Di tempat dan zona waktu berbeda, Dimas tengah asik menemani Mikha bersama kedua anak kembarnya di taman. Pria itu memang telah menaruh hati pada Mikha sejak awal mereka berjumpa, terlebih ia mengetahui Mikha pergi dan telah menggugat cerai suaminya.
"Lihat mereka tertawa seperti itu rasanya membuat kita ikut bahagia. Kita benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia," tuturnya menatap wanita yang berada di sampingnya.
Seketika raut wajah Mikha berubah. Walaupun ia telah berpisah dan kabur dari sang suami bertahun-tahun lamanya, namun baginya cinta dan perasaan kepada Maxim takkan pernah hilang dan tergantikan.
"Mereka masih punya papa, tak pantas kau berkata seperti itu. Dimas, aku sangat menghargai perasaanmu tapi...,"
"Tapi kau dan dia belum resmi bercerai? Dan kau masih mencintainya? Hah, laki-laki macam apa yang membuat seorang istri meninggalkannya dan bahkan selama 4 tahun tidak menemui istrinya bahkan anak-anaknya," ucap Dimas sarkas, ia sudah lelah berkali-kali mendapatkan penolakan dari wanita itu.
Mikha beranjak dan segera berteriak memanggil Kedua buah hatinya untuk mengajaknya pulang.
"Sekali lagi aku tegaskan kalau aku yang meninggalkan dia. Dia suami yang sangat baik, dan aku hanya mencintainya seumur hidupku. Terima kasih selama ini kau telah banyak membantuku, aku mohon lupakan perasaanmu padaku," ucap Mikha gusar dan meninggalkan Dimas seorang diri.................
Sejak hari itu Mikha menjaga jarak dari Dimas, ia tidak ingin berlarut-larut memberikan harapan palsu dan menyakiti hati pria yang telah banyak membantunya selama tinggal di Kalimantan.
Hingga 3 hari berlalu. Hari itu lagi-lagi, pria berkulit eksotis itu menghampirinya di toko kue miliknya.
Sepertinya Dimas benar-benar tidak ingin menyerah, ia selalu mendekati Sunny, anak dari Mikha yang cukup dekat dan lengket dengannya."Sunny, ikut Paman ke minimarket yuk," ajaknya pada gadis kecil berusia 4 tahun itu.Gadis kecil berwajah blasteran itu berjingkrak senang dan langsung berhambur ke dalam gendongan Dimas.
Sesungguhnya Dimas memang sudah sangat menyayangi si kembar Sunny dan Shine, walaupun Shine selalu acuh dan menjaga jarak dengan dirinya.Mereka kembali dari minimarket dengan sebuah coklat di tangan Sunny, namun langkah Dimas tiba-tiba terhenti kala memasuki toko Kue Mikha.
Ia melihat seorang pria tampan berkulit putih tengah bersimpuh hadapan Mikha. Dimas memicingkan matanya, mencoba mengingat-ingat karena merasa familiar dengan wajah pria tersebut.Deg!
Hati Dimas serasa tercekat, kala mengetahui bahwa sosok seorang superstar yang berada di hadapannya adalah suami dari wanita yang ia cintai.
Pria itu menelan salivanya kasar, dan beranjak keluar tanpa diketahui siapapun.................
Dimas memasuki kamar asramanya dengan wajah muram, hingga membuat Yudhi yang tengah bermain gitar terheran-heran dengan sahabatnya.
"Buset, itu muka lecek banget kayak cucian belum di setrika," ledek Yudhi kepada Dimas.Pria itu merebahkan diri di atas ranjang dan mengusap wajahnya kasar. "Mikha, Yud," ucapnya lirih.
"Kenapa lagi? Di tolak lagi?" tanya Yudhi seraya menahan tawanya. Yudhistira Galih Wardhana, adalah Sersan muda di usianya yang baru 25 tahun. Pria tampan beralis tebal dan berlesung pipi dangkal itu adalah sahabat Dimas sejak baru masuk pendidikan militer, walaupun kini pangkat mereka jauh berbeda."Suaminya datang," jawab Dimas singkat hingga seketika membuat tawa Yudhi pecah.
"Hahahahahaha, so-sorry wahahahaha, aduhhh makanya gue bilang apa, gak usah berharap sama wanita bersuami hahahaha."Dimas berdecih melihat kelakuan Yudhi yang tertawa terpingkal-pingkal, ia mengambil sebuah bantal dan melemparnya tepat mengenai wajah Yudhi.
"Gue sumpahin, lu bucin sama istri orang!"................
"Mommy! Daddy!" Marrie berteriak seraya berlari-lari kecil menghampiri kedua orang tuanya. Marrie duduk ditengah-tengah ibu dan ayahnya yang tengah menonton siaran televisi.
