Share

Bab4: Terbongkar

Setelah mendapat panggilan dari sang ayah, dan juga telah mendapatkan bayarannya. Zemora segera keluar dari hotel. Saat berada diluar, ia melebarkan senyumnya ketika melihat mobilnya terparkir rapih.

“Hm, rupanya dia membawa mobilku kemari,” gumam Zemora yang berjalan menuju mobilnya.

Setelah berada di dalam mobil, Zemora segera melajukan mobilnya.

Mobil mewah yang digunakan Zemora melaju dengan kecepatan sedang, sebab jalanan sudah mulai di padati kendaraan.

“Oh SHIIT, ini kenapa harus macet sih,”gerutu Zemora.

Saat Zemora ingin kembali mengumpat, getaran dari ponselnya membuat ia terpaksa menahan umpatan itu.

Zemora mengerutkan kening saat matanya menatap layar ponsel.

‘Ayah! Ada apa ya? Tidak biasanya ayah menelfon ku berturut-turut begini,’ batin Zemora.

Tak ingin menebak dan membuat ayahnya menunggu jawaban, ia segera mengangkat telfon tersebut.

“Halo Ayah,” sapa Zemora.

“Halo sayang,” jawab Reinhard.

“Ayah kenapa? Tidak biasanya Ayah menelfon Mora berturut-turut begini,” tanya Zemora.

“Enggak kok Sayang, Ayah hanya ingin tahu apa kamu masih lama atau sudah hampir sampai!” ungkap Reinhard.

“Oh, ini Mora udah di jalan, tapi macet banget. Jadi, mungkin akan membutuhkan waktu untuk sampai,” jawab Zemora, sambil meletakkan ponsel sebab panggilan telah diputuskan oleh ayahnya.

'Ayah kenapa aneh begitu ya' batin Zemora bertanya-tanya.

Pusing memikirkan hal tersebut, Zemora akhirnya kembali menjalankan mobilnya saat melihat jalanan mulai terbuka.

Zemora melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil memutar musik favoritnya. Saat tiba dirumah, Zemora segera memarkirkan mobilnya kemudian melangkah memasuki rumahnya.

"Ayah, Mora udah pulang," Panggilnya sambil melangkah menuju sofa.

Lama ia menunggu jawaban, namun tak kunjung ia dapatkan, membuat Zemora melangkah menuju kamar ayahnya, berharap ayahnya berada di sana.

"Ayah...Ayah dimana?" panggil Zemora kembali, namun hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban.

Zemora berjalan menuju ruang kerja ayahnya, berharap sang ayah berada disana, akan tetapi ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ayahnya disana.

"Ayah kemana sih, bukannya dari tadi dia menelfon, menyuruhku datang. Tapi sekarang malah dia yang pergi," gerutu Zemora, sambil berjalan menuju dapur untuk menyegarkan tenggorokannya.

"Ayah kemana ya!" gumam Zemora.

Bertepatan dengan itu, seorang pelayanan menyapanya.

"Nona Zemora, Nona sudah pulang? Tuan dari tadi menunggu Nona," ucap pelayan itu dengan sopan.

"Iya aku baru saja pulang, apa kau melihat Ayahku?" jawab nya sekaligus bertanya.

"Apa Nona tidak tahu? setelah Tuan menelfon Nona, Tuan di bawa kerumah sakit."

"Apa! rumah sakit?" tanya Zemora dengan perasaan syok.

"Iya Nona." jawab pelayan tersebut.

"Apa keadaan Ayah parah?" tanya nya lagi.

"iya, bahkan Tuan tidak sadarkan diri," jawab nya.

"Lalu siapa yang membawanya ke rumah sakit?"

"Tuan besar di bawa oleh sekretarisnya."

"Baiklah kalau begitu, aku akan menyusul ayah kerumah sakit," ucap Zemora kemudian berlari menuju kamarnya, untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.

Setelah selesai, Zemora segera berlari menuju mobilnya, dan menjalankan nya dengan kecepatan yang tinggi.

