Home / Romansa / MENOLAK NAFKAH BATIN / Bab 1. Mas Prabu Menolak ku

Share

MENOLAK NAFKAH BATIN
MENOLAK NAFKAH BATIN
Author: AirinNash

Bab 1. Mas Prabu Menolak ku

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2021-10-11 00:41:09

 

[Udah Perkosa aja suaminya, Mbak. Heran hari gini mana ada suami nolak ngasi jatah istri kalau gak ada apa-apa.]

 

[Suamiku sehari bisa minta sampai 3 kali. Gak pernah kali aku yang minta.] 

 

[Lagian Mbak gatel banget, mungkin suami nya capek dan lelah.] 

 

[Tidak mungkin capek, secapeknya suami dia pasti ingat minta jatah ke istri.] 

 

[Pasti ada perempuan lain di hati suami, atau dia sudah ngamar sama simpanannya di hotel.] 

 

[Perlu dicurigai, Mbak. Tanya baik-baik. Dan periksa gawainya, siapa tahu ada perempuan lain.]

 

[Jangan-jangan suaminya belok. Laki normal gak mungkin libur selama enam bulan setelah melahirkan.] 

 

Kubaca satu persatu kolom komentar pada aplikasi biru. Aku sengaja curhat disana memakai akun fake. Sudah tidak tahan lagi dengan sikap Mas Prabu, kami sudah menikah selama dua tahun dan kini putra pertama ku berusia enam bulan. Setelah melahirkan Fauzan, Mas Prabu tidak pernah menyentuhku. Awalnya aku bahagia saja karena aku memang baru melahirkan dan jahitan belum kering. Sekarang sudah berlalu enam bulan tetapi dia tetap dingin. 

 

Entah apa sebab seperti itu, dan karena tidak tahan lagi aku pun memberanikan diri curhat di sebuah forum wanita dengan akun palsu. Begitu banyak nyinyiran para emak di sana dan aku sudah tahu konsekuensi bakal di bully, namun ada juga yang bersimpati memberiku semangat dan sabar serta banyak berdoa agar Allah membalik lagi hati Mas Prabu untuk mencintaiku. 

 

Terdengar suara mobil memasuki rumahku, Mas Prabu memasukkannya ke garasi mobil dan membuka pintu rumah dengan kunci miliknya. Masing-masing dari kami memang memiliki kunci sendiri untuk masuk ke rumah. 

 

Dia melengos masuk saja seperti biasa, ku hidupkan lampu depan agar dia tahu kalau aku belum tidur. 

 

"Vania, belum tidur?" tanyanya padaku. 

 

"Belum, Aku nunggu kamu." 

 

"Tidurlah, Fauzan sudah tidur kan. Aku juga lelah, Van," ucap suamiku berlalu, aku tidak bisa seperti ini, bagaimana pun masalah harus selesai. 

 

Aku mendekati suamiku, teringat komentar netizen di forum curhat agar aku yang mulai dahulu untuk merayunya. Kupeluk pinggang suamiku dari belakang. 

 

"Vania. Aku sangat lelah, Tidurlah!" katanya lagi melepaskan tanganku yang melingkarinya. 

 

"Mas, sebenarnya ada masalah apa sih. Sudah enam bulan pasca melahirkan kamu cuekin aku, apa salah aku? Apa kamu sudah punya wanita lain?" sentak ku kesal saat dia kembali menolakku. 

 

"Tidak ada Vania. Hanya kamu satu-satunya." 

 

"Aku gak percaya sama kamu, tidak mungkin setelah melahirkan kamu tak lagi berselera padaku kalau bukan karena ada alasan lain. Aku perlu bukti, boleh aku cek ponsel kamu?" Aku mengulurkan tangan meminta ponselnya namun suamiku menggelengkan kepalanya. 

 

"Ini privasi ku, Vania. Aku seorang Dosen dan tidak semua hal perlu kamu tahu yang penting aku ngasih kamu nafkah sesuai adanya." Dia berlalu meninggalkanku yang belum selesai mengintrogasi nya. Aku semakin curiga dan pasti Mas Prabu menyimpan sesuatu. Selingkuhan, kepalaku rasanya sakit. 

