Suara tabrakan yang keras, membuat Angga menoleh ke belakang secara spontanitas. Seketika dia terkejut melihat perempuan yang sedari tadi mengejarnya itu sudah tertabrak mobil. Kepala Nira mengeluarkan darah yang sangat banyak akibat terantuk trotoar jalan. Badan perempuan itu tidak bergerak membuat Angga panik."Astaga! Nira!"Mata lelaki itu melihat mobil yang sudah menabrak Nira mulai menjauh, dia dengan cepat mengetuk pintu kaca mobil itu agar bertanggung jawab dan membantu dirinya untuk membawa Nira ke rumah sakit."Woi! Buka! Buka kacanya! Cepat turun!"Akan tetapi, hasilnya nihil. Mobil itu tidak berhenti dan malah melaju dengan kencang. Hal itu mampu membuat Angga terjatuh karena mobil yang tiba-tiba mengebut. "ARGHHH!" Angga mengacak rambutnya frustrasi. Dia berdiri dan berjalan ke arah Nira yang sudah tergeletak tak berdaya dengan menjerit-jerit tak karuan."NIRA! BANGUN, NIRA!" pekik Angga.Bahkan lelaki itu tak peduli dengan dirinya yang sudah berantakan dan dikelilingi o
"Eh, eh? Ini beneran ada tikus?""Emang tikusnya datang dari mana?""Eh, jijik banget.""Kok bisa, sih?"Semua orang semakin heboh. Padahal, warung Angga terlihat ramai dengan kunjungan orang yang membeludak setiap harinya.Angga bahkan sangat bersyukur karena orang-orang semakin percaya dengan makanan yang ia sajikan. Namun, insiden ini benar-benar membawa mimpi buruk Angga kembali padanya.Dia hanya bisa terpaku di pojokan sambil melihat orang-orang yang saat itu terus saja berteriak ketakutan, karena melihat hewan kecil yang berekor panjang itu.Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa hal sedemikian rupa akan terjadi tepat di depan mata mereka."A- apa? Tikus?" Suara Angga seketika menggeletar.Padahal, beberapa saat yang lalu mereka makan sangat asyik dan lahap, tapi karena salah seorang membuang tikus tepat di depan mata mereka, mereka yang sedang menikmati makanan pun segera memuntahkan sajian tersebut dengan jijik."Woeekkk! Woeekkk! Aku udah nggak mau makan lagi di sini. Ugh!
Pria yang memekik karena kepalanya sakit itu kemudian menoleh ke belakang, akan tetapi dia sama sekali tak bisa menemukan siapapun, karena Angga yang menjadi pelaku utama itu sudah bersembunyi terlebih dahulu dan melarikan diri dari sana akibat takut amukannya."Eh, gila aja. Siapa yang udah berani ke kepala orang? Dasar!"Setelah merasa lebih aman, Angga langsung berjalan ke arah lain untuk menghindari pria tersebut dan melarikan diri."Huh, Untung aja deh sama sekali nggak ngelihat aku. Kalau lihat, bisa abis aku!"Angga pun memilih untuk pulang saja saat itu dan menutup hari yang buruk itu dengan rebahan di rumah.***Tiga hari kemudian, Angga memutuskan untuk mencoba berjualan lagi. Dia percaya bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, makanya dia sama sekali tidak pernah khawatir tentang kata-kata dan juga upaya orang lain untuk menjatuhkan dirinya."Semoga hari ini nggak ada kejadian yang aneh lagi," pinta Angga, berharap dia tidak akan bertemu dengan masalah hari itu.
