Mentari kembali ke peraduannya, menyiratan warna jingga di hamparan luas cakrawala negeri Ratu Elizabeth.
Seorang gadis berkulit putih tampak berjalan dengan sangat tergesa-gesa di bandara.Gadis konglomerat itu baru saja kembali dari luar kota untuk mengurus pekerjaan yang terpaksa ditinggalkan kakak pertamanya.Gadis blonde bernama Marrie itu nampak sibuk menerima panggilan telepon, dengan berkas-berkas dan tas yang dijinjingnya. Hingga ia tak memperhatikan langkahnya dan terpeleset karena menginjak lantai yang masih basah.
BRAKKKK!!!
Seluruh berkas yang berada di tangannya berhamburan. Bukan hanya itu, ia juga terpaksa menahan sakit dan malu karena pandangan orang-orang seketika tertuju padanya.
Gadis itu berusaha untuk bangkit, namun terjatuh kembali karena rasa sakit di pergelangan kakinya.Hingga seseorang nampak mengulurkan tangannya untuk membantu Marrie bangkit, membuat gadis itu terperangah bahkan tak berkedip melihat pria gagah berkulit eksotis yang berada di hadapannya.
"Nona? Nona? Are you okay?" Suara bariton yang terdengar seksi itu memecah lamunan Marrie yang nampak mengawang tak berujung. Marrie terkesiap, mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali.
"Y-yes, thank you." ucap Marrie gugup, seraya menerima uluran tangan pria berseragam militer tersebut.
"Awww!" Marrie memekik, kala merasakan sakit saat dipaksa untuk berdiri. Gadis blonde itu merintih seraya mencengram lengan pria yang menolongnya.
"Maaf saya lancang," Tanpa aba-aba, pria itu segera menggendong tubuh Marrie dan membawanya menuju pos kesehatan.
Ia nampak cekatan memberikan obat oles pereda sakit dan sedikit memijat pergelangan kaki Marrie yang nampak membengkak."Aww, sakit!" rintihnya.
"Tahan sebentar nona, lain kali hati-hati saat berjalan," tutur pria itu tanpa menoleh, tatapannya tetap fokus pada pergelangan kaki gadis itu.
"I-iya, terima kasih banyak," Marrie gugup, jantung gadis itu berdetak kencang dengan perasaan yang begitu asing untuknya. Untuk pertama kali di sepanjang usianya, Marrie merasa tertarik kepada seorang pria bahkan pada pandangan pertama.Suasana begitu sunyi, tanpa suara. Gadis itu mencoba berbicara walaupun begitu sulit, lidahnya begitu kelu untuk berucap, hanya detakan jantungnya saja yang semakin lama semakin terasa tak terkendali
"Kau militer?" tanya Marrie memberanikan diri."Ya, Saya tim perdamaian dari Indonesia. Namun terpaksa mendarat darurat disini, karena pesawat kami mengalami gangguan mesin saat ingin kembali ke negara kami," jawabnya tanpa menoleh, ia masih fokus mengobati pergelangan kaki Marrie
"Yap sudah selesai, coba gerakan kakinya perlahan," titah pria itu kembali dengan sedikit senyuman melengkung di bibirnya.
Marrie nampak menggerak-gerakan kakinya dan ia tidak lagi merasakan sakit. Gadis itu tersenyum dan menatap pria yang telah menolongnya.
"Sudah tidak sakit, terima kasih," ucapnya senang.Tak lama ponsel pria itu berdering, sepertinya seseorang mengabari bahwa pesawat yang ia gunakan telah selesai di perbaiki.
"Oh ya nona, maaf saya harus buru-buru kembali. Lain kali hati-hati!" tuturnya berpamitan, lalu segera meninggalkan Marrie yang tenggelam dalam lamunannya.Marrie tersadar, seketika ia langsung berteriak kepada pria itu yang sudah berada cukup jauh darinya."Hei, siapa namamu? Namaku, Marrie!" pekik Marrie hingga pria itu menoleh dan tersenyum padanya.
"Dimas! Namaku, Dimas!" jawab Pria itu seraya melambaikan tangan dan kembali melanjutkan perjalanannya.
Marrie nampak mematung, memandang Dimas hingga bayangan pria itu tak nampak lagi dipandangannya."Semoga Tuhan mempertemukan kita lagi, Dimas," ucapnya lirih. Ada rasa sesal dihatinya, karena kegugupannya, ia lupa menanyakan nomer ponsel pria itu atau berkenalan lebih lanjut kepadanya.
................
Gadis itu bernama Marrie Edelweiss Larry, seorang gadis berusia 20 tahun yang berasal dari Inggris.