 

"Mas, tidak mungkin ada privasi antara suami istri, kamu sudah berani main belakang padaku?" Mas Prabu tidak mempedulikan omelan ku. Dia melengos saja dan mengambil bantal serta selimut kemudian dia tidur di sofa ruang tamu. 

 

Hatiku rasanya jengkel. Sudah pasti ada sesuatu antara dia dan wanita lain. Mas Prabu selalu seperti itu, dia tipe lelaki yang malas berdebat dan dia akan memilih buat menutup telinga ketika kami bertengkar dan membiarkan masalah menguap begitu saja. 

 

Aku pun tertidur di kamar ku bersama balita enam bulan ku. Mas Prabu lebih memilih diluar buat menghindari ku, sekitar pukul 03.00 aku terbangun karena Fauzan minta menyusu, aku mengambil Asi ku yang sudah kumasukkan kedalam botol dot. Aku memang memompa Asiku buat Fauzan. 

 

Samar kudengar suara berbisik Mas Prabu, dia pasti sedang menghubungi seseorang. 

 

"Sudah dini hari, besok saja di kampus, Marsya," Ucap Mas Prabu, bisikan nya masih bisa kudengar. Siapa wanita bernama Marsya itu yang membuat suamiku berubah padaku. Hatiku terasa nyeri. Bila ini kutanyakan Mas Prabu tidak akan mau jujur. Jalan satu-satunya mencari bukti adalah menyelidiki sendiri. 

 

🍁🍁

 

"Eh, Van. Senang deh omset kita naik bulan ini. Gak nyangka ide abal-abal kamu buat buka toko pakaian dan hijab berubah manis kayak gini. Dari modal kecil kita berdua sekarang usaha kita makin maju, Van. Pemesanan online kian banyak. Untung sangat besar dan yang pasti kita kaya, Vania," kata Mbak Farah kakak kandungku, aku selama lima bulan ini memang membuka bisnis menjual pakaian dan hijab bersama kakak ku.

 

Awalnya secara online di beberapa market place namun karena ramai pembeli dan responnya positif. Kami membuka toko benaran dan berlokasi strategis serta ramai pengunjung. Harga yang kami tawarkan sangat murah dibanding yang lain. Satu hijab atau pakaian aku dan Mbak Farah sepakat mengambil keuntungan sepuluh hingga lima belas ribu saja. Bila tak laku maka kami obral saja dengan harga modal. Sehingga permintaan sangat banyak dan kami kewalahan melayani. Karena Mbak Farah yang pegang kendali toko, aku tak pernah bercerita ke Mas Prabu sebab dia selalu pulang malam saja setelah aku melahirkan. 

 

"Kamu kenapa, Van? Masalah suami kamu lagi ya?" tanya Mbak Farah dan aku hanya mengangguk. Aku pernah curhat pada Kakak ku kalau rumah tanggaku dirundung dilema, suamiku bersikap dingin setelah anakku lahir. Dia bahkan tidak ada waktu untukku, aku sibuk sendiri seperti ini dia tidak tahu. Dia pergi pagi dan pulang malam. Padahal dia hanya dosen saja. Kalau dosen bila tidak ada jam lagi pasti pulang namun dia berkilah sibuk dan sibuk. 

 

Ibu dan Ayah kami sudah meninggal dan aku hanya memiliki Mbak Farah. Dia lah tempatku berkeluh kesah. Kakakku seorang istri pegawai negeri. Dia sama juga sepertiku hanya Ibu rumah tangga sehingga kami sepakat membuka toko untuk menambah penghasilan. 

 

"Kamu tanyakan dulu baik-baik. Kalau udah gak ada kecocokan ambil jalan yang terbaik, Vania. Jangan siksa dirimu. Hidup itu indah," ucap Mbak ku memberi masukan. 

