Share

Bab7: Pria Misterius

Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, Zemora melenggang memasuki Club. Tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikan dirinya sejak ia tiba tadi.

"Mora...!" teriak seseorang, yang tak lain ialah Sisca.

Sisca melambaikan tangannya saat Zemora menoleh, berharap Zemora akan menghapirinya. Tetapi, Zemora hanya menatap sekilas ke arah Sisca kemudian ia berjalan menuju salah satu sofa.

Merasa di abaikan Sisca pun beranjak turun dari pangkuan seorang laki-laki, kemudian  berjalan ke arah Zemora setelah ia memberi kecupan pada laki-laki yang bersamanya.

"Mora! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sangat kacau?" pekik Sisca saat melihat penampilan Zemora yang terlihat seperti orang frustasi.

Bukannya menjawab Zemora lebih memilih menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya, tak ada jawaban dari Zemora membuat Sisca berinisiatif untuk mengejutkan nya.

"Zemoraaaa...!" Teriak Sisca.

"Diiaaammm...!" Balas Zemora tak kalah kerasnya.

Sisca menatap tidak percaya mendengar teriakan dari Zemora.

"Kamu kenapa sih, Ra?" Tanya Sisca yang kini memegang pundak Zemora.

"Ish...bisa diam nggak sih!" Sungut Zemora yang kini kembali menenggak botol minuman yang ada di atas meja.

Mata Sisca membesar melihat Zemora sudah menghabiskan lima botol Wine, dan tinggal menghitung detik Zemora akan menghabiskan enam botol.

"Separah itukah beban yang kamu alami saat ini? Sehingga kamu mampu menghabiskan beberapa botol Wine dalam waktu sekejap." Sisca berucap dengan suara lirih, bahkan air matanya sudah mulai berjatuhan.

Zemora hanya menatap Sisca sesaat, kemudian kembali menghabiskan minumannya yang tinggal seteguk.

 Zemora kembali menatap Sisca "Aku bingung sis," Ucap Zemora.

"Bingung? Karena apa?" Sisca mengerutkan keningnya.

"Ayah memintaku untuk menikah." Zemora menjawab dengan mata terpejam.

"Loh! bukannya Ayah kamu sudah mengetahui, kalau kamu tidak ingin menikah!" 

"Iya...dari dulu pun Ayah sudah tahu itu, tapi Ayah tetap memintaku untuk menikah."

"Terus, kamu terima?" Sisca bertanya dengan mata memicing.

Zemora hanya membalas dengan anggukan.

"Bagus dong!" sahut Sisca tanpa dosa.

"Heuh, bagus dari mana coba," dengkus Zemora.

"Ya bagus, karena kamu akan menikah."

"Tapi sebenarnya aku nggak mau menikah."

"Maksud kamu gimana sih, kok aku jadi bingung!" ucap Sisca menggaruk kepalanya.

Zemora memutar bola matanya malas, lalu mulai menceritakan semuanya. Mulai dari pernyataan dari dokter Sam, hingga ke permintaan ayahnya untuk menikah.

"What! Aku turut bersedih ya," ungkap Sisca.

"Terus, kamu mau nikah sama siapa?" tanya Sisca lagi.

"Sekretaris Ayah," sahut Zemora dengan malas.

"Wow...seru dong," jawab Sisca antusias.

Ucapannya hanya di balas dengan tatapan datar oleh Zemora.

- - - - - -                                                  - - - - - -

Sementara itu di rumah sakit, Reinhard meminta Arkhan untuk mengurus keperluannya untuk keluar dari rumah sakit.

"Arkhan...aku ingin pulang besok, tolong kamu urus semuanya ya."

"Baik Tuan, apa adalagi yang Tuan butuhkan?" Arkhan bertanya dengan sopan.

"Ah, satu lagi! Jangan memanggilku Tuan. Panggil saja aku ayah, karena tidak lama lagi kau akan jadi menantuku. Mengerti?"

"Iya Tuan, eh maksudku iya Ayah."

Reinhard tersenyum puas mendengar jawaban dari calon menantunya. Sementara Arkhan yang melihat Reinhard tersenyum ikut bahagia.

"Ayah..saya tinggal sebentar ya!"

"Mau kemana?" 

Bukannya menjawab Reinhard malah bertanya balik.

"Saya belum makan dari tadi siang," jawab Arkhan dengan lembut.

Reinhard merasa bersalah mendengar jawaban dari Arkhan, bagaimana tidak Arkhan rela tidak makan demi mengurus dirinya.

"Maafkan ayah, karena ayah kamu jadi tidak memperhatikan dirimu," ucap Reinhard dengan wajah sendunya.

