Home / Fantasi / MY VAMPIRE QUEEN / Bab 21 : Tersedot ke Portal

Share

Bab 21 : Tersedot ke Portal

Author: Dranyyx
last update Last Updated: 2025-10-28 02:22:07

Jean merasakan sensasi tercabik dari realitas, tubuhnya terpelintir dalam pusaran energi yang membutakan. Dia menggenggam erat tangan Selvia, tidak peduli betapun sakitnya rasanya. Kemudian, tibalah benturan keras. Tulang-tulangnya bergetar saat dia mendarat di atas permukaan yang lembap dan berlumut. Udara yang dia hirup menusuk paru-parunya—dingin, lembap, dan beraroma pinus serta tanah basah.

Dia membuka matanya, berkedip mencoba menyesuaikan penglihatan. Cahaya bulan purnama menyaring melalui kanopi pohon-pohon tinggi dan gelap, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di tanah. Langit di atasnya terasa asing, hitam pekat dengan konstelasi bintang yang tidak dikenalnya. Ini bukan Sulawesi. Kehangatan malam tropis telah digantikan oleh hawa dingin Transylvania yang merembes hingga ke tulang.

"Via?" suaranya serak. Dia memutar badan, tubuhnya pegal. Selvia terbaring tak jauh darinya, wajahnya pucat dan bernafas tersengal-sengal. Luka di lengan dan bahunya masih mengucurkan dar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 22 : Masuk ke portal part 2

    Dia menyangga Selvia sekali lagi dan mereka mengikuti Mara melewati gerbang kayu yang besar. Begitu mereka melintas, Jean merasakan perubahan aneh di udara, seperti melewati selaput tak terlihat. Suara hutan tiba-tiba menjadi redup, seolah desa itu dilindungi oleh gelembung yang tak terlihat. Wanita-wanita lain mengelilingi mereka, wajah-wajah mereka penuh dengan rasa ingin tahu dan kekhawatiran. Beberapa dari mereka berbisik, mata mereka tertuju pada liontin yang masih tergenggam di tangan Jean. "Mari kita rawat lukamu, Putri," kata Mara, memimpin mereka ke sebuah rumah kayu yang lebih besar dari yang lain, terletak di tengah desa. Di dalam, rumah itu sederhana tapi nyaman. Perapian menyala di sudut, memancarkan kehangatan yang menyambut. Ada aroma herbal dan kayu bakar yang menggantung di udara. Mara memandu Selvia untuk duduk di atas bangku kayu dekat perapian sambil memanggil wanita lain. "Bawakan air bersih, balutan, dan ramuan penyembuh." Jean berlutut di samping Selvia, mas

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 21 : Tersedot ke Portal

    Jean merasakan sensasi tercabik dari realitas, tubuhnya terpelintir dalam pusaran energi yang membutakan. Dia menggenggam erat tangan Selvia, tidak peduli betapun sakitnya rasanya. Kemudian, tibalah benturan keras. Tulang-tulangnya bergetar saat dia mendarat di atas permukaan yang lembap dan berlumut. Udara yang dia hirup menusuk paru-parunya—dingin, lembap, dan beraroma pinus serta tanah basah.Dia membuka matanya, berkedip mencoba menyesuaikan penglihatan. Cahaya bulan purnama menyaring melalui kanopi pohon-pohon tinggi dan gelap, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di tanah. Langit di atasnya terasa asing, hitam pekat dengan konstelasi bintang yang tidak dikenalnya. Ini bukan Sulawesi. Kehangatan malam tropis telah digantikan oleh hawa dingin Transylvania yang merembes hingga ke tulang."Via?" suaranya serak. Dia memutar badan, tubuhnya pegal. Selvia terbaring tak jauh darinya, wajahnya pucat dan bernafas tersengal-sengal. Luka di lengan dan bahunya masih mengucurkan dar

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 20 : Jean apakah akan masuk portal

