Share

Bab6: Rencana Zemora

Arkhan terdiam mendengar apa yang di inginkan oleh Reinhard. Ia ragu untuk menjawab, ingin menolak namun janji yang di ucapnya dulu terus saja terngiang-ngiang.

"Aku harap kau menepati janji yang pernah kau ucapkan dulu padaku."

Mendengar kembali kata-kata Reinhard membuat Arkhan semakin bingung, apakah ia akan menerima atau menolak.

Ingin menjawab, namun Zemora lebih dulu membuka suara.

"Mm...Ayah apa Mora boleh bicara berdua dengan Arkhan?"

Reinhard tersenyum sembari menganggukan kepala. Zemora yang mendapat persetujuan pun segera melangkah keluar yang di ikuti oleh Arkhan.

Mereka terus berjalan hingga tiba di kantin rumah sakit, setelah mereka berada di dalam Zemora segera mengambil tempat untuk duduk begitupun dengan Arkhan. Mereka duduk dengan saling berhadapan.

"Katakan padaku, apa kau akan menerima perjodohan ini?" tanya Zemora tanpa basa basi.

"Iya Nona." Arkhan menjawab dengan menunduk.

Mata Zemora terbelalak mendengar jawaban singkat dari Arkhan.

"Why? are you short of money? if so, tell me  much you want. Tapi tolong, tolak perjodohan ini."

"Maaf Nona, tapi saya tidak bisa." 

"Astaga, sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Zemora frustasi.

"Ada dua hal Nona." Arkhan menjeda ucapannya untuk menghirup oksigen, kemudian melanjutkan kembali ucapannya.

"Yang pertama, janjiku di masa lalu dan yang kedua, bisa saja ini adalah permintaan terakhir dari Tuan," jawab Arkhan mantap.

Seakan membenarkan ucapan Arkhan di poin kedua Zemora pun mengangguk, tetapi untuk poin pertama Zemora sama sekali tidak mengetahui apa-apa.

Merasa kehilangan akal untuk membuat alasan, Ia pun kembali memutar otak mencari cara agar Arkhan tidak menerima perjodohan ini.

Senyum misterius kini terbit dari bibir Zemora tanpa disadari oleh Arkhan. Merasa pembicaraannya dengan Arkhan akan membutuhkan waktu, Zemora pun memilih untuk memesan dua cangkir kopi.

"Ini untukmu, minumlah!" ucap Zemora dengan senyum yang dipaksakan, dan balas senyum tulus oleh Arkhan.

"Aku tidak tahu janji apa yang  kau ucapkan di masa lalu, sehingga kau ingin menerima perjodohan ini. Tapi mungkin setelah kau mendengar kebenarannya, aku tidak yakin kau akan tetap menerima perjodohan ini," ucap Zemora.

Kening Arkhan berkerut bingung, 'kebenaran? kebenaran tentang apa yang akan dia ungkapkan?' batin Arkhan bertanya-tanya.

Melihat wajah Arkhan yang dipenuhi tanda tanya membuat senyum mengembang di bibir Zemora.

"Kebenaran tentang apa Nona?" 

"Akan ku beri tahu! tapi sebelum itu apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?" jawab Zemora sekaligus bertanya.

"Silahkan, Nona!" Arkhan mempersilahkan Zemora untuk bertanya, sambil menyeruput kopi yang diberikan Zemora padanya.

Sebelum bertanya, Zemora juga memilih untuk meminum kopinya terlebih dahulu.

"Apa yang kau harapkan dari sebuah pernikahan?" tanya Zemora yang meletakkan kembali cangkirnya.

"Pertanyaan Nona sepertinya tidak perlu kujawab! sebab semua orang pun tahu, apa yang diharapkan dari sebuah pernikahan," tutur Arkhan.

Zemora tersenyum sinis.

"Apa kau mengharapkan kebahagiaan? mengharapkan cinta? Atau mengharapkan dirimu yang akan menjadi orang pertama untuk tubuhku?" tanya Zemora, masih dengan senyum sinisnya.

"Jika kau berharap semua itu akan kau dapatkan, maka kau harus mendengar ini. Aku sudah tidak seperti yang kau bayangkan, bukan hanya dengan satu lelaki tapi sudah banyak lelaki yang pernah menjadi teman tidurku," tutur Zemora yang membuat Arkhan menjadi keget.

"A-apa? J-jadi Nona!" tanya Arkhan kaget, bahkan ia sudah tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Kenapa! Apa kau kaget?" 

Arkhan tidak menjawab pertanyaan dari Zemora, pikirannya sibuk menerawang meresapi setiap kata yang diucapkan oleh Zemora.

"Jika kau belum mengerti maka akan ku perjelas, dengarkan baik-baik perkataanku. Aku bukan lagi seorang gadis, lebih tepatnya aku sudah tidak p*****n lagi! karena itu adalah pekerjaanku."

