Share

Bab2: Pertemuan pertama

Setelah kepergian sang ayah, Zemora pun beranjak dari duduknya. Ia  berjalan menuju kamarnya berniat untuk istirahat, sebab rasa kantuk yang mendera sudah begitu besar, mengingat dari semalam dia tidak tidur, sebab ia dan Sisca mendapat orderan.

Setelah berada di dalam kamar, Zemora segera menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Selamat istirahat, Zemora yang cantik, semoga mimpi indah ya," ucap Zemora kemudian tertawa.

Baru saja matanya akan tertutup, getaran dari ponselnya membuat ia menoleh. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia pun segera menggeser tombol yang berwarna hijau.

"Halo, Ra,"sapa seseorang dari balik telepon, orang tersebut tak lain ialah Sisca.

"Hm, ada apa sih ganggu orang aja," jawab Zemora dengan malas.

"Memangnya kamu ngapain, sampai-sampai aku ganggu."

"Aku mau tidur, Sis."

"Uupssttt...sorry, kalau aku ganggu kamu, aku cuma mau bilang sebentar malam kamu dapat orderan," ucap Sisca dari seberang.

"Serius?" Tanya Zemora antusias.

"Iya, katanya sih, dia itu direktur dari perusahaan besar juga."

"Oh, ya?"

"Iya."

"Kamu tahu, namanya siapa?" Tanya Zemora lagi.

"Mm...kalau gak salah sih namanya pak Damian."

"Terus, kita ketemuan dimana?"

"Dia akan jemput kamu di club kemarin, jam tujuh malam."

"Ok, kalau begitu aku mau tidur dulu, mau siapin tenaga buat nanti malam. Byee,"ucap Zemora, kemudian mematikan sambungan telepon.

Setelah sambungan telepon nya terputus, Zemora berniat melanjutkan tidur yang sempat terganggu, akibat telpon dari Sisca.

Namun, saat matanya kembali terpejam, Lagi-lagi getaran dari ponselnya membuat Zemora membuka mata.

"Astaga, siapa lagi sih, senang banget ganggu orang yang lagi istirahat," gerutu Zemora, kemudian tangannya ter ulur untuk mengambil ponsel.

Dilihatnya nama yang tertera di layar ponselnya. Zemora mengerutkan kening saat melihat nama pemanggil yaitu 'Ayah'. Buru-buru Zemora menggeser tombol hijau.

"Halo, Ayah," sapa Zemora.

"Halo Sayang," jawab ayahnya.

"Ada apa Ayah menelfon?"

"Kamu sibuk nggak?"

"Sepertinya tidak, memangnya ada apa Ayah?" tanya Zemora lagi.

"Sebentar siang kamu datang ya, kekantor. Kita makan siang bareng," Jawab ayahnya.

"Oh...oke Ayah."

"Tapi ingat, pakai  pakaian yang tertutup," peringat ayahnya.

"Iya, Ayah, Mora akan cari baju yang sedikit tertutup."

"Baiklah, kalau begitu Ayah tutup ya teleponnya."

"Ok, Ayah, byee."

Setelah, telepon terputus. Akhirnya, Zemora pun bisa tertidur dengan nyenyak. 

Saat jam menunjukkan angka sebelas, Zemora terbangun dari tidurnya. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, lima belas menit waktu yang di perlukan Zemora untuk mandi, akhirnya Zemora keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar.

Zemora melangkah menuju walk in closet, untuk mencari baju yang menurutnya sedikit tertutup.

"Ya, ampun bagaimana aku bisa mendapatkan baju yang tertutup, jika semua bajuku kekurangan bahan?" Tanya Zemora lebih kepada dirinya sendiri.

Zemora membongkar semua  lemari pakaian yang ada di dalam walk in closet nya.

"Yes...dapat," Seru Zemora saat mendapatkan baju yang di carinya.

Pilihannya jatuh pada dress maroon dengan lengan panjang ketat, yang menampilkan lekuk tubuhnya. Di bagian dada hanya dilapisi dengan kain tile transparan, di tambah dengan belahan dari bawah sampai ke paha. 

Sehingga, jika ia berjalan maka paha mulusnya akan terekspos.

"Hm...di antara baju-baju ku yang lain, hanya ini yang paling tertutup," Gumam Zemora.

Tanpa pikir panjang, Zemora segera memakai pakaiannya, kemudian berjalan menuju meja rias.

"Ok, saatnya kita memoles wajah secantik mungkin."

Lima menit berkutat dengan alat Make-up, akhirnya Zemora pun selesai dengan semua kegiatannya.

Zemora melangkah menuruni anak tangga sambil menelfon ayahnya, pada dering ketiga akhirnya panggilan nya jawab oleh sang ayah.

"Halo, Sayang, ada apa?" Tanya ayahnya dari seberang telpon.

"Mora udah mau berangkat yah," Jawab Zemora.

"Oh...ya sudah, Ayah tunggu ya."

