Ini adalah hari kedua Anya bekerja di restoran. Dia bergegas pergi untuk bekerja, kali ini Anya berangkat jam setengah tujuh, Anya melangkahkan kakinya masuk dan absen.
Di lihat semua karyawan sudah berdatangan, dan jam kerja pun berdering, mereka semua mengambil posisi mereka masing - masing dan memulai bekerja.
Jam menunjukkan pukul dua belas siang, itu artinya jam makan siang bergantian.
Aku dan Ambar makan siang bergantian, Ambar terlebih dahulu makan siang sedangkan aku harus menunggu Ambar terlebih dahulu untuk makan siang. Ambar adalah salah satu pelayan yang satu ship dengan Anya.
Di sela - sela pekerjaannya seorang Asisten koki menyuruh aku untuk memberikan makanan yang sudah dihidangkannya kepada tamu yang berada ditempat kosong lima.
" Antarkan ini kepada tamu kosong lima." ucapnya menyuruh.
Anya mengangguk dan langsung memberikannya pada tamu tersebut.
" In, pak. Silahkan dinikmati." ucapnya.
" Saya tidak memesan ini " kata pria tersebut, ternyata pria tersebut adalah HRD di restoran ini.
" Saya cuma di suruh untuk mengantarkannya saja pak." katanya polos.
" Kembalikan lagi pada koki." ucapnya, Anya pun mengangguk.
Baru beberapa langkah, langkahnya di hentikan oleh HRD tersebut.
" Eh, tunggu. Kamu Anya kan." sebari beriri mendekati Anya.
" Iya pak, saya Anya." ucapnya.
" Kamu saya pecat sekarang juga." ucapnya tegas.
" Tapi pak, apa salah saya?" tanyanya.
" Kamu yang viral di internet itu kan, saya tidak ingin nama baik restoran saya menjadi kotor gara - gara ada kamu. Sekarang juga kamu pergi dari sini." katanya dengan nada ketus.
Bagaimana mungkin dia bisa dipecat, sedangkan dia baru memulai bekerja. Sakit bukan?
Seperti diberi harapan namun diphp kan wkwk.....
Anya berpamitan pada Kania, melihat ini Kania mengembun dan air matanya hampir menetes.
Sesampainya di rumah ia menghela napas dan membaringkan tubuhnya di atas kasurnya.
Anya tidak menyangka seviral itu kah kabarnya di internet sampai semuanya merendahkannya, Anya berusaha kembali berpikir bagaimana cara agar menghapus nama buruknya yang sama sekali bukan ulahnya, dipemikirannya terselip pemikiran tentang ibunya ia bergegas pergi ke rumah sakit untuk menanyakan biaya tunggakan rumah sakit ibu nya. Ya sebulan kemarin Anya kebingungan untuk membayar biaya rumah sakit uangnya hanya bisa untuk makan, membayar uang kuliahnya dan memenuhi kebutuhannya. Akhirnya ia memohon pada pihak rumah sakit untuk menunggak sebulan ini, pihak rumah sakit pun memberikan tunggakan itu pada Anya.
Anya menjalankan kakinya menuju rumah sakit, rumah sakit permata indah tidak jauh dari rumahnya. Ia langsung ke bagian pembayaran, di jalan dia bertemu dengan ibu - ibu gosip.
" Eh itu si Anya, sang penggoda itu loh ibu - ibu" katanya kepada ibu - ibu lainnya.
"iya yah, kasihan si Natali ditikung sama saudara tirinya sendiri." ucapnya.
Anya menghiraukan pembicaraan ibu - ibu tersebut dan meninggalkannya.
Sesampainya di pembagian pembayaran Anya langsung menanyakan.
" Sus, berapa bulan biaya tunggakan ibu saya atas nama Diana." katanya.
" Sebentar mbak, saya cek dulu ya" jawabnya.
" Biaya tunggakan atas nama Diana sebesar satu juta rupiah, dua bulan belum dibayar."