Masih setia dengan pikirannya yang melayang membuat Arkhan tetap diam, terlihat jelas dari raut wajahnya dia benar-benar shock.

Senyum tanda kemenangan kini terbit dari bibir indah Zemora, saat melihat Arkhan beranjak dari tempat duduknya dengan ekspresi yang begitu sulit untuk diartikan.

'Bagus! Sepertinya rencanaku berjalan dengan baik, tidak sia-sia aku mengatakan pekerjaan ku' batin Zemora berteriak senang.

Zemora tersenyum sepanjang koridor yang menuju keruangan ayahnya dirawat, setelah membayar dua cangkir kopi yang dipesannya tadi.

"Aku yakin, Arkhan tidak akan menerima perjodohan ini."

Zemora berucap dengan tangan yang membuka pintu ruang rawat ayahnya.

"Ayah!" sapa Zemora, masih dengan senyum yang begitu manis.

Tatapan Zemora beralih pada Arkhan yang juga menatapnya tanpa ekspresi.

"Jadi, apa kalian sudah memiliki keputusan?" tanya Reinhard yang sudah tidak sabar.

"Arkhan?" Reinhard beralih pada Arkhan setelah mendapat anggukan dari Zemora.

"Iya, Tuan! saya sudah mendapatkannya." 

Senyum yang dikeluarkan Zemora bertambah lebar, saat melihat raut wajah Arkhan. Namun detik berikutnya, senyum itu menjadi sirna.

"Katakan padaku, apa kau mau menerima permintaan ku?" 

Arkhan menundukkan kepalanya sejenak kemudian menghembuskan nafas dengan kasar, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang akan dia ambil adalah yang terbaik.

"Iya Tuan! saya menerima perjodohan ini, saya bersedia menjadi suami Nona Zemora, saya siap untuk membahagiakan nya, dan saya akan menjaga dan melindunginya." Arkhan berucap tegas dengan kepala terangkat, bahkan untuk pertama kalinya Arkhan menatap mata Atasannya.

Jawaban dari Arkhan disambut dengan senyum bahagia dari Reinhard, namun berbeda dengan Zemora yang terlihat begitu terkejut.

'Bagaimana bisa dia menerima perjodohan ini setelah mengetahui semuanya?' batin Zemora bertanya-tanya.

"Bagaimana dengan mu, Sayang!" kembali Reinhard menatap putrinya.

"Ayah, apakah Ayah lupa kalau Mora-" 

Belum sempat Zemora melanjutkan, perkataannya lebih dulu dipotong oleh ayahnya.

"Ayah mohon Nak, untuk kali ini saja penuhi permintaan Ayah," mohon Reinhard dengan tatapan sendu.

Baru saja  ia akan membantah, namun ucapan dokter Sam kembali melintas di benaknya. 'Menurut hasil laporan pemeriksaan menyatakan bahwa usia pak Reinhard sudah tidak lama lagi, mengingat kenker yang dideritanya sudah berada distadium lanjut.'

Mau tidak mau Zemora terpaksa menerima perjodohan ini.

"Iya Ayah! Mora menerima perjodohan ini," Ucap Zemora dengan wajah yang tidak bersahabat.

"Terima kasih Sayang, jadi kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?"

Pertanyaan dari Reinhard sukses membuat mereka saling pandang.

"Tunggu Ayah keluar dari rumah sakit dulu," ucap Zemora yang sedang berjalan kearah sofa untuk mengambil sling bag.

Kemudian ia berjalan kembali kearah ayahnya.

"Ayah, Mora keluar dulu ya!" ucapnya kemudian memeluk ayahnya.

"Kamu hati-hati ya sayang." Reinhard balas memeluk putrinya.

"Arkhan! Tolong jaga Ayahku."

Setelah berucap Zemora melenggang pergi meninggalkan ruangan ayahnya.

Mobil mewah yang digunakan Zemora melaju membelah jalan ibukota yang mulai terlihat padat, seperti biasa ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

"Oh SHIT, why do I have to get merried?"

"I really don't want merriage!"

"Bunda...! tolong Mora, Mora tidak tahu harus melakukan apa," sepanjang perjalanan Zemora terus saja mearacu tidak jelas, bahkan ia tidak bisa menahan air matanya.

Zemora melangkah memasuki Club yang sering ia datangi bersama sahabatnya, bukan hanya sering tapi pada dasarnya Club itu adalah miliknya. Namun tidak banyak yang mengetahui jika dia adalah pemilik Club tersebut, termasuk ayahnya sendiri.

Club malam yang dibangun oleh Zemora sama sekali tidak memiliki campur tangan dari ayahnya, uang yang ia gunakan adalah hasil dari kerja kerasnya beberapa bulan terakhir. Bukan hanya Club yang Zemora miliki, tapi ia diam-diam membeli rumah mewah tanpa sepengetahuan sang ayah.

"Mora..!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status