Ia adalah anak ke 3 yang merupakan putri satu-satunya dari keluarga Larry.Kakak pertamanya bernama Jhon Marcello Larry, pria single parent berusia 35 tahun yang memiliki seorang anak dan merupakan CEO dari perusahaan raksasa milik keluarganya.Sementara Kakak keduanya bernama Maxim Andreas Larry, pria berusia 26 tahun yang kini akan memiliki sepasang anak. Max merupakan penyanyi kelas internasional yang tergabung dalam grup "The Prince" sekaligus pemilik sekolah musik terbesar di Negeri Ratu Elizabeth, Symphony of music School.
Di usianya yang masih begitu muda, ia sudah menduduki jabatan sebagai Direktur di perusahaan milik keluarga. Semuanya nampak begitu sempurna namun tidak dengan nasib percintaannya.
Marrie tidak memiliki banyak teman bahkan kala ia masih duduk di bangku sekolah. Semua karena ia selalu dimanfaatkan, hingga membuatnya menutup diri dari lingkar pergaulan. Marrie hanya memiliki sahabat satu-satunya yang bernama Rika Rahayu, seorang gadis manis yang berasal dari Yogyakarta dan merupakan adik dari istri Maxim yang bernama Mikha.
Walaupun demikian, kehangatan keluarga dan kedua kakaknya yang begitu menyayanginya membuat Marrie tumbuh menjadi sosok wanita yang lembut, ceria, dan juga manja. Baginya, kasih sayang dari keluarganya sudah lebih dari cukup daripada ia memiliki banyak teman namun hanya teman palsu.
Entah sihir apa yang merasukinya, semenjak pertemuannya dengan Dimas, hatinya seolah telah terpaut pada sosok pria eksotis itu. Walaupun pertemuan mereka hanya sekejap namun bayang-bayang Dimas seolah merusak akal dan pikirannya.
Marrie bahkan meminta kakak keduanya untuk membuatkan sebuah sketsa wajah Dimas, karena ia tak ingin melupakan wajah pria yang telah membuatnya tergila-gila dan kehilangan akal sehatnya.Bertahun-tahun gadis itu menanti dan terus mencari sosok pria yang telah mencuri hatinya. Ia tidak gentar dan tidak menyerah, bahkan ia menolak semua pria yang menyatakan cinta kepadanya.
4 tahun berlalu, dan sudah tahun ke 4 jua rumah tangga Max di landa prahara. Sang istri pergi meninggalkannya dalam kondisi hamil besar karena sebuah kesalahan pahaman. Kondisi Max yang sempat depresi membuat Marrie sejenak melupakan pujaan hatinya.
................
Malam itu, Marrie tengah menikmati makan malam bersama rekan kerja prianya.
Pria yang sudah setahun belakangan ini selalu menemaninya dan terlihat menaruh perasaan padanya.
"Mar, ada yang aku ingin katakan padamu," ucap pria blonde bernama James hanson.
Marrie nampak acuh tak acuh menanggapi perkataan James, gadis itu tampak menjawab tanpa menatap lawan bicaranya, "Hmm katakan saja."
James mengeluarkan kotak bludru berbentuk hati, dan perlahan pria itu beranjak dan bersimpuh di hadapan Marrie.
"Marrie sejujurnya aku sangat mencintaimu, Will you marry me?"Uhuk...Uhuk...
"James, bercandamu tidak lucu!" Marrie terbatuk-batuk, mendengar pernyataan James yang begitu mengejutkannya.
Pria blonde berwajah manis itu nampak bergeming dan menatap kedua manik biru netra Marrie dengan intens.
"Marrie aku tidak bercanda, aku sungguh-sungguh mencintaimu," ucap pria tersebut dengan wajah serius.
Mimik wajah gadis blonde tersebut seketika berubah, ia menopangkan wajahnya pada tangan kanannya dan menatap tajam pria yang berlutut di hadapannya.
"Kau pasti sudah tau jawabanku kan?"Marrie segera merapihkan tasnya dan beranjak meninggalkan James, namun seketika langkahnya terhenti kala James berkata sesuatu yang menyakiti hatinya.
"Oh ayolah Marrie, sampai kapan kau mengharapkan pria gak jelas itu? Jangan bodoh, dia belum tentu masih mengingatmu!" cebik James.
PLAK!!!
Sebuah tamparan mendarat dengan tepat di pipi pria itu, Marrie nampak gusar dengan wajah yang memerah.
"Mind your language, please! Kau tidak mengerti perasaanku!" pekik Marrie meninggalkan James yang tertegun karena baru menyadari akan kesalahannya.Marrie segera berlari dan memasuki sebuah taksi, sesampainya di mansion milik keluarganya, ia segera berlari memasuki kamar miliknya.
