Share

KEJUTAN YANG TIDAK MENYENANGKAN

Raline yang masih mematung, Melihat sang ayah sedang menggandeng seorang wanita yang seumuran dengan nya dan tampak mesra,membuat darahnya mendidih dan kepalanya dipenuhi pertanyaan mengenai keberadaan wanita yang pernah membuat ia kehilangan cinta pertamanya itu.

Raline tidak ingin menaikkan intonasi suaranya di depan para kolega perusahaannya,dia harus menjadi Raline yang elegan dan berwibawa.

Darmawan admotjo mendekati Raline dan berniat mencium kening dan memeluk anak gadis nya ini. Tetapi, karena Raline sudah merasakan kekecewaan, sebelum sang ayah memeluk dirinya ia langsung masuk dan mengajak beberapa kolega perusahaan untuk segera makan di meja makan.

Semangat Raline dari kemarin,buyar seketika. Nafsu makannya hilang,wajahnya tampak dingin. ditambah Ayahnya memperkenalkan wanita ini sebagai Istrinya.

Dengan sopan Raline meminta izin untuk masuk ke kamar,karena sakit kepala. walaupun secara tersirat semua Mengetahui bahwa Raline tidak menyukai situasi yang sekarang.

"Saya pamit dulu, silahkan dinikmati hidangannya. Pak Anton tolong dijamu para tamu kita dengan baik" tanpa mengacuhkan ayahnya Raline melengos  dan menaikki tangga untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

*

Sesaat masuk ke kamar ia terdiam dan mengatur emosinya di kamar yang gelap karena lampu belum menyala. situasi ini seperti Bom Atom yang jatuh tiba-tiba tepat di hati nya. Raline yang tidak pernah marah dan selalu memiliki perilaku  yang baik serta kepribadian yang menyenangkan tidak mungkin menunjukkan perubahan sikapnya hanya dalam sekejap.

Kreek..

Suara pintu terbuka.

Ayah yang sudah 3 tahun tidak ia temui,masuk ke dalam kamar dan mendekati Raline yang sedang diam termenung tanpa suara di kamar yang gelap.

Tidak lama,lampu kamar besar ini dinyalakan oleh lelaki paruh baya berumur 50 tahun ini.

"Hi,Sweety apakabar ?" sambil mengelus rambut panjang anak gadisnya ini.

Raline melengos sesaat sebelum sang ayah mencium kening nya. Raline tetap diam,dia takut emosinya meledak dan akan mengeluarkan kata-kata yang sangat tidak sopan.

"Kanaya sekarang adalah ibu mu" ucap ayahnya. sontak perkataan ayahnya membuat Emosi Raline meledak tidak terkendali. Dia mengeluarkan kata-kata yang pasti akan menyakit hati sang ayah.

"Keluar dari kamar ku" ucap nya menyudahi emosi yang sudah ia pendam.

Ayah yang tidak pernah melihat sikap Raline sekarang, mengalah dan keluar dari kamar anak gadisnya ini. Wajah masam tampak terpatri di wajah Darmawan sebelum turun tangga dan menemui kembali para kolega dan istri muda nya itu.

*

*

Pelayan sibuk di pagi hari menyiapkan sarapan untuk majikan mereka. tampak Darmawan dan Kanaya sudah berada di meja makan. Sedangkan Raline belum juga turun. Sang ayah dan ibu tirinya sengaja belum menyantap sarapan yang tampak lezat ini untuk menunggu Raline.

Tidak lama, Raline turun dengan pakaian formal yang tampak elegan berwarna biru dengan sepatu hak tingginya berwarna hitam sembari menjinjing tas dengan dengan lambang LV.

Darmawan mendekati anak gadis nya tersebut dan meraih tangannya untuk segera duduk di kursi. Raline tampak melepaskan pegangan sang ayah,dan memanggil Pak anton.

"Pak anton, Mobil sudah disiapkan?" tanya nya tegas. Langkah kakinya terdengar menuju pintu keluar tanpa melihat ayah yang sudah mengecewakkannya.

Kanaya tampak memasang wajah masam,sesaat melihat anak tirinya itu pergi begitu saja tanpa pamit.

*

Di dalam Mobil

"Pak, setelah dari kantor tolong kemasi semua barang saya yang ada dikamar, dan dipindahkan ke apartemen" ucap Raline yang sudah berada di dalam mobil.

"Baik Non" jawabnya.

Raline memendam kekecewaan nya yang sangat besar terhadap ayahnya, yang selama ini adalah satu-satunya orang yang paling ia cintai dan ia percaya. Raline tidak ingin berdebat berkepanjangan dan membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman untuk nya ataupun untuk ayahnya.

**

Kediamana Keluarga Darmawan

Pukul 11.30

"Anton, kenapa kembali lagi" tanya Darmawan yang sedang membaca koran di meja kerjanya.

"saya disuruh untuk menyiapkan kepindahan non Raline" jawab Pak Anton yang berada di depan meja kerja majikannya ini.

"Pindah?" tanya Darmawan heran.

"Non Raline akan pindah ke apartemennya, dan nanti setelah pulang dia langsung kesana tuan" jawab Anton.

