Share

BAB 2

"Hantu ya?" ucap wanita dengan lembut sekaligus tertawa kecil. "Apa memang kaki ku tidak menginjak tanah, Joko?" sambungannya dengan tersenyum kecil.

Joko dengan reflek melihat ke arah si kaki wanita dan jelas saja, kaki wanita itu memang menyentuh tanah, Joko tersenyum malu bercampur segan. "Maaf, tapi mengapa juragan putri sampai di tempat yang sunyi ini? tengah malam buta lagi!" tanya Joko dengan sedikit segan.

"Suamiku mendengkur seperti kerbau," ucap wanita dengan raut wajah mengeluh. "Aku lantas tidak bisa tidur, mana udara di dalam rumah gerahnya bukan main," ucapnya dengan nada mengeluh. dan selanjutnya ia sedikit membuka gaun tidur di bagian pundaknya.

Melihat pemandangan tersebut segera Joko menunduk dan dengan segan berkata, "Harusnya juragan putri ada yang menemani." ucapnya dengan dengan segan tanpa melihat ke arah si wanita.

Dalam jilatan sinar rembulan samar-samar tampak mata si wanita melirik nakal dari arah sudut matanya.

"Sekarang sudah!" ucapnya dengan nada manja dan sedikit nakal. " Atau kau keberatan, Joko?" sambung nya dengan nada lembut.

"Keberatan sih tidak, hanya saja ..." belum sempat Joko mengakhiri ucapan nya si wanita seraya berkata. "Bahkan hawa di sini pun terasa panas!" dengan gerakan lembut tali yang mengikat gaun tidur nya ia lepas, dan belahan gaun tidur bagian atas itu pun lantas terbuka bebas.

Melihat pemandangan indah itu Joko tersentak dan segera memalingkan wajah nya ke arah lain, si wanita tertawa kecil saat melihat ekspresi Joko. "Mengapa kau berpaling, Joko?" tanyanya. "apakah kau tidak suka melihat ku? atau barang kali ... tubuh ku tidak sehebat dengan Julaiha?" ucapnya dengan tersenyum tipis.

Joko terkejut, dan sontak saja ia melihat ke arah si wanita. Joko menelan Saliva saat ia melihat ke arah si wanita dan diam-diam ia mengakui bahwa seumur hidupnya, baru kali ini ia melihat tubuh setengah telanjang yang begitu indah. bahkan birahi Joko sampai terlonjak dengan kuat, lalu bertanya dengan pikiran kacau dan gelisah.

"Bagaimana juragan ... bisa tahu?" ucapnya dengan nada sedikit terbata.

"Aku punya mata dan telinga bukan? malah aku juga mendengar dari sekian laki-laki simpanan Eha, kau lah yang paling ia minati!" jawabnya dengan tersenyum lembut ke arah Joko.

"Ah ..." Joko menghela nafas.

"Pasti karena kau hebat di tempat tidur ya?" ucapnya lagi dengan nada lembut namun manja.

Joko terkejut. "Eh juragan ...."

Senyum merekah nan indah terlihat di wajah sang wanita, dengan nada manja ia berkata. "Lantas aku juga ingin mencobanya, Joko!"

Joko tak hanya lagi terkejut bahkan sekarang ia gemetar. "Aduh juragan, jangan lah menggoda saya seperti itu, saya ... tidak tahan!"

"Kalau begitu, tunggu apalagi?" si wanita berbisik lembut, dan dengan lembut gaun tidur itu sudah terlepas lalu di lempar begitu saja di rerumputan.

Joko menatap terpana. "Bila semua ini ternyata sebuah mimpi ... demi setan biarlah aku tidak bangun-bangun lagi untuk selamanya!" ucapnya dalam hati.

Sang ratu mimpi mulai berjalan mendekat, kemudian merangkul dan mencumbui Joko yang masih terpana tidak percaya, namun hal itu hanya sekejap. Setelah nya Joko membalas kelakuan wanita itu bagai manusia kesurupan.

Tidak berapa lama kemudian, di belai sapuan angin musim kemarau tubuh mereka berdua sudah mencari satu sama lain untuk menyatu dalam paduan hangat dan mendebarkan. Tata karma, setatus, serta kehormatan mendadak terlupakan dan tidak lagi berlaku. Saat ini yang berkuasa adalah nafsu sepasang insan yang saling membutuhkan. Perduli setan dengan dunia sekitar di mana mereka hidup.