    "Kita semua mempertaruhkan segalanya," balas Jean, fokusnya masih pada jalan di depan.Mereka terus bergerak, meninggalkan suara pertarungan di belakang. Cahaya bulan semakin memudar, digantikan oleh cahaya jingga samar dari ufuk timur. Hutan mulai terang sedikit, dan Jean bisa melihat jalan setapak yang jelas di depan mereka.Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, mereka akhirnya mencapai pinggir hutan. Di depan mereka terbentang jalan raya, masih sepi di pagi buta. Lampu-lampu jalan menyala, menerangi aspal yang masih basah oleh embun pagi. Di kejauhan, lampu-lampu kota Makassar sudah terlihat, seperti permata yang berkilauan.Jean berhenti sejenak, menarik napas dalam. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku. Basah, tapi masih berfungsi. Dia membuka aplikasi ojek online, jarinya gemetar mengetik lokasi mereka."Kita akan pergi ke terminal?" tanya Selvia, suaranya masih lemah.Jean mengangguk. "Ya. Kita harus mengambil

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 19 : Radu?

    Jean berdiri di antara pepohonan, tangannya erat menyangga tubuh Selvia yang lemah. Dia bisa merasakan hangatnya darah Selvia merembes melalui pakaiannya, membasahi lengan bajunya. Bau besi darah itu bercampur dengan aroma tanah basah dan sesuatu yang lain, sesuatu yang tua dan berdebu seperti logam yang sudah lama terpendam. Dari arah Radu, bau itu semakin kuat, menusuk hidungnya.Tiga sosok pemburu serigala itu masih berdiri beberapa meter di depan mereka, mata kuning mereka menyala dalam cahaya bulan purnama yang mulai memudar. Bulan itu tergantung rendah di langit, cahaya peraknya mulai disaingi oleh cahaya keemasan samar dari ufuk timur. Fajar akan segera tiba."Serang!" geram pemimpin pemburu itu, suaranya serak dan penuh ancaman.Mereka bergerak serentak. Jean hampir tidak bisa mengikuti gerakan mereka. Tubuh mereka seperti blur, melesat maju dengan cakar-cakar teracung langsung ke arah Radu. Udara di sekitar mereka bergemuruh, seolah hutan kecil ini sendiri berguncang menghada

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 18: Penjaga Bayangan

    Jean menelan ludah, rasanya tenggorokannya kering seperti kapas. Peluhnya membasahi punggung dan pelipisnya, menempelkan kain kaus yang tipis pada kulitnya. Dia masih berjongkok, tubuhnya melindungi Selvia yang mendesah kesakitan di pelukannya. Darah dari lengan Selvia masih merembes, menghangatkan kulit Jean yang dingin. Tiga pemburu serigala itu masih berdiri mengitari mereka, mata kuning mereka bersinar tajam dalam cahaya bulan purnama yang menembus rindangnya hutan kecil di pinggir Makassar ini. Aroma tanah basah dan daun yang layu memenuhi hidungnya, bercampur dengan bau amis darah Selvia.Lalu, pria tua itu muncul.Tidak ada suara langkah kaki. Hanya hembusan angin tiba-tiba yang lebih kencang dari sebelumnya, membawa aroma aneh, seperti embun pagi yang bercampur dengan logam tua. Udara berubah, menjadi lebih berat, lebih dingin. Pria itu berdiri tegak di antara pepohonan, persis di belakang barisan para pemburu. Rambutnya yang putih seperti kapas dikepang rapi. Pakaiannya adala

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 17 : Pria misteri

    Bab 17Jean terduduk lemas di atas tanah berumput. Napasnya masih tersengal, keluar dalam gumpalan-gumpalan putih di udara malam yang dingin. Seluruh tubuhnya gemetar, otot-ototnya berdenyut-denyut lelah seperti baru saja dipaksa lari maraton. Keringat dingin membasahi keningnya dan membuat bajunya lengket di punggung. Dia menatap kosong ke arah kegelapan hutan tempat Selvia menghilang. Suara lolongan dan benturan keras masih terdengar dari dalam, membuat dadanya sesak oleh campuran rasa takut dan bersalah.“Selvia…” gumamnya, suaranya serak dan hampir tak terdengar. “Kenapa kau pergi sendirian?”Dia memaksakan diri untuk menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang. Aroma tanah basah dan daun membusuk memenuhi indra penciumannya, aroma khas hutan Sulawesi setelah hujan. Di kejauhan, lampu-lampu kota Makassar berkelap-kelip samar, mengingatkannya pada kehidupan normal, kehidupan yang sekarang terasa sangat jauh. Kehidupan di kamar kosnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status