Murid lelaki dengan nama Tristan Handoko di panggil ke atas podium..
Hari ini dirinya kembali mendapatkan juara pertama dalam lomba yang ia ikuti. Sedangkan, Raline menatap dengan senyuman melihat lelaki yang ia sukai mendapatkan prestasi. Wajah nya tidak lepas dari senyum. "Awas ngiler" canda Lala yang ada di sampingnya.
**********
Di dalam Lift
Pintu Masih terbuka
Tristan masuk perlahan,kaki nya yang jenjang masuk ke dalam lift yang sama dengan Raline. Seketika Raline tampak canggung,dia tidak menyapa lelaki yang ada didepan yang sedang berdiri memunggungi dirinya.
Raline yang memiliki tinggi 168 cm, menatap punggung yang tampak tegap ini dengan canggung.
"Kenapa kesini?" tanya lelaki yang memiliki tinggi 185 cm ini kepada nya yang ada di belakang, seketika Tristan menoleh menatap Raline yang sedari tadi hanya diam di belakangnya.
"Oh,aku tinggal disini" ucap Raline singkat.
Wajah Raline tampak datar dan dingin ketika Tristan menatapnya. Padahal Dalam hati semua kata-kata bergumul karena dia merasa sangat canggung sekarang.
"Lantai berapa?" tanya Tristan yang sudah kembali memunggungi Raline.
"25" singkat Raline.
Wanita yang ada dibelakangnya ini tidak seperti Raline yang dulu,dia jauh lebih tenang dan sedikit dingin,gumam Tristan dalam hati.
Ting..
Suara Lift sampai ke lantai yang dituju. Tidak lama langkah kaki Raline diikuti oleh Tristan yang ada dibelakangnya.
"Kenapa dia mengikuti ku?" Gumam Raline sembari berjalan terus menuju Unit Apartemennya.
Pintu dibuka dengan Kode rahasia, Raline yang segera masuk menatap dari samping Tristan yang ternyata tinggal tepat di samping apartemennya. Tanpa menoleh Tristan masuk ke Apartemennya setelah membuka dengan kode rahasia yang hanya dirinya yang tahu. Diikuti Raline yang masuk ke apartemennya sendiri.
*
Apartemen ini sudah tertata sesuai permintaannya. Ruang tamu diisi dengan Sofa berwarna hitam, tepat di depannya Televisi 42 inch,dan terletak di atas Nakas Televisi tampak Foto Raline dan kedua orang tuanya.
Lampu LED tampak menerangi ruangan yang bercat dinding putih ini. Di dapur sudah terletak Lemari pendingin dengan tipe terbaru dan beberapa alat elektronik dari perusahaannya sendiri untuk memudahkannya memasak. Masuk ke ruang kerja miliknya,tertata rapi buku-buku koleksi nya dan juga satu buah Laptop Berwarna putih diatas meja kerja nya.
Ruang kamar juga bercat putih,dengan gorden putih, dengan Ranjang ukuran king dengan seprei berwarna putih. Raline sangat menyukai warna putih,karena itu barang yang ia miliki kebanyakan berwarna putih.
Tubuh lelahnya ia rebahkan diatas kasur sesaat sebelum ia akan membersihkan diri dengan mandi. Kimono putih milik nya sudah tergantung di balik pintu kamar mandi,sedangkan air terus mengalir mengisi bathtub nya yang berwarna putih. Tubuhnya ia rebahkan di dalam bathtup yang sudah terisi penuh air.
*
Jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 10 malam,Raline yang sudah mandi duduk santai di atas sofa hitam sembari menonton televisi.
Suara pesan masuk....
"Sweety besok makan malam dirumah" pesan dari ayah.
Raline hanya membaca dan tidak membalas sama sekali pesan dari ayahnya,dia tidak ingin berurusan dengan ayahnya dulu. Raline ingin menata emosi nya terlebih dahulu dan menerima keadaan yang sudah terjadi sebelum ia menghadapi ayah dan ibu tirinya nanti. Setelah menerima pesan,Raline merebahkan tubuhnya di ranjang besar nya.
***********
Suara bell..
"Pagi non" sapa Pak Anton yang sudah datang tepat di pukul 07 pagi.
Raline yang masih sibuk membuat sarapan mengajak Pak Anton untuk sarapan bersamanya.
Pak Anton sendiri selain sebagai Asisten pribadi Raline,ia sudah dianggap sebagai Paman dan keluarga nya sendiri. karena itu Raline sangat menghormatinya,Walaupun dirinya adalah atasan Pak Anton.
