/ Rumah Tangga / MISTERI RANJANG SUAMIKU / PEREMPUAN BERDASTER

공유

PEREMPUAN BERDASTER

작가: HANDA
last update 최신 업데이트: 2024-02-29 11:26:29

Muka Inara pias seketika, jelas kaget sejak menerima kebenaran. Tawa renyah menyambut. Kalau Ruby tak punya pasangan, maka hanya ada satu anak yang tersisa, yaitu Angga. Namun, Angga sendiri sudah mempunyai istri. Apa mungkin mertuanya mau menikahkan Angga dengan perempuan lain? Rasanya betul-betul lucu membayangkan, jika kejadian itu nyata adanya. Saat ini Inara tentu tak percaya. Sudahlah. Mungkin kemarin Bu Dila cuma bergurau atau sedang gabut dan mencari pelampiasan.

"Abi. Umi pergi sendiri saja, ya. Rupanya Aina juga nggak bisa." Inara melapor saat menemui suaminya sedang mengambil baju di lemari.

"Hah, emang berani?" Raut khawatir terlukis.

"Beranilah. Umi kan wonder woman." Inara mengangkat kedua lengan, mempertontonkan otot-ototnya.

"Hahaha. Umi bisa saja. Ya, sudah. Hati-hati ya, Sayang. Ini Abi juga lagi siap-siap mau pergi."

"Iya, Bi." Inara mengambil pakaian dari sumber yang sama.

"Ngomong-ngomong, Umi pulang jam berapa?" 

"Kemungkinan jam lima sore, Abi." Inara menurunkan satu stel gamis beserta kerudungnya sekaligus.

"Sebelum jam itu, Umi nggak akan pulang, kan?"

"Kenapa emangnya, Bi?" Dahi Inara berlipat.

"Ya, maksudnya biar kunci rumah dikasih ke Ibu aja." Angga tampak menggaruk hidung.

"Oh, iya. Abi titipin aja kunci sama Ibu."

Inara berganti pakaian di hadapan suaminya. Biasanya Angga akan mengacau dengan mendekap Inara sampai keduanya berujung ranjang, atau kalau sedang sangat sibuk dia hanya mengganggu lewat kata-kata nakal. Namun, kali ini tidak. Angga justru terlihat fokus mengetik sesuatu di ponsel. Inggit taksir dia sedang menghubungi rekannya yang hendak dijenguk itu.

Inara pergi mengendarai motor seorang diri. Saat lampu merah menghadang jalannya, ia terhenyak melihat seorang anak kecil berjualan koran di bibir jalan raya. Mukanya kusam, pakaiannya kucel. Kulit anak itu gosong bagaikan arang, karena setiap hari mandi sinar mentari.

Hanya satu kata yang saat ini menggerayapi hati Inara. Iba. Dia tak sampai hati melihat bocah perempuan berambut gimbal itu mengedarkan koran dengan susah payah. 

Perempuan dewasa tersebut bermaksud untuk membeli seluruh koran yang bertengger di tangan mungil si bocah. Namun saat mengeledah isi sling bag, Inara tak menemukan apapun selain ponsel saja.

"Astagfirullah. Dompetku ketinggalan," katanya menepuk jidat.

Ia meminta maaf di dalam hati dan berjanji akan membeli koran si adik malang di lain waktu. Inara menepikan kendaraan, setelah sukses melewati lampu lalu lintas tersebut. Dia menelepon Angga supaya dompetnya dikirim melalui g*send saja. Namun, sepuluh panggilan tak terjawab berhasil membuat Inara memutuskan untuk balik ke rumah. Mungkin suaminya sudah pergi dan saat ini sedang menyetir.

Keterkejutan menyambut. Pintu rumah ternganga lebar, bahkan mobil masih terparkir di tempat yang sama. Inara yang heran kenapa Angga belum pergi, tetapi tak mengangkat teleponnya langsung nyelonong ke dalam rumah. 

Lokasi yang pertama Inara tuju adalah kamar. Debusan air dari kamar mandi menembus telinga. Inara mendapati baju yang tadi Angga ambil dari lemari terhempas berserakan di lantai. 

Sepasang alis Inara terangkat, dadanya naik turun. Ia melipat kening di saat sesuatu bewarna putih kembali teronggok di lokasi yang sama.

