Share

MILIARDER TAMPAN ITU SUAMIKU
MILIARDER TAMPAN ITU SUAMIKU
Penulis: Ms. Bloomwood

Wawancara

Abigail melihat bayangannya sekali lagi di cermin, memastikan penampilannya cukup sempurna. Dengan sedikit kesal, dia mengoreksi eyelinernya yang terlihat tidak seimbang dan setelah beberapa kali revisi, dia akhirnya mendapatkan bentuk yang dia inginkan.

"Sempurna ..." gumamnya, berbicara dengan seorang teman di dalam kepalanya. Dia menamai temannya Bee karena temannya itu selalu berdengung di telinganya, mendorongnya untuk melakukan apa yang harus dia lakukan.

"Oke Bee, harinya telah tiba, kita harus berhasil! Jangan menyela wawancaraku, oke?" dia bergumam pada bayangannya di cermin.

Dengan dagu terangkat tinggi, Abigail melangkah keluar dari apartemen studionya di New York City. Dia tidak repot-repot mengejar Cab atau Subway karena gedung yang akan dia tuju hanya beberapa blok dari apartemennya.

"Hei! Kau terlihat rapi! Mau kemana?" teriak Calvin, ​​seorang pemilik kedai kopi yang dia kenal beberapa bulan terakhir. Abigail tersenyum lebar, "Aku akan melakukan wawancara hari ini! Doakan agar aku beruntung!" ujarnya sambil melambaikan tangannya ke arah Calvin Collins yang sedang memasang banner di depan Coffee Shop miliknya.

"Kau cukup membual saja, aku yakin mereka akan menerimamu!" Calvin tersenyum lebar, tangannya menunjuk ke tulisan 'Kopi Gratis Untuk Anda' yang tercetak di standing banner di depannya. "Datanglah kesini setelah kamu selesai!" tambahnya sebelum menghilang di balik pintu.

"Okay!" Abigail melambai sekali lagi lalu melanjutkan menyusuri trotoar yang sudah dipenuhi pejalan kaki. Dia melihat sekeliling blok tempat dia tinggal selama tiga bulan terakhir.Tempat dimana dia mengatur misi balas dendam yang telah dia rencanakan selama lima belas tahun terakhir. Dari jarak enam ratus kaki, dia bisa melihat gedung pencakar langit berdiri dengan bangga. tulisan Z-inc terukir di atasnya, huruf-huruf itu terbuat dari platinum murni yang berkilau indah dan elegan. Ya, itu adalah gedung yang ia tuju...

Sesampainya di depan gedung, Abigail mengganti kanvas slip-onnya dengan stiletto Valentino 3,9 inci berwarna merah muda pucat yang sangat serasi dengan jas yang dikenakannya. Setelah mengatur napas, dia melangkah ke dalam gedung, bergabung dengan para pekerja yang berjalan dengan langkah lebar, bergegas seolah berpacu dengan waktu.

Dia melirik arlojinya, dua menit sebelum rencana pertama. Dia membuka satu kancing kemejanya, membiarkan bra renda hitamnya sedikit mencuat. Setelah itu dia berdiri di belakang pilar, menunggu waktunya tiba.

Tidak ada yang memperhatikan keberadaannya karena sibuk dengan ponselnya masing-masing. Akhirnya dari gerbang masuk, dia bisa melihat mobil Roll Royce Panthom hitam mengilap melaju menuju lobi utama. Dia menghela napas berat, 'Go Aby! Go! Waktunya pertunjukan!" teriak Bee dari dalam kepalanya.

Tepat saat pintu Roll Royce terbuka dan seorang pria bersetelan biru tua muncul, Abigail membenturkan tubuhnya hingga dokumen yang dibawanya jatuh dan berserakan di lantai.

"Sial!" umpat pria itu kaget membuat semua bodyguard berpakaian serba hitam berdiri di sekelilingnya, melindunginya dari ancaman.

"Maaf! Maaf, aku sedang terburu-buru sehingga aku tidak melihat sekitar," ujar Abigail parau sambil berjongkok untuk mengambil dokumennya. Ia dengan sengaja membuat pria itu menatap bra renda hitamnya yang telah ia persiapkan khusus untuk hari itu.

