Share

Perasaan yang salah

Author: RahmaDika
last update Last Updated: 2021-06-17 16:29:27

Di tempat dan zona waktu berbeda, Dimas tengah asik menemani Mikha bersama kedua anak kembarnya di taman. Pria itu memang telah menaruh hati pada Mikha sejak awal mereka berjumpa, terlebih ia mengetahui Mikha pergi dan telah menggugat cerai suaminya.

"Lihat mereka tertawa seperti itu rasanya membuat kita ikut bahagia. Kita benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia," tuturnya menatap wanita yang berada di sampingnya.

Seketika raut wajah Mikha berubah. Walaupun ia telah berpisah dan kabur dari sang suami bertahun-tahun lamanya, namun baginya cinta dan perasaan kepada Maxim takkan pernah hilang dan tergantikan.

"Mereka masih punya papa, tak pantas kau berkata seperti itu. Dimas, aku sangat menghargai perasaanmu tapi...,"

"Tapi kau dan dia belum resmi bercerai? Dan kau masih mencintainya? Hah, laki-laki macam apa yang membuat seorang istri meninggalkannya dan bahkan selama 4 tahun tidak menemui istrinya bahkan anak-anaknya," ucap Dimas sarkas, ia sudah lelah berkali-kali mendapatkan penolakan dari wanita itu.

Mikha beranjak dan segera berteriak memanggil Kedua buah hatinya untuk mengajaknya pulang.

"Sekali lagi aku tegaskan kalau aku yang meninggalkan dia. Dia suami yang sangat baik, dan aku hanya mencintainya seumur hidupku. Terima kasih selama ini kau telah banyak membantuku, aku mohon lupakan perasaanmu padaku," ucap Mikha gusar dan meninggalkan Dimas seorang diri.

................

Sejak hari itu Mikha menjaga jarak dari Dimas, ia tidak ingin berlarut-larut memberikan harapan palsu dan menyakiti hati pria yang telah banyak membantunya selama tinggal di Kalimantan.

Hingga 3 hari berlalu. Hari itu lagi-lagi, pria berkulit eksotis itu menghampirinya di toko kue miliknya.

Sepertinya Dimas benar-benar tidak ingin menyerah, ia selalu mendekati Sunny, anak dari Mikha yang cukup dekat dan lengket dengannya.

"Sunny, ikut Paman ke minimarket yuk," ajaknya pada gadis kecil berusia 4 tahun itu.

Gadis kecil berwajah blasteran itu berjingkrak senang dan langsung berhambur ke dalam gendongan Dimas.

Sesungguhnya Dimas memang sudah sangat menyayangi si kembar Sunny dan Shine, walaupun Shine selalu acuh dan menjaga jarak dengan dirinya.

Mereka kembali dari minimarket dengan sebuah coklat di tangan Sunny, namun langkah Dimas tiba-tiba terhenti kala memasuki toko Kue Mikha.

Ia melihat seorang pria tampan berkulit putih tengah bersimpuh hadapan Mikha. Dimas memicingkan matanya, mencoba mengingat-ingat karena merasa familiar dengan wajah pria tersebut.

Deg!

Hati Dimas serasa tercekat, kala mengetahui bahwa sosok seorang superstar yang berada di hadapannya adalah suami dari wanita yang ia cintai.

Pria itu menelan salivanya kasar, dan beranjak keluar tanpa diketahui siapapun.

................

Dimas memasuki kamar asramanya dengan wajah muram, hingga membuat Yudhi yang tengah bermain gitar terheran-heran dengan sahabatnya.

"Buset, itu muka lecek banget kayak cucian belum di setrika," ledek Yudhi kepada Dimas.

Pria itu merebahkan diri di atas ranjang dan mengusap wajahnya kasar. "Mikha, Yud," ucapnya lirih.

"Kenapa lagi? Di tolak lagi?" tanya Yudhi seraya menahan tawanya. Yudhistira Galih Wardhana, adalah Sersan muda di usianya yang baru 25 tahun. Pria tampan beralis tebal dan berlesung pipi dangkal itu adalah sahabat Dimas sejak baru masuk pendidikan militer, walaupun kini pangkat mereka jauh berbeda.

"Suaminya datang," jawab Dimas singkat hingga seketika membuat tawa Yudhi pecah.