"Kamu penjualan bakso tikus yang ada di seberang, kan?""A-apa?"Angga sangat terkejut saat mendengarkan tuduhan si ibu pemilik kontrakan. Padahal, bukan dia yang melakukannya, akan tetapi fitnah yang ditujukan padanya terus saja bertambah.Pemilik kontrakan itu sebenarnya tidak tahu apapun. Namun, karena rumah Angga cukup dekat dari tempatnya berjualan bakso, maka rumor itu pun sampai ke telinganya."Pokoknya kamu cepetan pergi dari sini, yah! Saya nggak mau nanti jadi bulan-bulanan warga karena kamu tinggal di kontrakan saya," sambung si ibu, masih dengan wajah yang penuh dengan emosi dan menatap jijik pada Angga yang berada tepat di tempatnya.Angga yang sama sekali tidak bersalah itu kemudian mulai membuat alasan. "Bu, sebenarnya semua itu cuma fitnah. Saya juga nggak tahu kenapa tikus itu bisa ada di dalam bakso. Tapi bahkan saya berani bersumpah kalau bakso itu sama sekali nggak saya buat pakai daging tikus."Angga membela diri dengan lantang. Tapi, akankah ibu itu percaya denga
Angga benar-benar terpukul dengan kejadian ini. Padahal, uangnya hanya tersisa itu. Sudah tidak memiliki harta yang lainnya lagi. "Di mana? Ayolah!" ucapnya lagi, penuh harap.Pria itu masih terus berharap sambil membongkar pakaiannya. Tak terasa, beberapa waktu sudah berlalu Angga membongkar-bongkar pakaian, akan tetapi dia sama sekali tak bisa menemukan di manakah dompetnya berada.Angga yang sangat frustasi itu kemudian menumbuk tembok. "Argh! Di mana? Apa benar udah dicuri?" Angga bahkan sampai menangis karena dia sama sekali tak bisa menemukan uangnya lagi.Dirinya yang kalut, mulai membongkar semua tas yang berisikan pakaian. Hingga, tak ada satupun tas lagi yang tersisa yang masih kosong."Aaaaaaaa!" teriak Angga, dengan penuh rasa penyesalan. Angga menjambak rambutnya sendiri. Hingga beberapa saat kemudian, tangisan Angga pun harus berhenti beserta jeritannya karena pintu kost-an itu diketuk orang."Siapa lagi?" Angga terlihat sedikit kesal karena ada saja orang yang datang di
Angga terlihat mengambil ancang-ancang untuk melompat. ia sudah memperkirakan dan tak peduli lagi dengan rasa sakit jika saja dia melompat dari atas ke bawah, dia telah memantapkan hatinya."Ya Allah, aku minta maaf. Tapi ujian ini terlalu berat buat aku," ucapnya, sudah berada di atas jembatan dan bersiap untuk terjun bebas.Sementara itu pada saat yang sama, ada seorang wanita yang tak sengaja melewati jembatan itu dan melihat apa yang sedang dilakukan oleh Angga.Wanita itu pun menatap tajam dan pada Angga, hingga akhirnya dia menyadari apa yang ingin dilakukan oleh lelaki itu."Eh, eh! Mas!" Wanita itu pada akhirnya berteriak dan langsung menarik turun Angga. Tanpa pikir panjang, Angga yang ditarik turun begitu saja sontak langsung berteriak sambil meronta-ronta dan menangis."Harusnya kamu biarin aja aku mati. Kenapa harus ditahan, sih?"Angga membawa dirinya lagi ke atas jembatan. Pada saat yang sama wanita itu pun menahan Angga bersikeras, meski pada akhirnya pria itu terdorong
Angga kaget tak tertolong. Cengkraman yang pada awalnya ada di bagian lengan pria tersebut, kini telah berpindah pada kerah bajunya.Angga berteriak dengan wajah yang seram. "Kenapa bisa? Kenapa kamu lakuin hal itu sama aku? Kamu tau, berapa banyak kerugian yang udah aku alami? Berapa banyak waktu yang udah terbuang? Dan berapa banyak penderitaan yang udah terjadi sama aku. Kamu tau, nggak?"Angga histeris. Dia memang sudah menduga hal tersebut. Karena tak mungkin secara tiba-tiba, ada tikus di baksonya. Namun, saat mendengar langsung pengakuan dari orang yang sudah melakukan hal itu, Angga malah lebih tak menyangka."Kok ada, manusia yang iri sampe rela hancurin hidup orang kayak gini?" tanya Angga, masih dengan perasaan yang tak percaya.Orang itu sudah kehilangan muka. Wajahnya yang terus tertunduk tanpa bisa diangkat lagi itu, merupakan buktinya.Pria itu pun kembali meminta maaf pada Angga dan mulai menceritakan apa saja yang terjadi padanya sehingga ia bisa melakukan hal yang se
Pasangan suami istri itu pun panik setengah mati. Mereka terdorong ke belakang sehingga para warga itu bisa menghancurkan setiap dagangan yang mereka miliki.Entah itu mangkok ataupun dagangan bakso yang masih tersisa di dalam panci, para warga menghancurkan semuanya tanpa bersisa.Itu adalah hal yang juga dirasakan oleh Angga, dan semua itu sudah terjadi padanya terlebih dahulu.Angga hanya memperhatikan dari kejauhan bagaimana hancurnya dagangan bakso si pasangan suami istri itu. Tanpa melakukan apapun, pria itu sudah tak mau lagi ikut campur dengan semua hal yang menyangkut si pasangan suami istri itu."Maafkan kami! Maaf!" Pasangan suami istri itu pun meminta maaf pada warga yang masih marah pada mereka. Alih-alih mendapatkan jawaban dari apa yang mereka ucapkan, malah warga semakin marah dengan apa yang sudah mereka dengar."Gara-gara kalian berdua kami udah ngelakuin hal yang buruk sama orang yang gak bersalah. Dasar!"Amukan warga semakin lama semakin buruk. Angga yang saat itu