" Apa saya bisa menunggak untuk satu kali lagi, sus?" tanyanya dengan ragu - ragu.
" Maaf mbak, tdak bisa. Kami hanya memberikan keringanan tunggakan hanya satu bulan saja." jawabnya
Anya menganggukkan kepalanya dan berterima kasih pada suster tersebut.
Sambil berjalan dia terus memutar otak, dia tidak ingin ibunya sakit parah gara - gara tidak di rawat inap., Ini adalah rumah sakit termurah untuk pasien rawat inap.
Anya menghela napas. Sekarang, ia benar - benar tidak memiliki apapun. Ia juga sudah meminta tolong pada ayahnya untuk membantu membiayai rumah sakit ibunya, tetapi ayahnya pun menolak.
Lalu apa yang harus ia lakukan ?
Tiba - tiba suara ketukan pintu terdengar saat ia tenggelam dalam kekalutannya. Siapa yang mengunjungi rumahnya?
Anya bergegas membukakan pintu dan melihat seorang pria paru baya yang tidak di kenalnya berada di depan pintu rumahnya. Pria itu bertubuh cukup besar, namun sama sekali tidak menakutkan.
Malah wajahnya terlihat sangat ramah. Rambutnya terlihat mulai putih, penuh dengan uban. Wajahnya tersenyum saat melihat Anya, membuat pria itu memancarkan aura kebapaannya yang kuat.
" Siapa ya?" tanya Anya dengan bingung. Anya tidak mengenal pria yang ada didepannya rumahnya ini.
" Selamat sore, nona. Saya Abdi supir pribadi tuan Arsyad Atmajaya. Saya di minta untuk menjemput nona, tuan Arsyad ingin bertemu dengan anda." katanya dengan sopan.
Arsyad Atmajaya? Bagaimana pria itu bisa mengetahui tempat tinggalnya? Hari ini adalah pertemuan pertama mereka dan Anya telah melarikan diri darinya saat pria itu sedang lengah. Tentu saja bukan Anya yang memberitahu alamat rumahnya.
" Bagaimana bapak bisa mengetahui tempat tinggal saya?" tanya Anya dengan sedikit waspada.
Wajah Abdi tetap ramah saat ia menjelaskan dengan sabar.
" Nona, mencari tahu tempat tinggal nona bukanlah hal yang sulit bagi keluarga Atmajaya."
Anya bergidik saat mendengar jawaban itu. Ia tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. Ia tidak mau mengikat apa yang telah terjadi padanya kemarin malam. Ia tidak ada waktu untuk bertemu dengan Atmajaya, meskipun pria itu adalah anak konglomerat sekali pun. Baginya tidak terlalu penting.
" Maaf, pak. Saya tidak mengenal bapak. Saya tidak mau pergi bersama dengan orang yang tidak dikenal." jawab Anya dengan tegas." Tapi, Nona...." belum sempat Abdi menyelesaikan kalimatnya Anya langsung kembali memotongnya. " Maaf ya, pak." katanya sambil berusaha untuk menutup pintu dan mengusir abdi secara halus.Abdi tahu bahwa ia tidak bisa memaksa Anya untuk ikut dengannya. Bagaimana pun juga, wajar saja jika seorang wanita bersikap waspada. Tidak seharusnya ia mengikuti pria tidak dikenal secara sembarangan.Namun Abdi juga tidak bisa pulang dengan tangan kosong. Ia segera menghentikan Anya sebelum pintu rumah tersebut ditutup, " Nona, tuan Arsyad meninggalkan kartu namanya untuk anda. Anda bisa menghubungi jika anda berubah pikiran." katanya sambil menyerahkan selembar kartu nama pada Anya.Anya merasa lega karena pria paruh baya di hadapannya ini tidak memaksanya untuk ikut bersama dengannya. Ia menerima kartu nama yang diberikan ole