"Ada apa sayang? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanya Nyonya Anna, ibu dari Marrie dengan wajah bingung.
Marrie mengambil ponsel miliknya dan menunjukkan sebuah foto kebersamaan kakak keduanya bersama sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan."I-ini?"
"Ya, Mom. Kakak sudah menemukan Kak Mikha dan anak kembarnya. Semoga kesalahpahaman antara mereka bisa segera selesai, bolehkah aku menyusul kesana?" tanya gadis bermanik biru itu dengan senyuman merekah.
Tuan Andrew, hanya mengulas senyuman dan mengusap pucuk kepala putrinya. "Boleh sayang, titip salam ya. Maaf Mommy dan Daddy tidak bisa kesana, Daddy belum sanggup untuk melakukan perjalanan jarak jauh," tutur Tuan Andrew.
Dua hari berlalu, gadis blonde itu akhirnya menginjakkan kakinya di tanah Borneo. Hatinya begitu bahagia mendapatkan kabar kalau Kakak keduanya telah menyelesaikan kesalahpahaman dengan istrinya, dan akan segera rujuk serta melangsungkan akad nikah ulang saat itu juga.
Kini sampailah ia di sebuah alamat yang di berikan kakaknya, dan segera melangkah masuk untuk menyaksikan pernikahan ulang Max dan Mikha.SAH!!!
Serentak semua orang mengucapkan kata "Sah", menandakan telah selesainya prosesi akad nikah. Marrie tersenyum dan segera berlari kecil dengan sebuah koper di tangan kanannya.
BRUKKK!!!
Tiba-tiba ia bertabrakan dengan seseorang, Mata biru gadis blonde itu membulat sempurna saat melihat sosok yang ia tabrak.
"Di-Dimas? Kamu Dimas?" ucap wanita blonde itu terperangah nyaris tidak percaya.Dimas nampak mengernyitkan keningnya dan memicingkan kedua matanya, "Maaf, kenapa Nona tau nama saya?" tanyanya bingung.
"Aku Marrie, empat tahun lalu kita pernah bertemu di bandara London. Kau menolongku saat aku terjatuh," ucap Marrie semangat, ia sangat senang kembali menemukan pujaan hatinya yang telah bertahun-tahun ia cari.
"Aku sama sekali tidak menyangka, kalau kamu ada disini! Apakah kau teman Kak Mikha, kakak iparku?" tanyanya kembali dengan wajah berseri-seri. Ia sungguh tidak menyangka dengan rencana Tuhan.
Di balik masalah yang menerpa rumah tangga kakak keduanya, rupanya menyimpan sesuatu yang selalu ia lontarkan di setiap doanya.Setiap hari, ia selalu berdoa agar kembali dipertemukan dengan pujaan hatinya. Pria yang telah membuatnya gila dan menunggu bertahun-tahun lamanya tanpa sebuah kepastian.
Berbeda dengan Marrie, mimik wajah pria itu tampak masam dan menatap Marrie dengan pandangan tidak suka. Ia baru menyadari bahwa gadis yang dahulu ia tolong ternyata seorang adik dari pria yang kini merobek-robek hatinya, bahkan dengan mudah merebut wanita yang telah lama ia perjuangkan.
"Maaf saya tidak ingat. Saya permisi dulu, Nona," ucapnya ketus, lalu pergi begitu saja dari hadapan Marrie.
Namun gadis bernetra biru itu mengulas senyuman simpul, ia bertekad tidak akan pernah melepaskan pria itu lagi begitu saja.................
Sang surya beranjak dari peristirahatannya, pancaran arunika mewarnai cakrawala bumi pertiwi. Burung-burung bersenandung ria, kupu-kupu berterbangan nan elok mengelingi hamparan puspa bermandikan embun.
Sebuah keluarga yang telah lama berpisah, kini bersatu kembali dan berkumpul mengelilingi meja makan. Menyantap sarapan hingga sesekali bersenda gurau.
"Jadi, setelah mengurus kepindahan ibu dan bapak ke Yogya kita baru kembali ke London. Rika kamu baik-baik disini," tutur Mikha pada adik perempuannya yang masih harus menyelesaikan masa koas-nya selama dua Minggu kedepan di sebuah rumah sakit di kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Rika hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan kakaknya.
"Emmm Kak, aku akan menemani Rika. Aku ingin mengenal Dimas, kakak kenal Dimas? Kemarin ia datang kok, di acara akad nikah kalian," celoteh Marrie tiba-tiba hingga seluruh perhatian tertuju kepada gadis blonde itu.Mikha mengernyitkan keningnya dan menatap tajam pada sosok sang adik iparnya. Sedangkan Marrie yang baru menyadari kebingungan orang-orang disekitarnya langsung tersebut dan menelan makanan yang masih berada di mulutnya.