*
Di dalam Mobil
"Bagaimana pak,tentang pengganti GM yang baru" Tanya Raline yang mencari GM yang baru karena Manager umum yang sekarang akan di pindahkan ke cabang yang ada di jepang.
"Pimpinan sendiri yang memilihnya Non" jawab Pak Anton yang merujuk bahwa kekuasaan untuk memilih staff eksekutif perusahaannya masih di bawah wewenang Pimpinan perusahaan yang sekarang tidak aktif yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
"Baiklah,nanti Suruh GM yang baru menghadap saya" perintahnya di dalam mobil yang melaju menuju perusahaan.
*
Gedung Perusahaan yang memiliki 50 lantai ini tampak menjulang tinggi diantara gedung-gedung tinggi lainnya,terlihat jelas tulisan dengan nama DM Company and Coorporation di puncak tertinggi gedung yang menghasilkan produk elektronik rumah tangga dan ponsel pintar itu. Ada 30 cabang yang berada di beberapa negara, antara lain cabang di negara-negara asia, Amerika dan Eropa. dan berpusat di Indonesia.
"Pagi bu" Ucap sekretarisnya Anita yang sudah menyambutnya di depan pintu masuk.
Sembari berjalan, sekretarisnya ini memberi tahu jadwal terbaru yang akan dilakukan oleh Direktur Utama.
"Baiklah, tolong nanti antar Dokumen yang saya minta kemarin"Ucapnya Sembari mereka bertiga menuju ke lantai 30 menggunakan lift.
*
Suara ketukkan..
"Ada apa Nit?" Tanya Raline sesaat melihat sekretarisnya ini masuk.
"GM yang baru sudah datang bu" jawab Anita.
"Baiklah suruh masuk" jawab Raline,Masih menandatangani beberapa dokumen yang baru pagi ini ada di mejanya, Raline menyuruh GM yang baru masuk.
"Pagi bu" ucapnya
"Pagi" jawab Raline masih sibuk dengan Dokumen-dokumennya
"Duduk dulu"lanjut Raline.
Tidak lama menyelesaikan menandatangani dokumen,Raline menatap tajam kearah GM baru nya yang sedang duduk di Sofa,Tidak lain adalah Tristan.
"Tristan Handoko" Raline membaca dokumen yang berisi data pribadi dari GM baru nya ini, yang baru sempat ia baca sesaat melihat Tristan.
Pada awalnya ia merasa canggung, namun dengan segera ia memposisikan dirinya sebagai seorang pimpinan dari perusahaan ini.
Langkah kaki Raline meninggalkan kursi dan meja kerjanya untuk duduk di sofa. Wajah Tristan mengisyaratkan bahwa dirinya sudah mengetahui bahwa atasan nya adalah teman sekolah sendiri dan sekaligus gadis yang pernah ia tolak dulu. Raline yang tampak canggung, segera membuka dokumen pribadi tentang Tristan dan melihat dengan teliti.
"Baiklah Bapak Tristan Handoko,saya hanya ingin menegaskan dengan jelas bahwa saya tidak ingin ada kemerosotan setelah pergantian GM yang baru, GM yang lama sudah bekerja dengan sangat baik dan saya harap anda bisa meningkatkan kinerja yang sudah dipertahankan oleh beliau" ucap Raline yang terdengar tegas
Melihat seorang wanita dewasa dengan wajah yang cantik,mengenakan blazer dengan bahan terbaik,di padu padan kan dengan kemeja putih di dalamnya serta rambut panjang yang dikuncir rapi , membuat Tristan terkesima dengan perubahan seorang Raline Putri Darmawan yang dulu terkenal sangat polos dan tidak pandai berdandan.
"Bapak Tristan" panggil Raline
"Baik bu" jawab Tristan
"Karena anda di pilh langsung oleh Pimpinan, jadi saya tidak harus mengkoreksi lagi, saya hanya menegaskan point kerjakan semaksimal mungkin dengan hasil terbaik" Lanjut Raline yang tampak mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Ponselnya berdering..
"Maaf tunggu sebentar" ucap Raline pada Tristan yang masih duduk di sofa hitam ini.
Sesaat setelah mengangkat Ponsel..
"Halo,La" wajah sumringah Raline tampak kontras dengan raut wajahnya yang tadi berhadapan dengan Tristan.
Tristan memerhatikan cara berbicara Raline yang terdengar seperti berbicara dengan orang yang juga ia kenal Nabila, sahabat raline sejak SMA.