"Aku juga tidak mengerti kenapa perasaanku ini tidak hilang, bahkan wajahnya masih begitu jelas diingatanku!" Marrie merintih menumpahkan segala perasaannya, gadis itu nampak menenggelamkan wajahnya pada sebuah bantal.
"Dimas, akankah kita bertemu kembali? Salahkah bila perasaanku terlalu dalam mencintaimu?"
Bersambung
Note
Novel ini merupakan sekuel dari novelku sebelumnya berjudul Oh my mister, mengisahkan Maxim dan Mikha.
Yang kepo sama cerita sebelumnya bisa cek igeh aku ya d @rahma.mrpotato
Di tempat dan zona waktu berbeda, Dimas tengah asik menemani Mikha bersama kedua anak kembarnya di taman. Pria itu memang telah menaruh hati pada Mikha sejak awal mereka berjumpa, terlebih ia mengetahui Mikha pergi dan telah menggugat cerai suaminya."Lihat mereka tertawa seperti itu rasanya membuat kita ikut bahagia. Kita benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia," tuturnya menatap wanita yang berada di sampingnya.Seketika raut wajah Mikha berubah. Walaupun ia telah berpisah dan kabur dari sang suami bertahun-tahun lamanya, namun baginya cinta dan perasaan kepada Maxim takkan pernah hilang dan tergantikan."Mereka masih punya papa, tak pantas kau berkata seperti itu. Dimas, aku sangat menghargai perasaanmu tapi...,""Tapi kau dan dia belum resmi bercerai? Dan kau masih mencintainya? Hah, laki-laki macam apa yang membuat seorang istri meninggalkannya dan bahkan selama 4 tahun tidak menemui istrinya bahkan anak-anaknya," ucap Dimas sarkas,
Semenjak Mikha rujuk dengan suaminya, ia benar-benar membatasi diri untuk berkomunikasi dengan Dimas. Hati pria itu terasa begitu hampa, bagaikan ada sesuatu yang berharga hilang dari dirinya.Pagi itu, ia tampak menikmati secangkir kopi di sebuah coffee shop, pikirannya begitu kalut dan hatinya begitu sesak. Hingga tiba-tiba tampak seseorang mendekat kearahnya."Hai," sapa gadis blonde yang kini berdiri di meja yang ditempati oleh Dimas, dengan memegang segelas kopi di tangannya.Dimas hanya melirik sejenak lalu segera memalingkan wajahnya. "Apakah aku boleh duduk di sini?" tanya Marrie dengan menunjuk kur si kosong dihadapan Dimas."Duduk saja," jawab pria itu dingin.Sejenak suasana menjadi hening, Marrie nampak serba salah karena sikap Dimas sangat jauh berbeda.Gadis bermata biru itu mencoba memberanikan diri untuk memulai percakapan kembali."Emm Dimas, kau benar-benar tidak mengingatku?" ucapnya gugup.Dimas hanya melirik deng
Dimas melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya, pria itu melepaskan baret yang ia kenakan lalu duduk di pinggir ranjangnya.Pandangan beralih pada totebag yang ia bawa lalu membukanya perlahan. sebuah kotak makan yang berisi nasi goreng spesial dengan sepucuk surat berwarna merah muda.Dimas memandangi sejenak surat tersebut lalu mulai membacanya.Hai Dimas,Aku buatkan nasi goreng spesial untukmu, semoga kamu suka ya.Maaf kalau tidak enak, karena sejujurnya ini adalah kali kedua aku memasak.Aku jadi pengen cerita, dulu pertama kali aku masak karena permintaan Kak Mikha waktu sedang hamil si kembar, Aku buat nasi goreng bermodalkan video YouTube, dan bodohnya aku malah memasukan gula bubuk bukannya garam hahahaTapi kalau dipikir-pikir, untung aku memasukkan gula. Bayangkan saja kalau aku memasukkan garam yang gak ditakar. Bisa-bisa yang makan langsung kena tekanan darah tinggi.Dan sialnya, alih-alih memakannya eh Kak Mikha malah mema
Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah milik Indah, tepatnya rumah yang pernah Mikha dan keluarganya tempati di Tabalong.Keluarlah sosok pria bertubuh tegap dan seketika di sambut oleh seorang scurity bernama Fajar."Pagi mas Dimas, wah apa kabar nih? Sudah lama gak keliatan," tanya Fajar dengan ramah, dan di balas senyuman oleh Dimas."Alhamdulillah baik, iya belakangan ini saya sibuk. Oh ya, Nona Indah ada?" tanyanya kembali, yang belum mengetahui jika Indah telah menikah dan mengikuti sang suami untuk kembali tinggal di Inggris.Fajar mengulas seutas senyuman dan mulai membuka mulutnya, "Wah ketinggalan berita, Nona Indah sudah menikah mas dan sekarang tinggal di London dengan suaminya. Jadi rumah ini kosong, cuma kami para pekerja yang menempatinya," tuturnya."Boleh saya minta nomor ponsel Indah atau Mikha?" pintanya kembali karena sepertinya dua wanita itu telah mengganti nomer ponselnya. Namun Fajar nampak bergeming dan menggaruk-garuk kepa