Anya menatap gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Gedung itu terlihat sangat modern dan mewah. Ia merasa tidak pantas berada di sana.Atmajaya Group.Tulisan besar itu terpampang di bagian atas gedung, menandakan bahwa seluruh gedung itu merupakan milik keuarga Atmajaya.Semua orang yang keluar masuk dari tempat itu tampak sangat rapi. Para pria yang berlalu - lalang ditempat tersebut menggenakan jas atau kemeja lengan panjang dengan sepatu pentofel yang telah di poles hingga mengkilat. Sementara para wanita menggenakan gaun formal yang terlihat mahal dan sepatu hak tinggi yang membuat mereka tampak lebih anggun dan dermawan.Anya melihat penampilannya saat ini dari pantulan kaca gedung tersebut. Ia hanya mengenakan kaos biasa dengan celana jeans dan juga sepatu keds. Penampilannya benar - benar tidak sesuai dengan tempat yang ia datangi kali ini. Tetapi ia tidak peduli, satu - satunya yang ia pikirkan saat ini hanyalah biaya rumah sa
Hanya Anya dan Arsyad yang sedang berada di dalam lift. Itu karena mereka menggunakan lift pribadi milik Arsyad. Lift itu tidak bisa digunakan oleh sembarang orang. Hanya beberapa orang saja yang memiliki akses menuju lift tersebut, seperti Haris, asisten kantor Arsyad dan Abdi.Suasana di lift itu terasa sangat canggung. Atau lebih tepatnya, hanya Anya yang merasa seperti itu. Sesekali ia mencuri - curi pandang ke arah Arsyad, berharap pria itu akan memecah keheningan di antara mereka.Sayangnya, Arsyad tidak mengatakan apapun. Ia memandang lurus ke depan sambil menanti lift itu tiba di lantainya. Dibalik kacamatanya yang hitam, ia bisa melihat Anya yang terus menerus bergerak karena gelisah. Bibirnya sedikit melengkung, membentuk senyum tipis, ketika melihat gerak - gerik wanita di sampingnya itu.Hari ini, rambut hitam Anya yang biasanya bergerai tampak di kuncir satu, membuatnya terlihat lebih muda. Terkadang, tangannya menyisir anak - anak ram
Ruangan itu kembali sunyi. Hanya ada mereka berdua, ditemani dua cangkir teh yang terabaikan di atas meja.Arsyad duduk bersandar di sofanya dengan santai sambil menatap Anya yang ketakutan di hadapannya. Wanita itu seperti kelinci kecil yang gemeteran seolah Arsyad adalah harimau yang akan menerkamnya. Ia duduk dengan tegak, seolah takut jika lengah sedikit saja ia akan langsung di telan.Anya menyisir anak rambut yang berantakan di pipinya. Tanpa senghaja tangannya menyentuh luka karena tamparan Mona. Luka itu terasa perih, sehingga ia meringgis menahan rasa sakit.Arsyad memperhatikan semua gerak - gerik Anya. Ia bisa melihat Anya meringis saat menyentuh pipinya. Tubuh Arsyad langsung menegang saat memikirkan ada sesuatu yang terjadi pada Anya. Ia segera bangkit berdiri dari tempat duduknya, mencondongkan tubuhnya ke depan dan memegang dagu Anya sehingga ia bisa melihat wajahnya dengan jelas.Tangannya memegang dagu Anya sedikit keras kar
" Menikahlah denganku."Anya menatap Arsyad dengan mulut menganga. Ia yakin telinganya sedang bermasalah. Atau mungkin ia sedang berhalusinasi? Sepertinya hari ini ia terlalu kelelahan sehingga otaknya sedang tidak beres. Mana mungkin Arsyad melamarnya?Ia menggaruk garuk kepalanya walaupun kepalanya itu tidak gatal. Ia merasa sedikit bodoh, berpikir bahwa pria yang tampan, super kaya dan misterius ini melamarnya.Arsyad memperhatikan setiap gerakan Anya. Menantikan reaksi dari wanita itu. Namun, sepertinya Anya tidak mendengar apa yang ia katakan, atau mungkin ia tidak bisa mempercayai apa yang di dengarnya. Oleh karena itu, Arsyad memutuskan untuk memperjelasnya sekali lagi." Menikahlah denganku dan aku akan membantumu." kata Arsyad untuk kedua kalinya.Baru pada saat itu lah Anya menyadari bahwa tidak salah dengar, Arsyad memang benar - benar melamarnya!" Tapi....tapi..." Anya tergagap. Ia tidak menyangka bahwa hal s