"Sepertinya dia tidak berubah" Gumam Tristan sembari tersenyum melihat Raline mengobrol asyik di Telpon yang sedang duduk di kursi kerja nya.
Sesekali Raline tertawa kecil dan ia hentikan sejenak karena ia tidak mau lepas kendali di depan bawahannya.
Setelah menutup panggilan telpon dari lala,Raline langsung kembali duduk di depan Tristan.
"Baiklah bapak Tristan,karena ada proyek baru yang akan di luncurkan awal semester ini saya akan meminta kerjasama anda agar bisa terlaksana dengan baik sesuai jadwal"ucap Raline sebelum mempersilahkan Tristan untuk kembali bekerja.
"Apa dia tahu mengenai Kanaya"Gumam Raline sesaat tristan keluar dari ruangannya. helaan nafas nya terdengar berat.
*
Suara pesan masuk..
"Sweety jangan lupa makan malamnya" pesan dari ayah.
Walaupun Raline terlihat enggan untuk datang,tetapi dia tidak ingin menjadi anak durhaka yang terus mengabaikan sang ayah.
"Pak Anton tolong belikan bunga Tulip dan beberapa Buah" ucap nya ditelpon.
*
Jam tangan nya sudah menunjukkan pukul 06 sore, Raline segera merapikan mejanya dan menuju ke lantai paling bawah. Sudah ada Nita yang akan ikut dirinya makan malam hari serta Pak Anton. Raline tidak ingin pergi sendiri yang akan membuatnya tampak canggung nantinya.
Pagar tinggi ini terbuka otomatis menyambut anak perempuan satu-satunya dari keluarga Darmawan. sudah ada seikat bunga tulip dan Parcel berisi buah-buahan terletak di samping tempat duduknya dibelakang.
"Nita dan Pak Anton nanti ikut makan malam sama saya" ucap nya sebelum turun ke dalam mobil mewahnya ini.
Beberapa pelayan tampak menyambut Raline yang sudah tidak tinggal disini lagi,"Apakabar nya non?" tanya salah satu pelayan yang sudah akrab dengan majikan perempuannya ini.
"Baik bu" jawab Raline sembari tersenyum.
"Sudah di tunggu bapak dan ibu serta Mas Tristan" ucap Pelayan ini.
"Tristan?" Gumam Raline pelan.
Perlahan kakinya melangkah ke Ruang makan. Tristan yang dimaksud adalah Tristan yang dia kenal.
"Kenapa dia bisa disini?lalu kenapa dia tampak tenang dengan ada nya kanaya sebagai istri ayah?" pikirannya berkecamuk melihat keberadaan Tristan yang berada diantara ayah dan Kekasih masa sekolahnya itu.
"Hi Sweety" Sambut ayah yang langsung memeluk dan mencium kening Raline.
Raline tidak ingin sang ayah tahu hubungan Kanaya dan Tristan dulu sehinggah dia hanya diam di meja makan.
"Bi,Tolong ambilkan sup yang saya buat untuk Raline" Ucap Kanaya
"Sup apa?" tanya Raline ketus
"Bukannya kamu suka sup ayam" jawab ibu tirinya
"Siapa yang mengizinkan anda masak sup ayam disini?" jawab Raline dengan nada tinggi.
Sup ayam adalah makanan Favorite Raline yang selalu dibuat oleh mendiang sang ibu sewaktu masih hidup. Raline yang mendengar kalau Kanaya memasak sup ayam dan seolah-olah menggantikan sosok ibunya dirumah besar ini terlihat marah.
"Raline"ucap Ayah yang hanya akan memanggil dengan nama jika ia marah.
"Ada tamu disini" lanjut ayah yang menunjuk kepada Tristan yang sedang duduk di hadapan Raline sekarang.
"Tamu apa?" tanya Raline ketus
"Dia hanya bawahan ku" ucap Raline yang semakin meninggikan suaranya.
Tristan tampak terkejut melihat perubahan emosi pada diri Raline,yang dia tahu Raline adalah Gadis ceria dan sedikit pendiam.
"Yang sopan berbicara dengan calon suami mu"Bentak ayah..
