Yuk, bantu vote ya kak biar makin ramai yang baca. Terima kasih, mampir juga di cerita saya yang lain: 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA. 2. KUNCI BRANKAS RAHASIA SUAMIKU.
Maaf, Aku Pantang Cerai 13"Al, bisakah ibu ikut denganmu?"Aku menatap tak percaya pada wanita yang tak punya malu itu. Setelah apa yang dia lakukan, masih bisa berharap tinggal denganku."Tentu saja ....tidak. Mana mungkin aku akan mengajak orang yang menghancurkan pernikahanku, kau bahkan rela menikahkan suamiku dengan wanita lain, sedangkan selama ini aku begitu berbakti padamu. Sudahlah aku rasa ini adalah terakhir kalinya kita bertemu, semoga ibu bahagia dengan keputusan yang sudah ibu ambil."Wanita itu terdiam tanpa bisa bicara. Setelah aku beri waktu semalam untuk tidur di rumah mas Wisnu, kini waktunya aku tinggalkan rumah anaknya yang akan disita Erlangga, hingga waktu mas Wisnu mendapat pencerahan.""Satu lagi Bu, sudah lama aku tak melihat Citra. Tolong jaga dia jangan sampai menjadi manusia gagal karena didikan ibu, cukup mas Wisnu saja yang hancur, jangan sampai Citra juga sama seperti saudara laki-lakinya."Aku segera pergi menaiki mobil kiriman Erlangga. Pria itu menu
MAAF, AKU PANTANG CERAI 14."Mau aku temani, Al?"Aku menarik napas panjang sembari menatap Erlangga. Setelah itu aku mengelengkan kepala, rasanya kasihan jika membuat mas Wisnu cemburu, karena melihat kedatanganku dengan Erlangga."Yakin kuat? Aku takut kau sedih lalu menangis saat melihat suamimu itu."Erlangga menatap ke arahku, seolah takut aku akan berubah pikiran saat bertemu mas Wisnu."Aku turun sekarang. Pergilah kalau masih ada urusan lain, ada pak Indra yang menemani aku menemui mas Wisnu."Aku segera turun dari mobil Erlangga. Namun pria itu menarik tanganku, lalu merapikan anak rambut yang menutupi keningku."Aku tunggu di sini. Masuklah, jangan menangis jika memang ingin mempertahankan pernikahanmu."Aku menarik napas lalu menganggukkan kepala. Erlangga benar, aku harus kuat demi mempertahankan keputusan berat ini, yaitu pantang cerai dengan suamiku."Mari masuk Bu Alea. Sebentar lagi petugas membawa saudara Wisnu keluar menemui kita."Aku mengangguk lalu menunduk menung
Maaf, Aku Pantang Cerai! (15)"Dek.""Allah!" Aku terpekik saat mendengar suara seorang pria dari kursi teras. Entah sejak kapan dia duduk di situ, aku menurunkan kedua tangan yang tadi melakukan pemanasan sebelum pergi lari pagi."Mas Wisnu? Sedang apa kau di situ?"Matahari belum juga terbit dengan sempurna tapi dia sudah berada di rumahku. Dia pasti berada di sini semalaman, aku menatap pagar yang terkunci lompat pagar hanya itu satu-satunya cara."Maafkan Mas Dek, mendengar kau tinggal di sini juga membuatku senang. Hingga tak bisa tidur jadi memilih datang menemui mu, tapi kau tak mendengar saat aku panggil, jadi terpaksa aku melompat pagar."Aku menarik napas saat mengingat kebodohanku. Bisa-bisanya percaya kalau pria ini akan semudah itu menerima, perjanjian yang aku buat dengannya."Jadi apa maumu, Mas? Bukankah kau setuju. Untuk hidup masing-masing, sampai aku bisa menerima perbuatanmu. Sayangnya kau sudah melanggar lagi janjimu.""Tunggu Dek, aku minta maaf. Jangan lakukan ap
Maaf, Aku Pantang Cerai! (16)"Mas Wisnu! Ibu!"Teriakan Citra memecah kesunyian pagi hari. Aku dan beberapa orang wanita yang sedang berbelanja terkejut mendengarnya. Gadis itu baru turun dari motor yang sepertinya ojek langsung berteriak memanggil saudara laki-lakinya dan sang ibu."Brengsek, dimana sih mereka."Brak ....Terdengar para ibu mengucap istighfar dan mengelus dada, saat melihat gadis itu menendang pintu rumah ibunya. Aku hanya tersenyum melihat perbuatannya."Sepertinya bakal ramai, aku rasa ini akan menjadi masalah yang panjang.""Mbak Alea bicara apa?"Aku mengelengkan kepala saat abang tukang sayur bertanya. Untunglah suaraku kecil, jadi dia tak mendengar apa yang aku ucapkan."Gak apa Bang. Tolong total semua belanjaan saya."Pria itu langsung menjumlahkan semua barang yang aku ambil. Setelah itu menyerahkan belanjaan dalam kantong plastik."Mbak Al, kalau boleh tau kau dan Wisnu sudah bercerai ya? Kenapa tak tinggal satu rumah lagi. Apa benar kata ibu mas Wisnu kala