"Hahahahahaha, so-sorry wahahahaha, aduhhh makanya gue bilang apa, gak usah berharap sama wanita bersuami hahahaha."

Dimas berdecih melihat kelakuan Yudhi yang tertawa terpingkal-pingkal, ia mengambil sebuah bantal dan melemparnya tepat mengenai wajah Yudhi.

"Gue sumpahin, lu bucin sama istri orang!"

................

"Mommy! Daddy!" Marrie berteriak seraya berlari-lari kecil menghampiri kedua orang tuanya. Marrie duduk ditengah-tengah ibu dan ayahnya yang tengah menonton siaran televisi.

"Ada apa sayang? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanya Nyonya Anna, ibu dari Marrie dengan wajah bingung.

Marrie mengambil ponsel miliknya dan menunjukkan sebuah foto kebersamaan kakak keduanya bersama sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan.

"I-ini?"

"Ya, Mom. Kakak sudah menemukan Kak Mikha dan anak kembarnya. Semoga kesalahpahaman antara mereka bisa segera selesai, bolehkah aku menyusul kesana?" tanya gadis bermanik biru itu dengan senyuman merekah.

Tuan Andrew, hanya mengulas senyuman dan mengusap pucuk kepala putrinya. "Boleh sayang, titip salam ya. Maaf Mommy dan Daddy tidak bisa kesana, Daddy belum sanggup untuk melakukan perjalanan jarak jauh," tutur Tuan Andrew.

Dua hari berlalu, gadis blonde itu akhirnya menginjakkan kakinya di tanah Borneo. Hatinya begitu bahagia mendapatkan kabar kalau Kakak keduanya telah menyelesaikan kesalahpahaman dengan istrinya, dan akan segera rujuk serta melangsungkan akad nikah ulang saat itu juga.

Kini sampailah ia di sebuah alamat yang di berikan kakaknya, dan segera melangkah masuk untuk menyaksikan pernikahan ulang Max dan Mikha.

SAH!!!

Serentak semua orang mengucapkan kata "Sah", menandakan telah selesainya prosesi akad nikah. Marrie tersenyum dan segera berlari kecil dengan sebuah koper di tangan kanannya.

BRUKKK!!!

Tiba-tiba ia bertabrakan dengan seseorang, Mata biru gadis blonde itu membulat sempurna saat melihat sosok yang ia tabrak.

"Di-Dimas? Kamu Dimas?" ucap wanita blonde itu terperangah nyaris tidak percaya.

Dimas nampak mengernyitkan keningnya dan memicingkan kedua matanya, "Maaf, kenapa Nona tau nama saya?" tanyanya bingung.

"Aku Marrie, empat tahun lalu kita pernah bertemu di bandara London. Kau menolongku saat aku terjatuh," ucap Marrie semangat, ia sangat senang kembali menemukan pujaan hatinya yang telah bertahun-tahun ia cari.

"Aku sama sekali tidak menyangka, kalau kamu ada disini! Apakah kau teman Kak Mikha, kakak iparku?" tanyanya kembali dengan wajah berseri-seri. Ia sungguh tidak menyangka dengan rencana Tuhan.

Di balik masalah yang menerpa rumah tangga kakak keduanya, rupanya menyimpan sesuatu yang selalu ia lontarkan di setiap doanya.

Setiap hari, ia selalu berdoa agar kembali dipertemukan dengan pujaan hatinya. Pria yang telah membuatnya gila dan menunggu bertahun-tahun lamanya tanpa sebuah kepastian.

Berbeda dengan Marrie, mimik wajah pria itu tampak masam dan menatap Marrie dengan pandangan tidak suka. Ia baru menyadari bahwa gadis yang dahulu ia tolong ternyata seorang adik dari pria yang kini merobek-robek hatinya, bahkan dengan mudah merebut wanita yang telah lama ia perjuangkan.

"Maaf saya tidak ingat. Saya permisi dulu, Nona," ucapnya ketus, lalu pergi begitu saja dari hadapan Marrie.

Namun gadis bernetra biru itu mengulas senyuman simpul, ia bertekad tidak akan pernah melepaskan pria itu lagi begitu saja.

................

Sang surya beranjak dari peristirahatannya, pancaran arunika mewarnai cakrawala bumi pertiwi. Burung-burung bersenandung ria, kupu-kupu berterbangan nan elok mengelingi hamparan puspa bermandikan embun.