Apa aku harus menikah dengan pria ini?Ini adalah pertemuan kedua antara Anya dan Arsyad. Mereka tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu sebelumnya. Bisa dibilang mereka berdua adalah orang asing..Anya tidak tahu apa pun mengenai Arsyad, ia tidak tahu latar belakangnya. Tidak tahu mengenai keluarganya dan mengenai pria itu sendiri. Ia hanya sedikit tahu bahwa ia adalah orang yang sadis dan kejam itu pun dia mengetahui dari internet, jadi dia sedikit waspada pada Arsyad. Bagaimana jika Arsyad bukan pria baik - baik?Arsyad menatap lurus kepada Anya, tetapi tidak Ada satu kata pun terucap dari bibirnya. Mulutnya tertutup rapat seolah ia tidak ingin memberi tahu Anya apa yang direncanakannya.Apa mungkin Arsyad ingin membalas dendam pada Natali karena tunangannya itu telah mengkhianatinya? Itu kah sebabnya Arsyad mau menggunakanya sebagai senjata untuk membuat Natali merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan?Sebenarnya,
Begitu lift mereka tiba di lobby, Arsyad dan Anya langsung melangkah keluar. Semua orang di lobby langsung menghentikan apa pun yang sedang mereka kerjakan dan langsung memberi hormat pada Arsyad.Anya merasa canggung saat melihat semua orang menunduk ke arahnya. Walaupun orang - orang itu tidak memberi hormat padanya, saat ini ia berjalan bersama Arsyad sehingga ia juga menjadi pusat perhatian semua orang.Saaat ia melirik ke arah resepsionis, wanita yang tadi menolak kedatangannya sudah tidak ada. Anya tidak tahu bahwa resepsionis itu telah kehilangan pekerjaannya karena tidak bersikap sopan kepadanya.Saat ini ia sedang memandang ke arah meja resepsionis, seorang pria bergegas menghampiri Arsyad. Wajah pria itu tampan dengan kacamata minus di matanya. Membuatnya terlihat pintar. Ia terlihat sangat rapi dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, tidak ada satu helai rambut pun yang keluar dari tatanannnya. Tubuhnya tinggi semapai, hingga hampir meny
Setelah setengah jam perjalanan, mobil mereka mulai memasuki sebuah kawasan perumahan elite. Namun, mereka tidak berhenti di salah satu rumah di kawasan tersebut. Mobil mereka terus berjalan, memasuki bagian dalam perumahan menuju ke daerah yang cukup terpencil. Mobil mereka terus berjalan sampai tiba di sebuah gerbang besar yang sangat indah. Gerbang itu tidak dijaga dengan ketat, hanya ada sebuah CCTV di salah satu sisinya.Pintu gerbang itu tiba - tiba saja terbuka secara otomatis setelah mobil Arsyad berhenti dihadapannya, membiarkan mobil mewah itu berjalan masuk.Mereka masih harus melewati sebuah jalan yang panjang selama 15 menit, sehingga sebuah rumah yang luar biasa besar dan mewah terpampang dihadapannya. Tatapannya tampak menerawang seolah ia berada di tengah - tengah surga yang di penuhi dengan bunga - bunga.Arsyad yang sebelumnya memejamkan matanya langsung terbangun. Ia menatap wanita yang disampingnya dengan lembut.Anya seo