Sepanjang perjalanan perasaan cemas selalu menghantuinya.

"Tuhan, semoga Ayah baik-baik saja," ucap Zemora.

Setibanya di sana, Zemora segera berlari memasuki rumah sakit tersebut. Setelah berada didalam, Zemora berjalan menuju resepsionis untuk menanyakan ruangan tempat ayahnya dirawat.

Bertepatan dengan itu, Arkhan memanggilnya dari belakang.

"Nona Zemora!" panggil Arkhan.

Mendengar namanya dipanggil, Zemora sontak berbalik. Saat mengetahui bahwa Arkhan lah yang memanggilnya Zemora segera berjalan kearah Arkhan.

"Dimana Ayahku?" tanya Zemora langsung.

"Tuan dirawat dilantai dua, mari Nona saya antarkan kesana," Jawab Arkhan dengan sopan, yang dibalas dengan anggukan dari Zemora.

Zemora dan Arkhan  pun berjalan bersama menuju lift, selama berada didalam lift mereka hanya diam, satupun tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan.

Setelah lift terbuka, mereka bergegas keluar. 

"Kenapa kau tidak memberitahu ku, kalau Ayahku dibawa kerumah sakit?" tanya Zemora.

"Maafkan saya Nona, tapi Tuan sudah tidak sadarkan diri," jawab Arkhan.

Tiba didepan ruangan, Arkhan segera membuka pintu untuk Zemora. Setelah pintu terbuka Zemora pun memasuki ruangan. Dapat Zemora lihat bahwa keadaan ayahnya tidak sedang baik-baik saja.

"AYAH...!" teriak Zemora yang berlari kearah ayahnya, dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Hiks...hikss, Ayah bangun," ucap Zemora yang disertai dengan isak tangis.

Dokter yang berada didalam ruangan itupun memanggil Zemora untuk membicarakan tentang penyakit yang diderita oleh ayahnya.

"Maaf Nona, silahkan ikut saya keruangan. Saya ingin membicarakan sesuatu," ucap dokter tersebut kemudian berlalu meninggalkan ruangan.

"Pergilah Nona, biar saya yang menjaga Tuan disini," ucap Arkhan.

"Baiklah," balas Zemora singkat.

Zemora kemudian berjalan keluar untuk menemui dokter yang memeriksa ayahnya.

Setelah berada di depan pintu, Zemora kemudian mengetuk pintu tersebut. 

"Masuk," ucap seseorang dari dalam.

Setelah mendapat izin, Zemora pun membuka pintu itu, kemudian melangkah masuk.

"Oh, Nona Zemora duduklah," ucap Dokter tersebut.

Tanpa pikir panjang, Zemora segera menarik kursi yang berada didepan dokter tersebut. Bisa Zemora lihat bahwa nama dokter itu adalah dokter Sammuel.

"Dokter cepat katakan apa yang terjadi pada Ayahku," ucap Zemora langsung pada intinya.

"Baiklah saya akan menjelaskan semuanya, tapi sebelum itu saya ingin bertanya, apa sebelumnya pak Reinhard tidak pernah menceritakan tentang penyakitnya?" tanya dokter Sam.

"Tidak Dok, memangnya  ayahku sakit apa?" tanya Zemora lagi.

"Begini, sebenarnya pak Reinhard mengidap penyakit Kanker darah, dan ini sudah stadium lanjut," jawab dokter Sam.

Bagai disambar petir, tubuh Zemora pun mendadak kaku. Jujur saja ia begitu syok mendengar bahwa ayahnya mengidap penyakit yang mematikan.

"K-kanker darah? D-dokter tidak bercanda kan?" tanya Zemora histeris, bahka dia sudah mengguncang tubuh dokter Sam.

"Iya Nona, dan menurut hasil laporan pemeriksaan, usia pak Reinhard tidak lama lagi," ucap dokter sam, kemudian menyerahkan amplop coklat yang berisi tentang hasil pemeriksaan Reinhard.

Zemora segera meraih amplop tersebut dengan perasaan yang tidak karuan.