Maaf, Aku Pantang Cerai! (22)"Al, ijinkan aku masuk. Ada yang ingin aku bicarakan!"Maya dan Erlangga menarik napas saat mendengar teriakan Wisnu. Kedua orang itu segera keluar dan meminta pak Jaja untuk mengijinkan Wisnu masuk."Ada apa lagi Mas? Aku rasa kau harus ingat isi perjanjian kita. Kalau tidak kita bisa akhiri semua ini di pengadilan agama saja, lama-lama muak juga aku melihat tingkah mu."Alea melipat tangan di depan dada. Sedangkan Erlangga hanya menatapnya, sembari menikmati pisang goreng dan bakwan buatan Alea, Wisnu menahan perih di hati saat melihat masakan istrinya dinikmati pria lain."Katakan padaku, Vidio apa yang kau berikan pada Citra? Kenapa dia jadi ingin bunuh diri?"Alea dan Erlangga saling pandang. Mungkin tak menyangka kalau gadis seperti Citra bisa bertekad untuk bunuh diri."Kau yakin dia mau bunuh diri Mas? Coba berikan pisau atau tali untuk gantung diri. Aku rasa dia tak akan berani melakukannya, soal Vidio kau bisa lihat langsung dari ponsel adikmu it
Maaf, Aku Pantang Cerai 18."Apa yang di katakan Alea, Nu? Kau sudah memberikan dia pelajaran kan? Ibu tak terima dengan apa yang dia lakukan pada adikmu Citra."Wisnu terduduk lemas. Baru saja kembali sang ibu langsung memberinya banyak pertanyaan, soal kunjungannya ke rumah Alea.Bayangan tentang kebersamaan sang istri, dengan sahabat baiknya membuat kecemburuan di hatinya semakin besar."Apa yang bisa aku lakukan Bu? Alea bahkan tak mau menunjukkan Vidio yang dia kirim ke Citra. Aku curiga itu sesuatu yang memalukan, makanya Citra menutupinya dari kita."Plak ....Wisnu terkejut mendapat tamparan dari sang ibu. Tatapannya nanar saat menatap wanita yang melahirkannya ke dunia ini."Dasar anak kurangajar. Kau bahkan mencurigai adikmu sendiri daripada perempuan sial yang kau nikahi itu, semua ini pasti ulah perempuan jalang yang begitu kau cintai itu.""Dia bukan perempuan Jalang, Bu!"Wisnu berteriak membuat sang ibu terkejut dan gemetar. Hal itu membuat Wisnu menyesal lalu berlari k
Maaf, Aku Pantang Cerai! 19.Wisnu mengelap keringat di keningnya. Dia duduk di bawah pohon dekat trotoar, sejak pagi dia berjalan untuk mencari kerjaan, tapi belum ada yang menerima lamarannya."Sulit sekali mencari kerja sekarang. Kalau terus begini, bagaimana aku bisa segera memiliki uang."Wisnu mulai mendesah, wajahnya sangat lelah begitu juga dengan hatinya. Apalagi sang ibu tak bisa di ajak kompromi, wanita itu berkeras mempertahankan perhiasannya. Lebih memilih menyimpan benda itu, daripada menjual untuk membantu kehidupan mereka yang semakin sulit."Dek maafkan aku. Apakah semua masalah ini karena aku menyakiti hatimu?"Wisnu menyeka airmatanya, ada perih di hati ketika mengingat Alea. Entah apa yang sedang wanita itu lakukan sekarang, rindu mengebu tapi dia malu untuk menemui wanita yang masih sah menjadi istrinya."Setidaknya kau tak ikut merasakan hidup susah bersamaku Al. Walaupun itu terasa tak adil, bukankah pasangan suami-istri itu harus berbagi susah-senang bersama, t
Maaf, Aku Pantang Cerai! (20)"Kau tak usah banyak bicara, Nu. Selagi tak bisa memberi ibu uang, jangan ikut campur urusan ibu. Untuk saat ini Alea hidup dengan senang saatnya dia balas budi.""Budi apa yang kita tebar padanya, Bu? Jangan lupa rasa sakit yang dia terima selama ini, kalau ibu tak malu aku yang merasa malu padanya Bu."Wisnu sudah kehabisan kesabaran pada sang ibu. Sejak semalam dia berusaha menyadarkan wanita itu namun hasilnya nol besar, justru dia yang harus menerima kemarahan dan juga hinaan sang ibu."Sudahlah Mas, kau diam saja. Lebih baik pergi cari kerja, soal makan biar aku dan ibu yang mengurusnya. Ingat kau harus pulang membawa uang, jangan enak-enakan numpang hidup pada ibu."Plak ...."Wisnu!"Terdengar teriakan sang ibu, setelah melihat Wisnu menampar Citra. Pria itu tak menyangka akan merasakan mulut pedas adik kandungnya."Kurangajar tak tau diri. Apa kau lupa kalau selama ini kau sudah seperti lintah dalam hidupku, sekarang dengan kurang ajarnya kau bil