato

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status