"Astagfirullah. Ini lagi?" Inara mengusap ranjangnya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa benda itu kerap hadir di saat Inara sedang tak di rumah? Tak usahlah berkilah. Inara tahu betul apa yang saat ini didekatkan ke hidungnya. 

Sungguh, Inara ingin menyerang suaminya dengan beribu pertanyaan, hingga pria itu jujur. Tak peduli kalau Angga sedang mandi di dalam. Inara mengetuk pintunya.

Tap!

Inara dan suami bersitatap.

Laki-laki yang mengenakan setengah handuk dan berambut basah itu terlonjak di tempat. Nyaris menutup pintu toilet, tetapi tak jadi. Ia keluar dengan bibir gemetaran.

"U- Umi, kenapa b- bisa ada di- s- sini?" Angga terbata-bata.

Pria itu seperti sedang ketakutan. Membuat Inara kian curiga saja. Padahal Inara belum bertanya suatu apapun.

"Dompet Umi ketinggalan, makanya balik ke rumah. Tadi Umi sudah telepon Abi, tetapi nggak diangkat-angkat."

"Umi baru sampai atau sudah dari tadi?"

"Baru aja, Bi."

"Harusnya Umi telepon sama Abi angkat, dong!" Angga memandang lawan bicaranya sinis.

"Ya, gimana? Umi bakalan jadi ikan asin, karena terjemur matahari perkara nunggu Abi jawab telepon. Umi nggak maulah, Bi. Lagian, Umi pikir Abi udah pergi tadi."

Netra Angga sibuk menyapu seantero kamar. Mulai dari pertemuan awal hingga sekarang, ia kelihatan tidak tenang. Angga gelisah, risih dan seolah tidak suka dengan kehadiran Inara yang secara tiba-tiba itu. 

"Umi mau tanya. Abi habis ngapain pasca Umi tinggal beberapa menit? Kenapa kasur itu basah lagi?" Inara tak dapat menahan mulut untuk tidak bertanya.

Angga dengan gugup mengalihkan pandangan ke arah yang dimaksudkan Inara. Terlihat ia menelan liur. Lalu, kembali menatap Inara dengan cemas.

"Sekarang jujur sama Umi! Apa yang Abi lakuin sebenarnya?"

Hening. Angga membisu, menjelma patung. Niat hati Inara yang pulang hanya untuk mengambil dompet pun mendadak teralihkan dengan kejanggalan ini. 

"Kenapa diam, Bi? Jawab, dong!"

"Anu- itu..."

Desakan sang istri semakin membuat Angga kalang kabut. Mukanya gusar. Ia menjambak rambut tanda frustasi.

"Abi ****I sendirian?" tembak Inara sesuai kecurigaannya.

"Eh, iya, Mi."

"Bener begitu?"

"Heheh. Iya." Seperti senyum yang sengaja ditahan.

"Ya, Allah, Bi. Abi kayak laki-laki yang nggak punya istri aja. Kenapa harus memprosesnya sendirian? Kan, ada Umi tempat Abi mencurahkan kasih sayang." Inggit menggeleng seraya berkacak pinggang. 

"Ya, gimana? Umi sibuk banget. Abi kepengen, tapi sungkan mau mengganggu."

"Jadi, Abi nggak angkat telepon Umi karena..."

"I- iya, Mi. Maaf." Kepalanya menunduk.

"Lain kali nggak usah begitu, Abi. Ngomong saja, kalau mau. Urusan Umi juga nggak urgent banget dan bisa ditunda barang 1 sampai 2 jam. Ingat, Bi! Tugas seorang istri itu melayani suaminya. Abi sebagai suami juga jangan menganggap Umi ini tidak ada, sampai-sampai melakukannya sendirian."

"Abi nggak bakal lakuin lagi ya, Mi." Angga menampilkan wajah-wajah penyesalan.

"Sampai bajunya terbang ke sana-sini." Inara menggerakkan mata ke arah lantai.

"Namanya juga lagi menggebu-gebu, Mi." 

"Huh, Abi, Abi! Ya, sudahlah, Umi mau pergi lagi ya, Bi!"

"Oh, iya-iya. Abi juga mau siap-siap buat jenguk temen, nih."