"Calon suami siapa?" Tanya Raline yang menurunkan intonasi suaranya.. "Tristan adalah calon suamimu sekarang, Sweety"ucap ayah Raline bingung dengan apa yang ayahnya ucapkan sekarang. "Maksud ayah?" Tanya nya sedikit menahan emosi. "Bukan kah kamu menyukai Tristan?" Tanya Ayah. Raline tambah tidak mengerti dengan apa yang ayahnya ucapkan. "Aku menyukainya? itu sudah 7 tahun lalu?" gumam Raline dalam hati. "Ayah salah paham" ucap Raline menolak "Tristan bicara!!!" Raline menaikan intonasinya menyuruh Tristan untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tristan tampak tidak menolak apa yang dikatakan oleh Pimpinanya sehingga ia tidak membantah sama sekali. "Tristan menyukai mu Sweety dan kamu juga menyukainya" Tegas ayah. Perbincangan di meja makan tampak sedikit ngawur pikir Raline,walaupun ia pernah menyukai Tristan dulu tetapi dia sudah tidak menginginkan Tristan lagi ditambah dengan Sikap Tristan yang membuat Raline menaru
Raline tampak melihat lekat-lekat kepada dua orang yang duduk di depan kelas yang ada di seberang kelasnya. kedua orang tersebut adalah Kanaya dan Tristan. Mereka tampak sedang menikmati bekal dari kotak makan siang berwarna merah muda itu. "Sepertinya itu buatan kanaya" gumam Raline yang sedang duduk sendiri dan melihat dari luar jendela keakraban mereka berdua. Di lihatnya, Sesekali Kanaya menyuapi Tristan Sandwich yang ada di kotak makan siang itu. ********************* Dalam perjalanan menuju Kantor.. Raline yang sedang fokus menyetir mobil terganggu dengan suara ponselnya, yang ternyata dari My enemy yang tidak lain adalah Tristan. "Jangan ganggu aku sedang sibuk menyetir" jawab Raline ketus,setelah menerima panggilan dari Tristan. "Setelah ini belok kiri" ucap Tristan yang membimbing Raline yang sebelumnya sudah salah jalan. Mau tidak mau Raline mendengarkan perkataan Tristan melalui sambungan telpon yang sudah ia loudspe
Raline perlahan melangkahkan kakinya kearah mereka berdua. Wajahnya dingin tetapi mengguratkan kebencian teramat sangat dengan apa yang ia lihat sekarang. Tristan yang sedang asyik mengobrol dengan Kanaya terdiam melihat Raline yang sudah ada di depannya. Raline tidak berbicara apapun, dia hanya menatap sesaat mereka berdua kemudian pergi masuk ke dalam rumah. Raline adalah tipe wanita yang akan diam jika ia benar-benar marah dengan seseorang dan yang paling memahami hal ini adalah Sang ayah dan juga Pak Anton. Tristan yang tadinya ada disamping Kanaya mengejar Raline yang pergi tanpa kata. Dia memahami bahwa Raline terlihat sangat marah dengan apa yang ia lihat. Tangan Raline ia raih dan ia pegang erat-erat, ia tidak ingin Raline menduga yang bukan-bukan dengan apa yang ia lihat tadi. Tatapan dingin dan tajam Raline jelas terlihat, Sesaat dirinya memandang wajah wanita yang ada di depannya ini. "Lepaskan" Ucap Raline dingi
Tristan yang baru saja mengucapkan kata-kata ancaman untuk Raline, tiba-tiba merangkul calon istrinya ini dengan mesra. "Apa kau sinting, jangan sentuh aku"celetuk Raline. Pak Anton yang berada di belakang mereka mendekati dan menegur Tristan. "Ini Calon istri saya pak" ucap Tristan dan terus merangkul mesra Raline menuju ke apartemen nya. Raline mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan rangkulan Tristan tapi tidak berhasil karena kalah kuat dibandingkan Tristan yang memiliki tubuh yang tinggi dan berotot ini. Wajah Raline tampak masam di dalam dekapan Tristan, yang terus menerus mendekapnya di dalam Lift. "Aku sesak" gerutu Raline Mendengar Kalimat itu yang keluar dari Raline sontak membuat Tristan melepaskan dekapannya dan membiarkan Raline untuk bernafas. "Lelaki gila" Gerutu Raline. Tristan mendekati Raline perlahan. "Ini di dalam lift, aku bisa melakukan apa saja terhadap mu" bisik Tristan di telinga Raline. Sontak saja Raline menjauh dari Tristan yang sedang tersenyum Simp