"...dengan emas kawin tersebut di bayar tunai!"Sah! Alhamdulillah!Suara hamdalah terdengar serentak memenuhi sebuah Masjid di ibukota Jakarta. Kini, sepasang anak manusia baru saja resmi menjadi sepasang suami istri.Sang mempelai pengantin pria terlihat menyematkan sebuah cincin pernikahan pada jari manis mempelai wanita dan di balas ciuman di punggung tangan oleh istrinya.Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, pria itu telah berhasil menyakiti relung hati Marrie yang paling dalam. Seketika tubuh gadis itu terasa lemas, otaknya benar-benar tidak bisa untuk berpikir. Lolos sudah air mata dari kedua mata berlensa birunya, cinta yang sudah ia cari dan tunggu bertahun-tahun kini hancur hanya dalam waktu 5 menit saja."Marrie," Yudhi memperhatikan gadis di sampingnya, hatinya benar-benar ikut merasakan sakit kala melihat wajah Marrie yang benar-benar telah berubah pias.Tanpa berkata apa-apa, Marrie berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalka
Tok...Tok...Tok..."Marrie, kamu sudah tidur belum?" Mikha mengetuk pintu kamar adik iparnya, memastikan gadis itu sudah tertidur atau masih terjaga. Marrie yang masih berdiri di balkon kamar segera berjalan menuju pintu kamarnya.CklekPintu terbuka, Mikha nampak membawa segelas susu hangat di atas nampan."Kirain kakak, kamu udah tidur. Nih kakak bawain susu buat kamu," tuturnya lembut dan menyerahkan susu tersebut kepada Marrie."Terima kasih, Kak. Maaf, kedatanganku malah jadi ngerepotin kakak padahal kakak lagi hamil dan udah capek ngurusin Kak Max dan kembar," ucapnya lirih, merasa tidak enak hati dengan kakak iparnya.Mikha hanya mengulas senyuman dengan adik iparnya, wanita berhati lembut itu sudah menyayangi Marrie seperti Rika, adik kandungnya sendiri."Kamu itu ngomong apa? Kayak baru kenal Kakak sehari dua hari aja. Marrie, kamu itu adiknya kakak, sama seperti Rika. Jadi, kakak harap jika ada sesuatu yang mengganggu hati
Air langit mulai turun membasahi bumi, menyebarkan aroma tanah basah yang begitu menenangkan indera penciuman.Yudhi terlihat asik bersenandung seraya melenggak lenggokan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tak lupa permen kaki yang setia menemaninya di manapun dan kapanpun."Am I supposed to leave you now, when you're looking like that? I can't believe what I just gave away now I can't take it back," Yudhi bersenandung ria dengan earphone yang terpasang di telinganya."Yudhi, Dhi! Yudhi! Yudhistira Galih Wardhana!" teriak Joko dengan suara medoknya tepat di samping telinga Yudhi.Yudhi terperanjat kaget dan mengusap-ngusap telinganya yang berdenging, "Bujug buset, kuping gue bisa budeg Jokoooooooooo!" protes Yudhi kepada rekan seprofesinya. Joko hanya menyengir mendengar celotehan Yudhi, "Habisnya Kowe, tak panggil ora krungu."*Habisnya kamu, saya panggil tidak dengar."Kan lu bisa nepuk pundak gue, Joko saswito priyadi sadewo arya dininggrat wija
Flashback ONDimas tampak menatap wajah ibunya yang tengah terbaring lemah, wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat karena penyakit kista yang tertanam di tubuhnya."Dimas, ibu ingin melihatmu menikah," ucapnya lemah namun membuat Dimas benar-benar terkejut dengan permintaan ibunya."Bu, sabar ya. Dimas pasti akan menikah, Dimas akan secepatnya memperkenalkan calon istri Dimas pada ibu," jawabnya lirih dan lembut seraya menggenggam tangan ibunya, namun reaksi sang ibu sungguh tak di duga. Wanita itu menarik genggaman tangan sang putra dan memalingkan pandangannya."Ah tidak, ibu hanya ingin kau menikahi gadis pilihan ibu. Secepatnya," pintanya memaksa."Tapi bu," Dimas mencoba berkilah namun ucapannya segera disanggah oleh sang ibu."Tapi apa? Kalau tidak menurut, Ibu tidak ingin di operasi, lebih baik ibu mati saja!" ancam wanita tua itu dengan memaksa.Flashback Off................"Hari-hariku seperti di neraka, k