"Tidak, Ayah tidak salah. Kumohon berhentilah menyalahkan diri sendiri, ini adalah tanggung jawab ku."

"Baiklah Nak, pergilah."

Setelah mendapat persetujuan dari Reinhard, Arkhan pun berjalan keluar menuju kantin rumah sakit.

- - - - - -                                                 - - - - - -

Zemora sepertinya masih betah duduk berlama-lama meski jam sudah menunjukkan angka tiga, sementara Sisca sudah gelisah, ia merasa ada yang aneh.

"Ra, apa kau tidak merasakan sesuatu yang aneh?" 

Zemora mengangkat alis menatap sahabatnya dengan tatapan bertanya.

"Sesuatu yang aneh? Apa maksudmu!"

"Ssttt..." Sisca menaruh telunjuknya tepat di bibir. 

"Aku merasa ada yang sedang memperhatikan kita," jawab Sisca dengan setengah berbisik sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Mata Sisca terus saja menelusuri setiap sudut ruangan, sampai ia tidak sengaja menangkap sosok pria yang terlihat misterius.

Pria tersebut terus saja menatap ke arah mereka berdua, seakan sedang mengawasi mereka.

"Ra, Ayah kamu nggak ngirim mata-mata kan buat awasin kamu?" tanya Sisca memastikan.

"Buat apa Ayah ngirim mata-mata?" 

Tingkah laku Sisca semakin membuat Zemora penasaran.

"Kamu kenapa jadi aneh sih!" tannya nya kesal.

"Aduh...bisa nggak ngomong itu volume di kecilin?" ungkap Sisca. 

"Coba deh kamu lihat pria yang ada di belakang kamu, dia kok seperti lagi awasin kita!"

Tanpa banyak bertanya lagi Zemora segera berbalik, dan secara tidak sengaja mata mereka bertemu. Beberapa detik mereka saling menatap, sampai akhirnya Zemora memilih untuk berbalik.

"Sis...pulang yuk," pinta Zemora dengan wajah yang mulai memucat.

"Kamu kenapa, Ra?" panik sisca saat mendapati wajah pucat Zemora.

"Entahlah, aku hanya merasa ada yang aneh. Aku mau pulang saja." Zemora beranjak dari duduknya kemudian ia mulai melangkah keluar dengan cepat. 

Zemora tetap melangkahkan kakinya meskipun dengan keadaan yang begitu lemas, ia pun bingung saat menatap mata pria itu. Seakan pria misterius itu membawa aura negatif bagi Zemora.

Hanya mata yang dapat dilihat oleh Zemora, sebab pria misterius itu menggunakan penutup mulut.

Mobil yang dikendarai oleh Zemora melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi, sehingga tidak membutuhkan waktu lama bagi Zemora untuk cepat sampai di rumahnya.

Zemora berjalan tergesa-gesa memasuki rumahnya, sesampainya di dalam ia segera berlari menuju dapur. 

"Astaga Nona! Apa yang terjadi?" pekik salah satu pelayan yang ada di rumahnya. Saat melihat wajah pucat Zemora serta keringat yang bercucuran.

"Aku tidak apa-apa," jawabnya singkat kemudian meneguk air yang ada di dalam botol sampai tandas.

"Oh ya, kenapa Bibi bangun?" lanjutnya kemudian.

"Bibi mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, takut terjadi apa-apa! makanya Bibi bangun."

"Oh," 

Mendapat jawaban singkat dari Zemora membuat pelayannya kembali bertanya.

"Mm..kalau boleh tahu, kenapa Nona terlihat seperti orang ketakutan?"

Pertanyaan dari pelayanannya membuat Zemora kembali mengingat kejadian benerapa menit lalu.

"Ah, tidak apa-apa kok Bi, tadi aku hanya hampir menabrak sesuatu, tapi aku tidak tahu apa," bohong Zemora.

"Mungkin saja itu kucing."

Zemora tidak menjawab lagi, ia segera berdiri kemudian berjalan menuju kamarnya. Tanpa membersihkan tubuh terlebih dahulu, Zemora langsung merebahkan tubuhnya dan terlelap begitu saja.

Sementara diluar rumah, seseorang tengah berdiri menatap kediaman Zemora dengan seringai nya yang menakutkan.

"Kau kah itu Sayang? Lama tak bertemu membuatku rindu akan sentuhanmu." ucapnya dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari rumah Zemora.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ci panda
yah abiiiiis,penasaran sama lanjutannya (T-T ) kakak ada sosmed ga? aku pingin follow biar bisa keep up ama cerita2nya kakak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status