Wajah darmawan tampak menahan emosi mendengar hal tersebut.

"Baiklah kau bisa keluar" ucap Darmawan yang terdengar tegas.

Sesaat setelah Asisten pribadi anaknya tersebut keluar,diambilnya Ponsel berwarna hitam tipe terbaru dan segera menyambungkan ke nomor milik Raline. sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi anak gadisnya itu,tetapi tidak dijawab sama sekali.

"Lery,siapkan mobil" ucapnya menyuruh sopir pribadinya melalui sambungan telpon.

*

Di dalam Mobil

Darmawan tampak terus berusaha menghubungi Raline,tapi tidak juga dijawab. tidak lama mobil sedang hitam A class nya ini berhenti di depan perusahaan yang sudah di pimpin oleh anaknya. Tampak Manager umum dan beberapa karyawan lainnya menyambut pemilik perusahaan ini.

"Dimana Direktur utama?" Tanya nya kepada managar umum yang sudah berada di sampingnya saat menaiki lift.

"Di ruangan Pak"jawabnya.

Langkah kaki Darmawan terdengar,  ia sudah lama tidak menginjakkan kaki di ruanganya. Terlihat pimpinan tertinggi perusahaan ini tampak tegas dan berwibawa,beberapa karyawan yang berpapasan dengan nya menyambut dengan hormat.

Ruangan di lantai 30..

Tempat dimana pimpinan dari perusahaan ini berada. Raline tampak sibuk mengutak atik laptop putih miliknya.

Tiba-tiba pintu yang tadi tertutup terbuka begitu saja. Sang ayah yang ia acuhkan sejak kemarin tampak sudah berdiri di depan pintu. Wajah ayah yang selama perjalan tampak masam,berubah tersenyum saat melihat anak gadisnya itu bekerja dengan serius.

"Kenapa telpon dari Ayah tidak diangkat" tanya Darmawan yang sudah duduk di sofa

"Sibuk" jawab Raline tanpa melihat kearah ayahnya.

Seketika sang ayah mendekati Raline yang dengan acuh menjawab pertanyaannya.

"Bagaimana dengan proyek baru?" tanya Ayah untuk mengalihkan pembicaraan yang akan menyulut emosinya ataupun anak gadisnya ini.

"Berjalan lancar,dan akan dimulai di semester depan" jawab Raline.

Dan benar saja Raline akan tetap bersikap Professional terlepas dari masalah pribadi Mereka.

"Kenapa mau pindah?" Tanya ayah yang mencoba bertanya pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

"Dekat Kantor" jawab Raline singkat. 

Emosi Raline tersulut saat Ayahnya melarang dirinya untuk keluar dari rumah.

"Aku apa istri kesayanganmu yang keluar" celetuk Raline menaikkan suaranya.

Plakk..

Suara tamparan terdengar sesaat Darmawan melepaskan tamparan ke pipi anak kesayangannya ini.

Raline memegangi pipi nya,sedangkan Darmawan tampak menyesal dengan perbuatannya karena emosi sesaat.

"Saya harus bekerja,harap anda keluar " ucap Raline terdengar menahan emosi.

Jarinya kembali mengutak atik laptop putihnya. sang ayah masih tampak berdiri di meja kerjanya hanya terdiam melihat perubahan sikap sang putri yang terkenal sangat berbakti kepadanya menjadi seorang wanita yang keras kepala.

*

*

Gedung Utama DM Company and Coorporation

Tatapan kosong Raline memandangi hiruk pikuk ibukota dari ruang kerjanya yang berada di lantai 30 ini. Seperti banyak pikiran yang bergelayut di kepalanya. ia mengingat betapa kecewanya sesaat melihat ayah yang paling ia cintai menggandeng teman sekolahnya sendiri dan wanita itu juga adalah wanita paling Tristan sukai dulu.

Suara Ponsel berbunyi

"Non semua sudah disiapkan di Apartemen" ucap Pak anton.

"Baiklah saya segera turun" jawab Raline.

Raline yang baru keluar dari lift disambut oleh Pak Anton dan sekretaris barunya Anita. Tas jinjing mewahnya  sudah berpindah tangan ke tangan Anita.

Langkahnya terdengar dari sepatu hak tingginya. 

***

THE ROYAL APARTMENT

Apartemen yang berada di kawasan elite ini terkenal dengan harga nya yang luar biasa mahal. Raline memiliki beberapa unit disini akan menempati unit yang berada di lantai 25. Unit yang tidak terlalu mewah untuk ukuran seorang Raline yang adalah seorang pimpinan perusahaan elektronik nomor satu di asia.

"Baiklah Pak biar saya sendiri ke atas" ucap Raline sesaat setelah menuruni mobil mewahnya ini.

Langkah kakinya terdengar menaiki lift menuju lantai 25.

"Tunggu" seseorang dari luar lift meminta untuk menahan lift agar menunggu dirinya. Raline langsung menahan lift ini agar tidak terutup.

Lelaki dengan mengenakan kemeja putih dan celana chinos berwarna biru malam dengan jas biru malam melilit di pergelangan tangannya memasuki lift yang juga ada Raline di dalamnya.

"Tristan?" celetuk Raline...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status