Sebuah keluarga yang telah lama berpisah, kini bersatu kembali dan berkumpul mengelilingi meja makan. Menyantap sarapan hingga sesekali bersenda gurau.

"Jadi, setelah mengurus kepindahan ibu dan bapak ke Yogya kita baru kembali ke London. Rika kamu baik-baik disini," tutur Mikha pada adik perempuannya yang masih harus menyelesaikan masa koas-nya selama dua Minggu kedepan di sebuah rumah sakit di kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Rika hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan kakaknya.

"Emmm Kak, aku akan menemani Rika. Aku ingin mengenal Dimas, kakak kenal Dimas? Kemarin ia datang kok, di acara akad nikah kalian," celoteh Marrie tiba-tiba hingga seluruh perhatian tertuju kepada gadis blonde itu.

Mikha mengernyitkan keningnya dan menatap tajam pada sosok sang adik iparnya. Sedangkan Marrie yang baru menyadari kebingungan orang-orang disekitarnya langsung tersebut dan menelan makanan yang masih berada di mulutnya.

"Ehm begini loh, Kakak ingat kan pria militer yang sudah buat aku jatuh cinta 4 tahun lalu?"

"Iya, terus," jawab Mikha menanggapi.

Marrie lagi-lagi tersenyum, semburat merah muda terlihat jelas di kedua pipinya.

"Ja-jadi, pria itu Dimas namanya dan kemarin aku bertemu dengannya disini,"

Sontak Mikha dan Rika terkejut, mata kedua wanita itu membulat sempurna.

"Apa?"

................

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Reka
Nyimak dulu nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE   Merajuk

    Seorang pria menatap nanar pemandangan Ibukota dari balik jendela kamar hotel yang ia tempati. Sudah semalaman suntuk ia terjaga, pikirannya melayang kemana-mana, memikirkan nasib rumah tangganya dan hatinya.Pikirannya terus menerus berandai-andai, menyesali segala sifatnya yang terlalu lemah.Andai ia tidak egois dan menyia-nyiakan ketulusan gadis yang benar-benar mencintainya, andai ia berani menolak perjodohan yang telah diatur oleh ibunya, mungkin semuanya takkan seperti ini.Terbelenggu jeratan takdir yang menjerumuskannya ke dalam neraka rumah tangga.Dimas terus-menerus merutuki kebodohannya, ia berjalan keluar menuju balkon kamar yang terletak di lantai dua puluh sebuah gedung pencakar langit.Pria putus asa itu mengeluarkan sekotak rokok dari saku celananya, mengambil sebatang rokok lalu menyulutnya dengan sebuah pemantik.Dimas menyesap benda candu yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan, pikiran kacau tak mampu berpikir jernih."A

  • MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE   Tiba-tiba ngambek

    "Ampun Tuan! Saya mohon maafkan kesalahan anak saya," suara seorang pria paruh baya, memenuhi sebuah rumah mewah yang berada di sudut kota London.Terlihat Jhon tersenyum kecut seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Hahahaha apa? Ampun? Apa anak kalian yang otaknya kosong itu berpikir sebelum bertindak?" cibir Jhon, mata birunya menyorot tajam seorang pemuda yang tengah dipaksa berlutut oleh kedua orang tuanya. Jhon melangkah perlahan lalu berdiri tepat di hadapan pemuda itu. Kaki kanannya berayun menyentuh dagu pemuda itu hingga mendongakkan wajahnya."Kau! Lancangnya mencelakai adikku!" Brak! "Raymond!" pekik kedua orang tua pemuda itu histeris, Jhon yang murka tidak segan-segan memandang wajah Raymond hingga hidungnya mengeluarkan darah.Setelah puas menyiksa orang-orang yang terlibat dalam penjebakan Marrie malam itu, tanpa berkata apapun lagi Jhon melangkahkan kakinya keluar rumah. "Frans, cabut saham kita di perusah

  • MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE   Retak

    Dimas melangkah masuk menuju pintu rumahnya, beberapa kali ia ketuk pintu tetapi sama sekali tidak ada jawaban dari Shinta.Pria itu mengambil ponsel saku celananya, mencoba menelpon keberadaan sang istri karena walau bagaimanapun ia khawatir karena Shinta tengah mengandung.Beberapa kali ia mencoba menghubungi sang istri, tapi nihil. Tidak ada jawaban sama sekali, dengan panik ia segera mengambil kunci cadangan, takut terjadi apa-apa dengan Shinta di dalam rumah."Shinta! Shinta!"Dimas mengedarkan pandangannya keseluruhan arah, mencoba menelisik keberadaan sang istri di setiap ruangan."Shinta! Ya ampun, kemana lagi dia?" ucapnya frustasi, lagi dan lagi Shinta pergi tanpa meminta izin kepadanya terlebih dahulu.Dimas mencoba menghubungi mertua dan ibunya, mencoba mencari tahu keberadaan istrinya. Namun, Shinta tak berada di manapun, membuatnya semakin berada di ambang kepanikan.Pria itu menajamkan pendengarannya saat mendengar deru mes

  • MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE   Aku baik-baik saja

    Hari itu Dimas mencari keberadaan Yudhi, tetapi nihil. Pria itu tak kunjung ditemukan. Beberapa kali pula ia mencoba menelpon sahabatnya tapi lagi-lagi ponsel milik Yudhi sama sekali tidak dapat dihubungi."Joko!" pekik Dimas kala melihat Joko yang berjalan jauh di depannya."Joko, tunggu!"Joko menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Dimas berlari kecil mendekatinya dengan napas yang sedikit terengah-engah."Ada apa? Wes kaya wong dikejar setan," tanya Joko bingung.Dimas diam sejenak, mencoba mengatur napas dan intonasi suaranya sebelum bertanya kepada Joko."Yudhi mana? Aku telepon gak bisa.""Piye kamu ini, satu kompi lagi ada tugas bantuan evakuasi ke daerah yang dilanda gempa," jawab Joko santai."Ah astaga! Aku lupa tapi, sampean gak ikut?" tanya Dimas kembali.Seketika Joko menepuk keningnya dan berdecak pinggang, "Kowe ora liat, kaki aku di perban gara-gara sopo? Aku kemarin 'kan terkilir ga

  • MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE   Gosip hot Mr Joko

    Selepas bertugas, Yudhi melajukan motornya menuju alamat yang sudah diberitahu oleh John.dengan senyuman yang mengembang, pria tampan beralis alis tebal itu melajukan sepeda motornya membelah hiruk pikuk kota Jakarta.Sejenak ia menepikan kendaraannya di sebuah toko bunga, melihat-lihat hamparan bunga-bunga yang terpajang dengan indahnya."Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya seorang pegawai toko bunga tersebut."Saya mau sebuket bunga rose yang warna merah jambu ya. Tolong di susun yang cantik," ucapnya seraya mengusapkan tengkuk lehernya, karena sejujurnya ini adalah kali pertama ia membeli bunga untuk seorang wanita.Segala perasaan berkecamuk di dadanya, Yudhi sudah tidak sabar untuk menemui Marrie.Rasa rindu semakin mendominasi memenuhi relung sanubarinya."Ini, Mas! Sudah jadi," ucap pelayan tersebut seraya menyerahkan sebuket mawar berwarna pink."Oh, ok Mbak! Berapa?" tanya Yudhi seraya mengeluarkan dompet yang tersimpan di

  • MENJERAT CINTA MISS BILLIONAIRE   Kejutan

    Wajah Marrie seketika ditekuk kala mendengar perkataan Maxim.Ketiga pria di rumahnya benar-benar kompak dan sama sekali tidak ada yang membelanya."Ih, ya sudah aku mau packing! Besok berangkat," tutur Marrie pasrah.Jhon dan Tuan Andrew tersenyum seringai, melihat rencana mereka yang berjalan mulus.Di kamar Mikha yang sebenarnya keberatan, hanya bisa protes kepada suaminya. Walaupun ia setuju Marrie dijodohkan dengan Yudhi, tetapi membiarkan mereka tinggal satu atap bukanlah pilihan yang tepat."Max, aku tuh takut kalau kejadian Indah dan Kak Jhon terulang! Namanya tinggal bareng, apalagi mereka belum menikah!" protesnya kala mengingat kejadian beberapa tahun silam, saat Jhon dulu pernah menghamili sahabatnya di luar ikatan pernikahan dan berujung tragis.Sedangkan Max hanya menyengir kuda menanggapi ocehan sang istri yang seakan tiada habisnya. Ucapan Mikha memang benar, tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak jika itu sudah merupakan kehendak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status