Share

MY WIFE IS A BITCH
MY WIFE IS A BITCH
Author: Rha_Nia

Bab1: Zemora Havensky

Dentuman musik DJ begitu memekakkan telinga, namun hal itu tidak berpengaruh apa pun pada seorang wanita yang begitu cantik dan memakai pakaian yang serba kekurangan bahan.

Wanita yang memiliki mata coklat, hidung mancung dan bibir tipis, serta tubuh padat berisi, yang mampu membuat siapa saja yang melihat nya akan terpesona. 

Wanita tersebut tak lain ialah Zemora Havensky, wanita blasteran Jerman Indonesia tersebut sangat menyukai pekerjaan yang sudah hampir lima bulan ini dia kerjakan, yaitu menjadi wanita malam.

Di saat para wanita di luaran sana berlomba-lomba untuk menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan besar, maka berbeda pula dengan Zemora yang bahkan dengan senang hati memilih pekerjaan tersebut.

Sebenarnya, pekerjaan nya itu sangat tentang oleh ayahnya, tuan Reinhard Havensky. Namun, tuan Reinhard pun tidak bisa menghentikan putri semata wayangnya, sebab ia tahu mengapa putri nya bertingkah seperti itu.

Mulai dari kematian ibunya, bahkan pengkhianatan yang di lakukan oleh sang kekasih, membuat hidupnya jadi frustasi. Zemora bisa keluar dari keterpurukannya itu berkat bantuan dari sahabatnya, Sisca.

Sisca yang tidak tega melihat Zemora menderita, pun berinisiatif menawarinya pekerjaan.Dan hasilnya, Zemora sangat menyukai pekerjaannya.

Sebenarnya jika di lihat dari segi kekayaan, Zemora bukanlah orang miskin, Zemora terlahir dari keluarga konglomerat. Namun, setelah kepergian ibu tercintanya, membuat dirinya lebih memilih kehidupan luar.

"Ra, kamu serius, nggak tertekan sama sekali dengan pekerjaan ini?" tanya Sisca setelah menyesap minuman berwarna merah.

"Enggak sama sekali, bahkan aku sudah bertekad, tidak akan pernah berhenti dari  pekerjaan ku," seru Zemora, dengan lantang.

Sisca hanya menepuk jidat saat mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Terus, kalau misalkan nanti kamu udah nikah, gimana, pasti suami kamu akan melarang kamu."

Zemora memutar bola mata malas saat mendengar ucapan Sisca.

"Sisca ku tersayang, sepertinya kamu harus mendengar ini deh, dari aku. Sampai kapan pun tidak akan ada yang namanya pernikahan dalam hidupku, aku tidak mau hidupku di kekang oleh seorang suami. Jadi, aku tidak akan mau menikah," ucap Zemora.

Setelah berucap, Zemora pun menenggak minuman yang sama, kemudian ia beranjak dari duduknya.

"Kamu mau kemana, Mora?" tanya Sisca.

"Aku mau pulang, udah ngantuk, udah capek juga."

"Cepat amat."

"Cepat dari mana coba, ini udah jam empat subuh," ucap Zemora dengan menepuk jidat Sisca.

"Apa! Jam empat? berarti kita udah lama dong di sini." Sisca berucap dengan nada terkejut.

"Hm, sepertinya begitu, yaudah byee," ucap Zemora kemudian berlalu meninggalkan Sisca.

Tapi, belum beberapa langkah, Zemora kembali berhenti saat mendengar namanya di panggil.

"Mora ...tunggu," panggil Sisca, kemudian berlari mengejar Zemora.

"Ish, apa lagi sih, kamu mau tidur di sini?" tanya Zemora, yang mulai kesal.

"Antar aku pulang ya," mohon Sisca dengan menyatukan kedua tangan nya.

"Gila, mobil kamu kemana?"

"Mobil aku di ambil tadi sama mama aku," ucap Sisca dengan wajah menyedihkannya.

Zemora menghembuskan napas dengan kasar.

"Hhuufff, baiklah."

Mereka berdua pun melangkah keluar meninggalkan Club.

Saat berada di luar, Zemora pun berjalan menghampiri mobil nya, setelah memastikan bahwa Sisca telah duduk dengan nyaman, Zemora pun melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Sisca yang tak terbiasa dengan laju mobil yang cukup tinggi, membuat nya berteriak ketakutan. Beda halnya dengan Zemora, yang memang tidak pernah mengemudikan mobil dengan kecepatan rendah.

"Aaaa...Mora, bisa pelan-pelan gak sih, aku belum mau mati!" seru Sisca.

"Memangnya, yang menyuruh kamu mati, itu siapa?"