Inara dapat bernapas lega. Sempat berpikir, kalau suaminya sengaja mencari wanita panggilan di kala rumah sepi dan mengambil kesempatan atas itu. Rupanya Inara salah. Ia terlampau su'udzon dengan suami sendiri. Sedetik kemudian dia jadi merasa bersalah.

Kakinya melangkah menuju pintu utama. Inara yang tadinya sudah damai, malah kembali digenjot batin oleh kehadiran seorang perempuan berdaster dan rambut cepol yang meneriaki nama Angga. Sejeda berikutnya Inara membeku. Biji matanya serasa ingin lepas.

Siapakah sosok tersebut?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • MISTERI RANJANG SUAMIKU    SELESAI

    Pagi ini Angga tidak jadi membuat bakso kuah terbaru karena buku resepnya hilang. Namun, dia masih terus berusaha mencari, kali saja dia salah letak atau entah bagaimana, yang jelas dia masih berharap supaya buku itu lekas ketemu.Berbeda dari kemarin, hari ini bahkan sampai Angga sudah duduk stay di warung depan rumahnya, Ayu tak kunjung datang. Sayangnya Angga tidak mempunyai kontak wanita tersebut. Jadi, dia tak bisa menghubungi."Ke mana Ayu? Tumben lama nggak seperti kemarin," batinnya.Dia pun membereskan warung seorang diri. Mulai dari menata bahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat bakso serta mengilap mangkuk-mangkuk supaya lebih kinclong.Anehnya, hingga siang menjelang, Ayu tak kunjung menampakkan batang hidung. Angga sampai berpikir kalau perempuan itu sedang sakit sehingga dia tidak bisa untuk bekerja di hari itu. Angga memaklumi. Dia berjanji akan meminta kontak Ayu setelah perempuan itu masuk nantinya. ***Sayangnya, Apa yang Anda pikirkan tidak sejalan dengan kenya

  • MISTERI RANJANG SUAMIKU    BISIKAN DARI RINA

    "Tahu apa, Rin?" Angga membidik wajah lawan bicaranya yang tampak serius.Rina mendekatkan tubuhnya sampai memangkas jarak antar mereka. Angga yang risih sedikit mundur, tetapi Rina malah menariknya. Telinga Angga didekatkan pada bibir Rina."Ternyata orang tuanya Ayu juga sama-sama pedagang bakso kayak kamu, Mas," bisiknya perlahan-lahan.Leher Angga sampai memendek, karena kepalanya tersentak. Dia menjauhi Rina dengan mata yang terbelah lebar."Ah, yang bener kamu? Tadi aja dia bilang, kalau ibu bapaknya seorang petani dan memiliki kebun di desa.""Beneran Mas, aku nggak bohong. Makanya dari awal aku udah curiga sama si Ayu. Kayaknya dia menginginkan sesuatu dari kamu, deh."Saat obrolan mereka belum selesai dan Rina belum menjelaskan lebih lanjut, tiba-tiba saja orang yang diceritakan datang dan langsung mendorong Rina, hingga dia mundur agak jauhan.BRUGH!"Apa maksud kamu, Rin? Kenapa kamu malah ngomong kayak begitu sama Mas Angga? Tahu apa kamu tentang orang tuaku? Orang tuaku u

  • MISTERI RANJANG SUAMIKU    HATI-HATI SAMA DIA, MAS!

    Panas siang hari ini sepertinya berhasil turun dan mendekam di hati Rina. Perkataan Ayu bagai petir di siang bolong yang menyambar sekujur raganya tanpa ampun.Ayu berucap sedemikian rupa dengan entengnya sambil tersenyum lebar. Sementara Angga di sebelahnya hanya terdiam."A- apa? K- kerja d- di sini?" Rina mengulang ucapan wanita di depannya tersebut."Apa kurang jelas lagi? Mulai besok aku bakal kerja di warung ini. Mas Angga juga udah izinin, kok."Tidak tahu kenapa Rina seakan terganggu oleh Ayu sejak pertemuan mereka kemarin. Dan, saat mengetahui kebenaran ini, perasaannya semakin tak menentu. Ekspresi Rina langsung berubah kecut. Dia memandang Angga dengan penuh beban."Sini, Mas!"Rina cepat-cepat menarik tangan Angga ke sudut warung, agak jauh dari keramaian dan Ayu. Dia akan membuat perhitungan kepada pria tersebut."Kamu kenapa, sih? Kenapa kamu mengizinkan Ayu bekerja di sini, Mas?" tanyanya, suara penuh kekhawatiran.Sementara itu Rina sempat melirik Ayu yang melipat kedu