Tidak mendengar apa pun dari pria itu, Abigail mendongak. Dan semua terjadi begitu saja, dia tidak sengaja mencium bibir pria itu karena ternyata pria itu sedang membungkuk mengamati wajahnya.

"Whoa! Ciuman pertamaku hari ini! Kau tahu apa? Kau adalah gadis yang beruntung! Lain kali hati-hati atau kau harus membayar harganya!" kicau pria itu dengan senyum menawan. Dia sekali lagi menatap bra Abigail sebelum akhirnya melangkah masuk dan meninggalkannya.

Abigail buru-buru mengancingkan kembali kemejanya setelah pria itu menghilang dari balik pintu kaca. Pria itu adalah Noah Zimmerman, 33 tahun. CEO Z-Inc yang merupakan perusahaan raksasa yang bergerak di bidang teknologi. Dia adalah sasaran empuk yang telah dia incar sejak lama.

"Selamat pagi, lantai berapa?" tanya resepsionis secara profesional. "76th, saya ada janji dengan Martha Hart dalam lima belas menit," kata Abigail, tangannya terulur untuk menunjukkan email yang diterimanya dari Z-Inc.

Resepsionis itu sibuk mengetik di komputernya, lalu beberapa saat kemudian dia menyerahkan kartu akses kepada Abigail.

"Lift nomor 4," katanya sambil menguap mengantuk. "Terima kasih!" kata Abigail dengan riang, dia mengalungkan lanyard yang diukir dengan Z-Inc Visitor di lehernya dan kemudian berjalan dengan langkah tegas menuju lift nomor 4.

Beberapa menit kemudian dia sudah berada di ruang tunggu wawancara bersama lima orang lainnya yang menjadi rivalnya. Tidak ada yang mempersiapkan wawancara sebaik Abigail, dia lebih dari siap. Dia tidak peduli apapun yang terjadi ia harus diterima hari itu atau kesempatannya untuk balas dendam akan hilang begitu saja.

"Abigail Scott!" teriak seseorang dari seberang ruangan. dia segera berdiri dan berjalan dengan percaya diri menuju pintu.

“Hai, saya Martha Hart, direktur SDM di kantor ini,” Seorang wanita paruh baya dengan rambut disanggul rapi mengulurkan tangannya ke arahnya.

"Abigail Scott, terima kasih atas undangannya," jawabnya sambil menjabat tangan Martha dengan erat.

"Hmmm bagaimana lagi, Anda lulus tiga tahap ujian yang kami berikan, kami tidak memiliki alasan untuk tidak memasukkan Anda ke dalam daftar undangan wawancara. Silakan duduk Miss Scott," Martha menjatuhkan diri di kursi dan segera fokus pada berkas di tangannya.

"Terima kasih," Abigail duduk di kursi dengan punggung tegak, dia tidak akan membiarkan Martha Hart melihat sedikitpun kekurangannya.

"Jadi Anda lulus dari Sekolah Bisnis Harvard?" Martha bergumam, menganggukkan kepalanya.

"Ya, Bu," kata Abigail, berusaha tidak terdengar sombong.

"Mengapa? Mengapa Anda ingin menjadi sekretaris Noah Zimmerman daripada memulai bisnis Anda sendiri?" tanya Martha, menatap mata Abigail.

Abigail tersenyum kecil, "Saya ingin belajar dari yang terbaik!" katanya dengan percaya diri.

Martha Hart menyeringai, menutup file di tangannya.

“Kalau begitu Anda dapat langsung melakukan wawancara dengan user tersebut,” ucapnya santai.

"Maaf, bagaimana maksud Anda, Bu? User? Maksud Anda Mr. Zimmerman? Apakah saya akan langsung bertemu dengan Mr. Zimmerman?" kata Abigail tak percaya.

"Tentu saja! Ikutlah denganku sekarang!" Martha bangkit dari kursinya dan berjalan cepat dengan stiletto hitamnya menuju pintu, di belakangnya Abigail mengikuti dengan seringai kemenangan di wajahnya. Dia sudah selangkah lebih dekat ke tujuannya.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status