"T-tapi, kalau lajunya sekencang ini, kita bisa kecelakaan. Please, Mora aku gak mau mati muda, aku masih punya banyak impian yang belum aku wujudkan."

"Memangnya kamu pikir, aku mau kecelakaan? Aku udah mau mati? Ya enggak lah, lebay banget jadi orang."

"Terserah, kamu mau ngomong apa, yang penting kurangi kecepatannya ya," mohon Sisca, dengan mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Enggak, kalau kamu takut, tutup mata, ini bentar lagi udah sampai."

Tanpa menjawab lagi, Sisca segera menutup matanya, dan berdo'a dalam hati, agar dia pulang dengan selamat.

Setelah menempuh perjalanan sepuluh menit, yang jika di lalui dengan kecepatan sedang, akan memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Akhirnya mereka pun tiba di rumah Sisca, Sisca yang merasakan mobil Zemora sudah berhenti pun segera membuka mata.

"Sudah sampai, ya tuhan, Terima kasih, karna kau telah mengabulkan do'a ku," ucap Sisca dengan kedua tangan yang terangkat, layaknya orang yang benar-benar berdo'a.

"Lebay amat sih jadi orang, emang yang mau kecelakan di jalan itu siapa? Gak jelas banget sih."

Sisca yang mendengar nya hanya tersenyum.

"Yaudah, kalau begitu, aku masuk dulu ya. Thanks untuk tumpangannya."

"Yaelah, cuma numpang antar doang, udah seperti itu, gimana kalau numpang tinggal di rumah aku ya?"

"Hahaha...bisa aja kamu, ok, kalau begitu byee."

"Byee," ucap Zemora singkat.

Saat Sisca sudah memasuki rumahnya, Zemora pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang seperti biasanya.

Kurang lebih sepuluh menit melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, akhirnya Zemora tiba di rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya dengan baik, Zemora pun melangkah memasuki rumahnya yang terlihat seperti istana.

Saat berada di dalam, Zemora hanya mendapati kondisi rumah yang masih sepi. Sebab jam masih menunjukkan angka empat.

Akhirnya, Zemora pun melangkahkan kakinya menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Di dalam kamar, Zemora meletakkan kunci mobil di atas nakas, lalu melempar tas nya ke sembarang tempat.

Kemudian, Zemora melangkah memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia lalu keluar dari kamar mandi kemudian melangkah menuju walk in closet yang berada di lantai tiga.

Ya, kamar Zemora yang berada di lantai dua memiliki pintu penghubung, yang menghubungkan lantai dua dan lantai tiga. Zemora yang merupakan putri satu-satunya dari Reinhard Havensky dan Anlika Havensky itu selalu di manja.

Semua keinginan Zemora pasti akan penuhi oleh sang ayah, hanya ayah, sebab  ibunda tercinta sudah lebih dulu pergi meninggalkannya, saat ia masih berusia dua belas tahun.

_ _ _ _ _ _                                           _ _ _ _ _ _

Saat pagi menjelang, Zemora yang melihat ayahnya di meja makan pun berniat untuk menghampiri nya.

"Pagi Ayah," Sapa Zemora.

"Pagi kesayangannya ayah."

"Ayah mau ke kantor?" 

"Iya, ada rapat pagi ini," jawab Reinhard. "Kamu baru pulang?" lanjut nya lagi.

"Iya Ayah," ucap Zemora sambil memakan makanannya.

"Sayang...kapan kamu keluar dari pekerjaan kamu? Apa kamu tidak bosan? Atau uang yang selama ini Ayah beri itu kurang?" tanya Reinhard dengan wajah sendu.

"Maaf Ayah, tapi sampai kapan pun Mora tidak akan pernah keluar dari pekerjaan Mora, dan soal uang yang Ayah berikan itu cukup bahkan sangat cukup," tutur Zemora.

"Tapi, Sayang-" belum sempat Reinhard melanjutkan ucapannya, Zemora lebih dulu memotongnya.

"Kumohon Ayah, Satu-satunya jalan yang bisa membawaku keluar dari kehidupanku yang hancur hanya pekerjaan ini. Jadi tolong, jangan melarang ku," mohon Zemora dengan menyatukan kedua tangannya.

"Baiklah, jika itu mau mu," ucap Reinhard sembari mengelus kepala Zemora dengan sayang.

Reinhard menghapus kristal bening yang meluncur dari pipinya secara diam-diam.

"Kalau begitu, ayah berangkat dulu ya." Reinhard mencium puncak kepala Zemora sebentar kemudian berdiri dan melangkah keluar menuju mobilnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Penalancip
Wish.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status