 

"Hubunganmu bagaimana dengan suamimu, Mbak? Apakah ada privasi antara kalian?" tanyaku mengerutkan dahi berpikir panjang tentang masalahku dan berusaha mencari solusi. 

 

"Nggak lah, suamiku walau sangar tetapi dia selalu cerita padaku. Handphone Bang Sinaga Mbak juga yang pegang kamu kan tahu kalau suami Mbak itu gak bisa kalau gak cerita sama, Mbak. Tidak ada rahasia diantara kami." 

 

Aku menghembuskan napas berat, bagaimana menceritakan kalau Mas Prabu tadi malam dihubungi oleh Marsya. Dan entah siapa wanita itu, namun aku sangat curiga. 

 

"Mbak, apa benar ini toko online yang terkenal murah itu, VanFar Hijab?" tanya seorang pembeli. Penjaga toko yang melayani mengangguk

 

"Oh ternyata benar, senang sekali. Lihat Mas, aku bisa borong di sini," kata suara wanita muda dengan mendayu. Aku dan Mbak Farah melihat sekilas dan betapa aku terkejut tangan wanita itu, dia bergelayut manja pada suamiku, Mas Prabu. 

 

"Pilihlah sayang yang mana yang kamu mau." ucap suamiku sambil mencubit pipi wanita itu gemas. 

 

Mbak Farah sudah terlihat murka, dia ingin mendatangi suamiku dan menampar wajah nya. 

 

"Jangan, Mbak. Kita selesaikan secara baik-baik," seruku berusaha tenang walau hati bergemuruh. 

 

"Hai, mau beli yang mana, Mas dan Mbak nya," kataku dengan suara bergetar. 

 

"Vania!" Suamiku membelalak kan matanya melihatku di sana dan terkejut karena aku memergokinya bersama wanita lain. 

 

 

Bersambung. 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anggra
lahhh bego si prabu..masa dia GK tau itu toko istri ma iparnya...haha..namanya Btari oenyakit sndiri..ketauaann kaaann......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 45. Bertemu (End Session 1)

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 45.Semua nya sudah jelas sekarang. Marsya adalah dalang dari kecelakaan yang menimpa Mas Prabu. Mas Prabu sudah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukannya padaku. Begitupun Marsya yang akan menjadi tahanan dipenjara.Beberapa kali orang tua Marsya meminta keringanan agar anak mereka setidaknya janganlah dihukum dengan hukuman yang terlalu berat bahkan kalau bisa berdamai saja. Namun Bu Arum dan Mas Prabu tetap pada pendirian mereka, memenjarakan Marsya.Aku menatap luar rumahku lewat balkon kamarku. Keputusanku sudah final. Aku akan meninggalkan kota ini dan berjuang hidup disana. Aku sudah pikir kan dengan dalam agar suasana hatiku menjadi tenang.Aku dan Mbak Farah membuka cabang di kota lain, bisnis yang semula hanya iseng belaka, tak sangka menjadi sukses. Tentang S2 ku, aku akan pindah kampus.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 44. Pilihan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 44. Mas Prabu nampak tidak suka saat Auriga hadir. Aku juga heran dengan Riga, sudah kusuruh dia buat tidak menjumpai aku dulu namun dia masih saja ngeyel. "Kamu lagi ada tamu?" katanya sedikit ketus padaku. "Bapak Auriga, sudah sejauh mana hubungan anda dengan istri saya!" kata Mas Prabu dengan penekanan. "Istri, dia akan menjadi mantan istri Bapak Prabu!" kata Auriga sengit. Mereka berdua saling melihat satu dengan yang lainnya secara tajam, ada kebencian yang membuncah di hati keduanya. "Aku gak akan menceraikan Vania. Tidak akan. Aku gak sebodoh itu melepas wanita yang kucintai untuk anda." "Mencintai, sadarlah. Kamu selingkuh sama mahasiswa mu sendiri. Kecelakaan memb

