Beranda / Rumah Tangga / Maaf, Aku Pantang CERAI! / Keributan di Rumah Ibu Mertua

Share

Keributan di Rumah Ibu Mertua

Penulis: Winarsih_wina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-17 09:44:21

Maaf, Aku Pantang Cerai! (8)

Waktu pulang dari kantor Wisnu, saat berada gak jauh dari rumah mertuanya. Alea pura-pura terkejut melihat kerumunan di depan rumah mertuanya.

"Mas ada apa di rumah ibumu? Lihat! Banyak warga berdatangan ke sana. Cepat, mas! Siapa tau terjadi sesuatu pada ibu."

Aku meminta mas Wisnu melajukan mobil menuju ke rumah ibunya setelah urusan di kantornya telah selesai. Wajah suamiku terlihat sangat gugup mendengar ucapanku.

"Wajahmu kenapa begitu, Mas? Apa ada yang kau tutupi dariku?"

Mas Wisnu terlihat buru-buru mengelengkan kepala. Sepertinya, dia takut aku mengetahui rahasianya.

"Sudahlah, aku turun di sini saja. Kau cari tempat parkir, Mas. Jangan sampai mobil ini lecet karena baru lunas."

Meski mobil belum berhenti dengan sempurna, aku langsung lompat keluar. Bukan karena mencemaskan ibu mertua, tapi aku tak sabar untuk melihat kejadian di depan sana.

"Dasar lonte sialan, berani sekali kau mengoda suamiku!"

Plak! Plak! Plak!

Aku meringis sembari memegangi pipi. Wanita itu yang di tampar, tapi aku ikut merasa perihnya.

"Sudah cukup, Suri. Dia wanita baik-baik, tak mungkin mengoda suamimu yang pengangguran itu. Cukup! Lepaskan rambutnya sekarang! Kalau tidak, aku akan menghajarmu."

Plak!

Kali ini, ibu mertua yang mendapat tamparan dari wanita bertubuh tambun itu. Terlihat, ibu menyeka sudut bibirnya yang berdarah, tapi Bu Suri tetangga depan rumah ibu itu belum selesai. Dia kembali memukuli dan menarik rambut wanita yang akan ibu jadikan menantu, aku tersenyum melihat wajahnya yang sudah babak belur.

"Mas, tolong aku! Wanita gila itu memukuli aku dan juga memukul ibu. Pasti, ada orang yang menyuruhnya," ucap wanita pilihan ibu mas wisnu pada suamiku. Kemudian, dia melihat ke arahku dan berteriak kesetanan, " Dia! Pasti, dia yang menyuruh wanita gila itu untuk memukulku, mas!"

Wanita itu menuduhku lalu menghina Bu Suri. Jelas, membuat wanita gemuk itu semakin marah. Bu Suri melihatku lalu meminta untuk tidak ikut campur. Sedangkan mas Wisnu, terlihat kikuk saat aku pandangi.

"Jangan ikut campur, Al. Biar ibu yang mengurus jalang kecil ini. Selain mengoda suamiku, dia juga mau mengoda suamimu ternyata. Hai jalang, lepaskan Wisnu--dia juga suami orang," ucap Bu Suri terlihat muak.

Kembali kedua wanita itu saling jambak dan saling pukul. Ibu tak mau tinggal diam, dia ikut membantu calon menantunya.

"Jangan ikut campur, Wisnu Sukardi. Jelaskan apa hubunganmu dengan wanita itu? Ingat, jawabanmu akan menentukan masa depan yang telah kau perjuangkan selama ini. Kalau ternyata kau sudah menikahinya, maka bersiaplah aku hancurkan." Ucapanku menghentikan Mas Wisnu yang terlihat ingin melerai mereka semua.

Kini, Mas Wisnu tak berani bersuara. Dia terlihat berpikir, namun sebelum dia menjawab, ibunya sudah jatuh terkapar di tanah.

"Ibu!" Semua orang terkejut mendengar teriakan Mas Wisnu. Namun, tak ada yang berusaha membantu pria itu untuk menolong ibunya. Bersusah payah dia mengangkat ibunya dan membawanya masuk ke rumah.

"Alea, tolong ambilkan air minum buat ibu. Cepat! Dia sudah mau pingsan."

Aku menatap wajah ibu yang terlihat pucat, tapi sayang aku tak merasa iba sama sekali. Aku memilih berbalik pergi menuju ke rumahku.

"Maaf, bukan urusanku. Bukankah, ada wanita itu yang bisa melayaninya? Aku capek, Mas. Aku mau istirahat. Setelah selesai, kau lekas pulang. Mas, kau berhutang penjelasan padaku."

Mas Wisnu terpaku menatap kepergianku. Dia bahkan tak bersuara saat aku mengambil kunci mobil dari kantong bajunya. Aku rasa dia tak membutuhkan mobilnya. Kalau perlu mobil, ada kok punya perempuan itu.

"Menantu sialan, kau pasti senang melihat semua ini! Aku yakin kau pelaku yang membuat masalah ini terjadi," teriak wanita tua yang katanya hampir pingsan tadi.

Aku menghentikan langkah lalu kembali menatap ibu mas Wisnu. Dalam keadaan begini, masih bisa dia menuduh? Yah, walau tuduhannya memang benar sih.

"Aku senang ibu bisa menebaknya dengan benar. Sayangnya, ibu tak tau, bagaimana hidup kalian jika tanpa aku, kan? Sekarang saja, Ibu sampai kehilangan akal untuk memisahkan aku dan mas Wisnu. Jika begitu penasaran dengan rasanya, mungkin bisa mulai menikahkan mas Wisnu sekarang juga dengan wanita pilihan ibu, maka aku pastikan ibu akan kembali menjadi tukang cuci baju keliling."

"Cukup Alea!" Mas Wisnu berteriak, namun dia segera menunduk begitu aku menatap wajahnya. Berani juga dia berteriak? Sudah punya nyali rupanya?

"Apa kau ingin membuktikan kebenaran ucapanku, Mas? Agar, kau dan ibumu bisa berpikir dulu sebelum bertindak?" Tanpa sadar, mataku berkaca-kaca.

Mas Wisnu terkejut. Dia seketika mengelengkan kepala, sedangkan ibunya terlihat sangat marah pada anak lelakinya.

"Kau jangan menjadi pria bodoh, Nu. Bisa-bisanya, kau takut pada istri bodohmu itu? Ceraikan dia sekarang! Bukankah rumah dan mobil itu atas namamu? Ibu ingin tau apa yang bisa dia lakukan, selain jual diri jika berpisah denganmu."

Aku kembali melangkah mendekati mas Wisnu. Sepertinya, dia butuh dukungan dariku untuk mengikuti permintaan ibunya. Dia harus lihat wajah sebenarnya dari ibu yang dikasihinya itu.

"Bagaimana, Mas? Sudah siap kehilangan segalanya, termasuk aku?"

Mas Wisnu diam. Dia mengelengkan kepala lagi lalu membawaku pergi. Sedang ibunya, dia titipkan pada wanita itu.

"Mas, ibu sedang sakit. Bisa-bisanya kau memilih pergi bersama istrimu, apa kau tak kasihan pada ibu Mas?" pancingku lagi.

Aku menatap mas Wisnu. Entah apa yang dia pikirkan, hanya saja wajahnya terlihat datar, hingga aku tak bisa menebaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Ending.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Membuka Rahasia Kelam Masa Lalu.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Hubungan Jennie Dan Aino

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Siapa sebenarnya wanita itu.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Gadis itu Jennie?

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Lepas Tangan Dengan Urusan Mantan Mertua.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status