Raline Tampak sangat cantik dengan balutan Gaun pengantin bertabur Swarovski itu. Tristan Menatapi Calon pengantin nya itu dengan Tatapan kekaguman. "Cantik sekali, istriku" Gumamnya Dalam Hati. Langkah kaki Raline bersama Sang ayah mendekati meja Ijab Qabul. Semua yang hadir, memberikan pujian mereka untuk kecantikan Pengantin perempuan Ini. Tangan Tristan lalu menyambut Tangan Raline yang diberikan oleh ayah yang sedari tadi menggenggam tangan anak gadisnya ini. Prosesi Ijab Qabul berjalan dengan lancar hanya dengan satu kali helaan Nafas. Kedua pengantin Tampak meminta restu kepada Masing-masing Orang tua mereka. Sedangkan, Tristan Yang sejak kecil sudah menjadi Yatim piatu membawa Paman dan juga Tantenya yang Sudah membesarkannya untuk memberikan restu. Suara pembawa acara kembali terdengar, Lala sedang Sibuk mengarahkan jalannya Acara hari ini. "Baiklah sekarang saatnya Pengantin pria mencium pengantin wanitanya" Ucap Lala yang terdengar seperti mengerjai Raline. Sontak S
Ayah menggenggam tangan putri cantiknya ini sepanjang perjalanan menuju apartemen. yang akan ditempati oleh Raline dan juga Tristan. "Sweety, Barang-barang sudah Anton Pindahkan ke rumah suamimu"Ucap Ayah yang berada di kursi penumpang bersama Raline. Pak Anton yang Sedang Menyetir mengiyakan perkataan atasannya itu. Sedangkan Tristan sedang duduk di kursi depan di samping kursi kemudi. Raline seperti ingin berteriak sekarang,dia harus pindah ke apartemen Tristan Alih-alih tinggal di apartemennya sendiri. "Apartemen milik Kamu Akan Di sewakan saja" Ucap Ayah. "Jangan disewakan yah"Celetuk Raline yang sedang mencari cara agar apartemen nya tidak jadi disewakan. Sontak ayah menoleh menatap Raline, wajahnya menyiratkan penuh tanda tanya. "Ehmm.. Begini Yah, Lala lagi cari tempat Tinggal yang dekat kantor"Ucap Raline. Setelah Acara pernikahan nya, Raline meminta Lala untuk bekerja dengan nya sebagai penasehat hukum di perusahaannya. Walaupun, sudah ada tim penasehat tetapi Raline i
Mobil Hitam milik Tristan melaju dengan kecepatan sedang. Ia bersama Raline akan pergi ke Mall untuk mengambil Gaun dan juga Tuksedo yang sudah mereka pesan dan yang akan mereka Pakai pada pesta Perayaan pernikahan yang diadakan Oleh para kolega mereka Nanti malam. "Aku ini suamimu bukan supir mu" Celetuk Tristan yang melihat Raline duduk di kursi belakang. Raline hanya melengos setelah Tristan berkata seperti itu. Dirinya sudah lelah sejak pagi bersitegang dengan Suaminya ini. * Hari ini Mall cukup Ramai, karena adalah hari libur. Tristan yang tadinya ingin menggandeng Raline, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Istrinya ini. Butik yang menjadi tujuan mereka berada di Lantai dua. Raline yang berjalan di belakang Tristan terus saja menjaga menjaga jarak. "Selamat datang" Sambut pemilik butik dan beberapa Pegawai yang sudah mendapatkan kabar bahwa Raline dan Tristan akan datang Hari ini. Gaun dan tuksedo yang Sudah disiapkan di perlihatkan kepada mereka berdua. Gaun berwarna mera
Raline dan Tristan tampak sangat serasi ketika saling bergandengan bersama. Tristan membantu Raline yang kesulitan berjalan karena kakinya masih terkilir, Sedangkan Raline terpaksa menerima Bantuan Tristan. Satu persatu Tamu yang tidak lain adalah kolega perusahaan miliknya menghampiri Raline dan Tristan untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Tidak lama, tangan besar menepak pundak Raline dengan lembut. "Roy?!" Celetuk Raline, kedua mata besarnya yang berbinar. Raline terlihat senang bertemu dengan Roy. Dia tampak akrab dengan Roy yang tidak lain adalah teman satu kampus nya dulu saat masih di Amerika. "Apakabar Roy?" Tanya Raline antusias. Tristan yang ada disamping Raline menatap tajam kedua orang yang tengah asyik berbincang sendiri. "Ini?" Tunjuk Roy pada laki-laki yang berdiri disamping Raline. "Perkenalkan saya Tristan suami Raline" Ucap Tristan dengan wajah Dingin nya. Raut wajah Raline yang sedari tadi Tampak masam, berubah 180 derajat setelah bertemu dengan