"Ehm begini loh, Kakak ingat kan pria militer yang sudah buat aku jatuh cinta 4 tahun lalu?""Iya, terus," jawab Mikha menanggapi.
Marrie lagi-lagi tersenyum, semburat merah muda terlihat jelas di kedua pipinya.
"Ja-jadi, pria itu Dimas namanya dan kemarin aku bertemu dengannya disini,"Sontak Mikha dan Rika terkejut, mata kedua wanita itu membulat sempurna.
"Apa?"................
Semenjak Mikha rujuk dengan suaminya, ia benar-benar membatasi diri untuk berkomunikasi dengan Dimas. Hati pria itu terasa begitu hampa, bagaikan ada sesuatu yang berharga hilang dari dirinya.Pagi itu, ia tampak menikmati secangkir kopi di sebuah coffee shop, pikirannya begitu kalut dan hatinya begitu sesak. Hingga tiba-tiba tampak seseorang mendekat kearahnya."Hai," sapa gadis blonde yang kini berdiri di meja yang ditempati oleh Dimas, dengan memegang segelas kopi di tangannya.Dimas hanya melirik sejenak lalu segera memalingkan wajahnya. "Apakah aku boleh duduk di sini?" tanya Marrie dengan menunjuk kur si kosong dihadapan Dimas."Duduk saja," jawab pria itu dingin.Sejenak suasana menjadi hening, Marrie nampak serba salah karena sikap Dimas sangat jauh berbeda.Gadis bermata biru itu mencoba memberanikan diri untuk memulai percakapan kembali."Emm Dimas, kau benar-benar tidak mengingatku?" ucapnya gugup.Dimas hanya melirik deng
Dimas melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya, pria itu melepaskan baret yang ia kenakan lalu duduk di pinggir ranjangnya.Pandangan beralih pada totebag yang ia bawa lalu membukanya perlahan. sebuah kotak makan yang berisi nasi goreng spesial dengan sepucuk surat berwarna merah muda.Dimas memandangi sejenak surat tersebut lalu mulai membacanya.Hai Dimas,Aku buatkan nasi goreng spesial untukmu, semoga kamu suka ya.Maaf kalau tidak enak, karena sejujurnya ini adalah kali kedua aku memasak.Aku jadi pengen cerita, dulu pertama kali aku masak karena permintaan Kak Mikha waktu sedang hamil si kembar, Aku buat nasi goreng bermodalkan video YouTube, dan bodohnya aku malah memasukan gula bubuk bukannya garam hahahaTapi kalau dipikir-pikir, untung aku memasukkan gula. Bayangkan saja kalau aku memasukkan garam yang gak ditakar. Bisa-bisa yang makan langsung kena tekanan darah tinggi.Dan sialnya, alih-alih memakannya eh Kak Mikha malah mema
Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah milik Indah, tepatnya rumah yang pernah Mikha dan keluarganya tempati di Tabalong.Keluarlah sosok pria bertubuh tegap dan seketika di sambut oleh seorang scurity bernama Fajar."Pagi mas Dimas, wah apa kabar nih? Sudah lama gak keliatan," tanya Fajar dengan ramah, dan di balas senyuman oleh Dimas."Alhamdulillah baik, iya belakangan ini saya sibuk. Oh ya, Nona Indah ada?" tanyanya kembali, yang belum mengetahui jika Indah telah menikah dan mengikuti sang suami untuk kembali tinggal di Inggris.Fajar mengulas seutas senyuman dan mulai membuka mulutnya, "Wah ketinggalan berita, Nona Indah sudah menikah mas dan sekarang tinggal di London dengan suaminya. Jadi rumah ini kosong, cuma kami para pekerja yang menempatinya," tuturnya."Boleh saya minta nomor ponsel Indah atau Mikha?" pintanya kembali karena sepertinya dua wanita itu telah mengganti nomer ponselnya. Namun Fajar nampak bergeming dan menggaruk-garuk kepa
"...dengan emas kawin tersebut di bayar tunai!"Sah! Alhamdulillah!Suara hamdalah terdengar serentak memenuhi sebuah Masjid di ibukota Jakarta. Kini, sepasang anak manusia baru saja resmi menjadi sepasang suami istri.Sang mempelai pengantin pria terlihat menyematkan sebuah cincin pernikahan pada jari manis mempelai wanita dan di balas ciuman di punggung tangan oleh istrinya.Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, pria itu telah berhasil menyakiti relung hati Marrie yang paling dalam. Seketika tubuh gadis itu terasa lemas, otaknya benar-benar tidak bisa untuk berpikir. Lolos sudah air mata dari kedua mata berlensa birunya, cinta yang sudah ia cari dan tunggu bertahun-tahun kini hancur hanya dalam waktu 5 menit saja."Marrie," Yudhi memperhatikan gadis di sampingnya, hatinya benar-benar ikut merasakan sakit kala melihat wajah Marrie yang benar-benar telah berubah pias.Tanpa berkata apa-apa, Marrie berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalka
Tok...Tok...Tok..."Marrie, kamu sudah tidur belum?" Mikha mengetuk pintu kamar adik iparnya, memastikan gadis itu sudah tertidur atau masih terjaga. Marrie yang masih berdiri di balkon kamar segera berjalan menuju pintu kamarnya.CklekPintu terbuka, Mikha nampak membawa segelas susu hangat di atas nampan."Kirain kakak, kamu udah tidur. Nih kakak bawain susu buat kamu," tuturnya lembut dan menyerahkan susu tersebut kepada Marrie."Terima kasih, Kak. Maaf, kedatanganku malah jadi ngerepotin kakak padahal kakak lagi hamil dan udah capek ngurusin Kak Max dan kembar," ucapnya lirih, merasa tidak enak hati dengan kakak iparnya.Mikha hanya mengulas senyuman dengan adik iparnya, wanita berhati lembut itu sudah menyayangi Marrie seperti Rika, adik kandungnya sendiri."Kamu itu ngomong apa? Kayak baru kenal Kakak sehari dua hari aja. Marrie, kamu itu adiknya kakak, sama seperti Rika. Jadi, kakak harap jika ada sesuatu yang mengganggu hati
Air langit mulai turun membasahi bumi, menyebarkan aroma tanah basah yang begitu menenangkan indera penciuman.Yudhi terlihat asik bersenandung seraya melenggak lenggokan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tak lupa permen kaki yang setia menemaninya di manapun dan kapanpun."Am I supposed to leave you now, when you're looking like that? I can't believe what I just gave away now I can't take it back," Yudhi bersenandung ria dengan earphone yang terpasang di telinganya."Yudhi, Dhi! Yudhi! Yudhistira Galih Wardhana!" teriak Joko dengan suara medoknya tepat di samping telinga Yudhi.Yudhi terperanjat kaget dan mengusap-ngusap telinganya yang berdenging, "Bujug buset, kuping gue bisa budeg Jokoooooooooo!" protes Yudhi kepada rekan seprofesinya. Joko hanya menyengir mendengar celotehan Yudhi, "Habisnya Kowe, tak panggil ora krungu."*Habisnya kamu, saya panggil tidak dengar."Kan lu bisa nepuk pundak gue, Joko saswito priyadi sadewo arya dininggrat wija
Flashback ONDimas tampak menatap wajah ibunya yang tengah terbaring lemah, wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat karena penyakit kista yang tertanam di tubuhnya."Dimas, ibu ingin melihatmu menikah," ucapnya lemah namun membuat Dimas benar-benar terkejut dengan permintaan ibunya."Bu, sabar ya. Dimas pasti akan menikah, Dimas akan secepatnya memperkenalkan calon istri Dimas pada ibu," jawabnya lirih dan lembut seraya menggenggam tangan ibunya, namun reaksi sang ibu sungguh tak di duga. Wanita itu menarik genggaman tangan sang putra dan memalingkan pandangannya."Ah tidak, ibu hanya ingin kau menikahi gadis pilihan ibu. Secepatnya," pintanya memaksa."Tapi bu," Dimas mencoba berkilah namun ucapannya segera disanggah oleh sang ibu."Tapi apa? Kalau tidak menurut, Ibu tidak ingin di operasi, lebih baik ibu mati saja!" ancam wanita tua itu dengan memaksa.Flashback Off................"Hari-hariku seperti di neraka, k
"Get your hands off her!" Pekik seorang pria yang langsung mendekat kearah Marrie.Marrie tampak mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, guna memastikan kalau penglihatannya tak salah. "Damn! Who are you?" Raymond berdecak kesal dengan pria yang kini berada tepat di hadapannya. Tatapan pria itu begitu tajam dan menusuk, membuatnya begidik ngeri kala beradu pandang dengannya. "She's my GIRLFRIEND!" ucap pria misterius itu dengan menekankan kalimat Grilfriend, membuat Marrie terkejut dan terperangah. "Hahaha I dont care, aku hanya ingin bersenang-senang dengannya. Betul kan sayang?" Raymond berkata dengan nada mengejek dan menyentuh wajah Marrie yang terlihat ketakutan. "Damn it!" BRUKKK!!! Yudhi yang geram seketika memukul Raymond dengan brutal.Perkelahian tak dapat terelakkan, namun karena kemampuan bela diri Yudhi yang sangat terlatih membuatnya dengan mudah melumpuhkan Ray hingga babak belur. "Pergi!" Yudhi berteri