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 43. Titik Terang

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 43.**"Siapa Vania?" tanya Bu Arum dengan raut wajah ingin tahu. Dia dari tadi mendengarkan aku dan pengacaraku berbicara, dia pasti sudah tahu siapa yang menghubungi namun mengapa bertanya lagi. Atau lebih tepatnya dia ingin tahu permasalahan kecelakaan yang dialami Mas Prabu."Aku ada urusan. Aku harus selesaikan," kataku memandang Bu Arum sejurus. Ketika hendak berlalu, dia dengan sigap memegang tanganku untuk menghentikan langkahku."Ada perkembangan tentang kasus Prabu?" tanya nya menatap lekat manik mataku berharap ada titik terang dalam kasus Mas Prabu."Mungkin, namun aku belum bisa pastikan. Berdoa saja, Bu," ucapku melihat nya dengan wajah datar."Vania, Ibu sebenarnya kesal sama kamu karena kamu sudah membuat Prabu kepikiran tentang nasib rumah tangga kalian. Namu

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 42. Aku Akan Berubah

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 41. Serba Dilema

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 40. Pengganggu Si Sakit

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 39. Dia Harus Ingat

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 39."Apa yang terjadi dengan anak saya dokter?" tanya Bu Arum saat kami datang untuk bertanya langsung ke dokter. Rasa penasaran yang besar membuat kami bertanya lebih lanjut. Mengapa Mas Prabu tidak ingat kejadian yang sekarang dan malah ingat bahwa kami menikah hampir enam bulan.Aku teringat pernikahan kami saat itu masih dalam nuansa romantis, dimana kami masih pengantin baru dan menanti datang nya anak. Di bulan ke tujuh aku hamil setelah menanti beberapa bulan."Kondisi pasien masih terus dipantau namun sejauh keluhan yang kalian sampaikan kami akan cek lebih lanjut melalui CT Scan. Sepertinya dia menderita psikogenik," jawab Dokter itu."Maksud Dokter bagaimana?" tanya Bu Arum dengan bingung wanita itu sesekali menghapus air matanya."Amnesia karena gangguan psikologis yang di

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 38. Berusaha Untukmu

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 38.PoV VaniaEntah mengapa aku merasa curiga pada Marsya. Dia seakan menyembunyikan sesuatu dari aku. Bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi kalau dia menyimpan sesuatu. Namun aku tak terlalu dalam untuk mengusik itu karena kondisi ku masih kurang baik ditambah kehamilan yang membuatku semakin susah ini."Mbak Vania, kondisi Mas Prabu menunjukkan aktivitas." Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Hari ini aku sedang repot di toko, ku paksakan bekerja walau aku sedang pusing. Aku harus mandiri dalam mencari uang karena aku juga akan menjadi single parents."Maksudmu?" Ku kirim pesan lagi pada Sila."Dia sedang berjuang buat sadar. Mas Prabu sangat membutuhkan Mbak, Vania. Datanglah bila sempat kesini, Sila mohon." Dia mengirimi ku lagi pesan. Lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 37. Butuh Pertolongan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 37.PoV Vania."Vania, kamu mikirin apa?" Auriga bertanya saat aku sedang melamun. Entah mengapa aku merasa sedikit pusing namun aku sudah mengambil tanggung jawab sebagai mahasiswa serta juga dosen yang mengajar sehingga aku tak bisa tidur-tiduran. Padahal kondisi badan sedang tidak enak sama sekali. Ditambah rasa mual yang mendera dan aku juga pusing."Tidak ada, Riga. Hanya entah mengapa aku merasa tidak nyaman," ucapku padanya, dia mengernyit. Seakan memikirkan sesuatu."Nia, Hmmm. Bagaimana tentang perceraian mu di pengadilan agama. Apakah sudah ada titik terang?" Dia bertanya, aku tahu maksud Auriga, dia ingin aku segera lepas dari belenggu Mas Prabu. Aku pun sama namun aku harus sabar untuk menghadapi proses itu karena Mas Prabu sengaja mengulur-ulur waktu."Aku ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status