Angin musim kemarau yang menyapu ke arah ilalang liar yang perlahan mulai bergoyang, berlanjut naik ke batang pepohonan yang seakan terbenam semakin dalam di tanah, dedaunan rimbun yang ada di atasnya pun perlahan-lahan tampak bergoyang semakin liar. Sementara rembulan pucat kekuningan terus pula merangkak di kebiruan langit kelam. Dan saat tiba di puncaknya, sang rembulan mendadak tersentak, diam.

Pada waktu bersamaan, Joko merasakan tubuh wanita yang berada di bawahnya melengkung keras. Kuku jari wanita itu bahkan menekan kuat pada kulit punggung Joko. Untuk sejenak, Joko menikmati sensasi itu dengan gembira, sampai tiba-tiba dan di luar dugaannya, kegembiraan itu lenyap dan seketika di ganti oleh azab sengsara yang sangat luar biasa menyakitkan.

Kuku-kuku wanita itu tidak lagi hanya menekankan di permukaan kulit saja, melainkan saat ini kuku itu sudah menembus kulit punggung Joko, dan kemudian menggores serta mencabik-cabik dengan liar dan kejam.

"Aakkkk ... apa yang ..." Kata-kata Joko terputus sampai di situ saja karena kepala wanita telah naik dan dengan cepat mulut wanita itu sudah berada tepat di leher Joko, di susul dengan gigi taring yang runcing tajam menembus kulit lalu merenggut putus batang tenggorokannya.

Joko menjerit tersiksa, jeritan panjang dan sangat menyayat hati. Tubuhnya meronta-ronta namun kalah dengan tenaga si wanita yang saat ini telah melilit dan menjepit erat tubuhnya. rontaan Joko seperti gerakan mengelupur yang lemah dan semangkin melemah saja.

Di saat ajal datang menjelang, telinga Joko masih sempat menangkap bunyi sesuatu yang mengalir deras. "Aneh," pikirnya. "Bukankah aku belum sempat membuka pintu air? Lantas mengapa ..." Oh, ternyata bunyi mengalir itu berasal dari tubuhnya sendiri. Mudah saja di tebak karena pembulu darah di sekujur tubuhnya seakan tertarik oleh hisapan kuat ke satu arah. Yakni batang lehernya, yang di mana mulut wanita masih saja membenam dan menghisap tanpa ampun.

Wanita itu baru melepaskan mulutnya dari leher Joko, setelah mendengar suara seseorang memanggilnya dari bawah jalanan menurun yang sejajar dengan saluran air di tambak. Sepasang mata wanita menatap liar, lalu disertai geraman marah yang keluar dari mulutnya yang bergelimang darah merah segar.

Tubuh Joko di lepas dan di biarkan begitu saja di rerumputan, si wanita kemudian melompat-lompat dengan gerakan ganjil dan sangat cepat menuju pepohonan. setelah itu tubuhnya pun lenyap di telan kegelapan malam yang semakin menghitam.

Di tempat yang di tinggalkan, munculah seorang laki-laki yang datang dengan berlari, dengan nafas yang memburu. lelaki tersebut tampak bergidik ngeri saat menyaksikan tubuh Joko terbaring kaku menyeramkan, namun ia tidak merasa panik apalagi sampai menjerit, ia hanya tertegun beberapa saat. Sambil berbisik lirih dan gemetar.

"Ya Allah. terlambat sudah ....!" ucapnya sambil terus memandang tubuh Joko yang kaku.

Dari arah perkampungan terdengar suara riuh orang-orang, yang membuat lelaki itu tersadar dan segera melupakan perasaannya yang kacau balau. Dengan cepat ia menyambar gaun tidur yang di tinggalkan oleh pemiliknya. Setelah itu ia berlari menyelinap menuju kegelapan.

Anjing-anjing yang tadinya membungkam secara aneh kembali mendengarkan lolongan yang saling sahut-menyahuti. Lolongan lirih panjang yang menyayat tulang belulang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jingga Violletha
tegang banget tpi penasaran harus lanjut baca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status