"Apa ini dok?" tanya Zemora di sela-sela isak tangisnya.

"Itu semua hasil dari pemeriksaan yang menyatakan bahwan pak Reinhard mengidap penyakit kanker."

Tanpa pikir panjang, Zemora segera membuka amplop tersebut kemudian mengeluarkan isinya. Dapat Zemora lihat dengan jelas, isi dari amplop tersebut yang menyatakan bahwa ayahnya menderita penyakit kanker.

Perasaan hancur dan kecewa kini menjadi satu, Zemora benar-benar tidak menyangka bahwa ayahnya tega menyembunyikan hal sebesar ini darinya.

Merasa sudah tidak adalagi yang perlu dibahas, Zemora pun melangkah keluar meninggalkan ruangan dokter Sam.

"Bisa-bisanya Ayah menyembunyikan hal sebesar ini," ucap Zemora tiada henti.

Tiba didepan ruangan ayahnya, Zemora menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan nya, untuk menenangkan fikirannya.

Setelah merasa lebih baik Zemora pun mulai membuka pintu, tak lupa sebelum masuk ia menghapus sisa-sisa air matanya.

"Ayah," Panggi Zemora saat melihat ayahnya telah sadar.

"Sayang kemarilah," panggil Reinhard dengan suara yang begitu lemah.

Zemora segera berlari menghampiri ayahnya, dan menangis sejadi-jadinya.

"Ayah kenapa tega merahasiakan penyakit Ayah pada Mora," ucap Zemora di sela isak tangisnya.

"Maafkan Ayah sayang, Ayah tidak ingin kamu kepikiran," jawab Reinhard apa adanya.

"Tapi tidak harus seperti ini Ayah, hikss...hiks."

"Maafkan Ayah sayang," ulang Reinhard.

"A-ayah harus sembuh, Ayah tidak boleh meninggalkan Mora. Cukup Bunda yang pergi,  Ayah tidak boleh pergi. K-kalau Ayah pergi Mora sama siapa? Mora tidak ingin sendirian," tutur Zemora pada ayahnya.

"Iya sayang, Ayah akan berusaha melawan penyakit Ayah."

"Harus! Ayah sayang kan sama Mora?" tanya Zemora yang dibalas anggukan oleh Reinhard.

"Kalau Ayah sayang sama Mora, Ayah harus janji, Ayah tidak boleh  meninggalkan Mora. Ayah harus kuat Ayah harus sembuh," ucap Zemora memberi semangat pada Reinhard, meskipun Zemora tahu bahwa itu semua hanyalah kebohongan.

Arkhan yang menyaksikan kejadian tersebut tidak dapat menahan laju air matanya.

"Mora Sayang, Ayah ingin mengatakan sesuatu padamu," ucap Reinhard pada putrinya.

"Ada apa Ayah! Katatanlah," jawab Zemora yang sudah bisa menahan laju air matanya dan mengendalikan dirinya.

"Kamu adalah putri Ayah satu-satunya, hanya kamu yang Ayah punya didunia ini. Maafkan Ayah tidak bisa menjadi Ayah yang baik buat kamu -"

"Stop Ayah, jangan pernah berbicara seperti itu, bagi Mora! Ayah adalah Ayah terbaik didunia ini, apapun yang terjadi, Ayah adalah pahlawan ku. Jadi tolong jangan pernah berbicara seperti itu," papar Zemora.

Reinhard pun tersenyum penuh haru saat mendengar perkataan putrinya.

"Baiklah, tapi boleh ayah meminta sesuatu?" 

"Katakanlah, Apapun yang Ayah inginkan akan Mora penuhi."

"Apa kau serius?" tanya Reinhard memastikan.

"Iya Ayah, Mora serius," Jawab Zemora mantap.

"Ayah ingin kau bahagia sayang, Ayah ingin ada yang menjagamu selain Ayah," ucap Reinhard yang membuat Zemora mengerutkan kening.

"Maksud Ayah?" tanya Zemora bingung.

"Ayah ingin kamu menikah, Sayang."

Deg..

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status