  • MISTERI RANJANG SUAMIKU    PERMINTAAN AYU

    Hujan mengguyur kota dengan lebatnya pada malam itu. Lampu-lampu padam satu per satu, menyisakan gelap yang pekat menutupi sudut-sudut kota. Di rumah Angga, seorang pedagang bakso, situasi tidak berbeda. Hanya suara gemericik hujan dan sesekali kilat yang menyinari jendela yang menjadi sumber cahaya.Ketukan di pintu depan membuat ia semakin was-was saja. Angga, yang sudah bersiap tidur, terkejut dan bingung. Siapa yang mungkin datang di tengah malam dan dalam cuaca buruk seperti ini?Dengan hati-hati, ia mendekati pintu, membuka kuncinya pelan-pelan. Angga sudah bersiap, jika yang ada di depan pintunya tersebut adalah orang jahat, maupun makhluk tak kasat mata.Pintu pun akhirnya terbuka dan cahaya senter menyilaukan matanya sejenak.Tring!"Mas Angga, maaf mengganggu!"Degh!Suara lembut itu terdengar. Ketika mata Angga menyesuaikan dengan cahaya."Aman," pikirnya lega. Ia membuka matanya selebar mungkin.Terlihatlah Rina, guru SD yang dikenalnya, berdiri basah kuyup sambil membawa

  • MISTERI RANJANG SUAMIKU    MEMEREBUTKAN ANGGA

    Angga selaku pemilik warung bakso yang ramah dan populer di kalangan penduduk setempat saat ini benar-benar bingung harus memilih makanan yang mana Di samping dia tidak bisa menerima semuanya karena tidak akan muat di perutnya.Sayangnya, Angga juga tidak tega menolak salah satu diantara mereka. Angga menghargai pemberian Ayu dan Rina terhadapnya. "Biar aku bukain langsung, Mas!" tutur Rina Yang Tak sabar menanti keputusan Angga. Dia langsung meletakkan rantang di atas meja dan membongkar wadah tersebut satu persatu."Ah, aku juga!" ujar Ayu yang ternyata masih tidak mau kalah.Kedua perempuan itu berlomba-lomba membuka rantang mereka masing-masing di hadapan Angga. Membuat pria satu itu semakin kewalahan. Dia sedang diperebutkan atau bagaimana?Rina, guru SD yang bertanggung jawab dan penyayang itu ternyata membawa nasi goreng homemade, sementara Ayu yang kabarnya hanya mengikut orang tua dan tidak mempunyai pekerjaan membawa salad buah segar dan tomyam. Semua makanan yang disuguhk

  • MISTERI RANJANG SUAMIKU    RINA VS AYU

    Dalam cuaca yang diselimuti oleh kegelapan, warung bakso Angga masih ramai dengan suara para pembeli yang datang dan pergi. Lampu yang tergantung rendah di warung itu menambah kehangatan suasana di malam yang sejuk ini. Angga, seorang penjual bakso yang dikenal dengan keramahan dan kejujurannya, sibuk melayani setiap pembeli dengan senyuman lebar."Mas, aku tiga bungkus, ya!""Aku satu mangkuk aja makan di sini, Mas!""Mas, saya dulu, dong! Kasihan anak di rumah sudah kelaparan."Cicitan cicitan para pembeli semakin menguar. Angga merasa senang, meski satu sisi dia kelimpungan."Iya, sabar ya semuanya."Saat sedang mengaduk bakso di dalam panci besar, tiba-tiba seorang anak kecil berlari mendekat ke warungnya. Anak itu, dengan napas yang tersengal, mengulurkan sebuah kotak kecil kepada Angga. Terkejut, Angga menurunkan sendok besar dan menerima kotak tersebut."Untuk om," kata si anak kecil dengan senyum yang manis. Jemari mungilnya terulur memanjang."Eh?"Angga menghentikan aktivita

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status