"Iya Ayah, byee."

Setelah mematikan sambungan telepon, Zemora pun melangkah keluar menuju mobilnya. Zemora kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Zemora pun sampai di depan gedung perusahaan ayahnya.

"Huuft, akhirnya sampai juga," ucap Zemora kemudian melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan.

Saat berada di dalam, semua mata para karyawan memandang dengan penuh kagum, bahkan mulai dari bisikan sampai sapaan pun di berikan untuk Zemora.

"Siapa dia? Cantik sekali," ucap karyawan,A.

"Sepertinya,dia itu anak dari pak Reinhard," jawab karyawan, B.

Zemora yang mendengar dirinya di bicarakan, hanya memasang wajah datar yang terkesan angkuh.

'Ternyata, orang cantik bisa membuat mata semua orang menjadi haus,' batin Zemora, kemudian melangkah memasuki lift.

Setelah lift terbuka, Zemora pun berjalan menuju ruangan ayahnya. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung membukanya dan di saat bersamaan, Arkhan juga membukanya dari dalam.

Sehingga tanpa sengaja mereka bertabrakan.

"Awww," Rintih Zemora, yang menabrak dada bidang Arkhan.

"Maaf Nona, saya tidak sengaja," Ucap Arkhan sembari berjongkok untuk memungut berkas yang berserakan saat bertabrakan tadi dengan Zemora.

Bukannya membantu, Zemora malah melangkah kan kakinya melewati Arkhan yang sedang membereskan berkas yang berserakan di lantai.

"Ayah," panggil Zemora.

"Kamu sudah datang sayang," jawab ayahnya yang mengalihkan tatapannya dari layar komputer ke arah putrinya.

"Iya Ayah, Ayah masih bekerja ya?" tanya Zemora dengan nada manja.

"Kamu tunggu sebentar ya, Ayah selesaikan ini dulu. Sedikit lagi, ok?"

"Ok Ayah," Ucap Zemora kemudian berjalan menuju sofa yang ada di dalam ruangan.

Zemora menyalakan TV untuk membunuh rasa bosan. Beberapa menit kemudian, Reinhard mematikan layar komputernya lalu berjalan menghampiri putrinya.

"Ayo, kita makan siang, Ayah sudah lapar sekali."

Zemora yang mendengar suara ayahnya, segera mematikan TV kemudian berdiri.

"Sudah selesai?" tanya Zemora.

"Sudah Sayang, kita makan siang sekarang?" tanya Reinhard pada putrinya, yang di balas anggukan oleh Zemora.

Reinhard tersenyum manis melihat tingkah putri kesayangannya yang menggemaskan, namun detik berikutnya, Reinhard memicingkan mata saat melihat pakaian yang di gunakan oleh Zemora.

"Apa ini?" Tanya Reinhard dengan tajam, serta  telunjuknya yang bergerak naik turun.

"Ini baju Ayah, kan Ayah yang menyuruhku untuk memakai pakaian tertutup," Jelas Zemora pada sang ayah.

"Ini yang kamu bilang tertutup? Bagian mananya yang tertutup?" Reinhard menggeleng kan kepala melihat pakaian putrinya, yang katanya tertutup.

"Iya Ayah, di antara semua baju Mora, hanya ini yang sangat tertutup."

"Ini bukan tertutup tapi terekspos, kenapa kamu begitu senang mempertontonkan tubuh mu di depan banyak orang?" Lirih ayahnya.

Saat Zemora berniat menjawab, pintu lebih dulu diketuk dari luar, di detik berikutnya pintu pun terbuka, dan menampilkan sosok Arkhan.

"Maaf Pak, ini laporan yang bapak minta tadi," Ucap Arkhan.

"Letakkan saja di atas meja."

Setelah meletakkan berkas yang di minta oleh Reinhard, Arkhan segera keluar dari ruangan.

Namun, saat Arkhan menyentuh gagang pintu, tiba-tiba Reinhard memanggilnya dari arah belakang.

"Arkhan, apa kamu sudah makan siang?" tanya Reinhard.

"Belum Pak, ini saya baru mau ke kantin untuk makan siang," Jawab Arkhan dengan sangat sopan.

"Baiklah, kalau begitu makan siang lah bersama kami," tawar Reinhard, berharap Arkhan akan menerima ajakannya.

"M-maaf Pak, tapi saya tidak bisa, saya tidak enak dengan karyawan  yang lain" Tolak Arkhan dengan halus.

"Saya tidak menerima bantahan dan juga alasan kamu," Tegas Reinhard.

"S-saya tidak enak dengan Nona Zemora."

Zemora yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas.

"Sayang kamu tidak keberatan kan kalau kita makan siang bersama dengan Arkhan?"

"Hm...terserah Ayah," jawab Zemora kemudian, iya melangkah lebih dulu meninggalkan ruangan kerja milik ayahnya.

Reinhard hanya  menghembuskan nafas berat saat mendengar jawaban dari putri tercintanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status