Share

Mengancam Wisnu

Author: Winarsih_wina
last update Last Updated: 2022-10-17 09:45:24

Maaf, Aku Pantang Cerai! (9)

Pada sore harinya pak RT akhirnya datang, untuk menanyakan soal kejadian tadi siang di rumah ibu mas Wisnu.

"Saya minta maaf karena baru tau soal kejadian tadi siang. Saya sedang ada urusan dengan pak lurah. Pulang-pulang, saya mendapat kabar kalau terjadi keributan di wilayah ini. Sekarang, saya ingin bertanya dengan Mas Wisnu dan Mbak Alea. Ada masalah apa tadi siang? Wanita di rumah mertua Mbak Alea siapa? Tak ada laporan sama sekali mengenai tamu yang baru datang."

Aku menatap pak RT dan mas Wisnu bergantian. Rasanya, kesal melihat suamiku yang hanya diam. Dia diam saja, sehingga pertanyaan Pak RT tak terjawab sama sekali--sama seperti pertanyaanku tadi siang.

"Silakan tanya langsung sama anak pemilik Rumah yang di tempati wanita itu Pak RT. Saya juga belum mendapat jawaban dari mas Wisnu, soal wanita yang ada di rumah ibunya dan membuat onar di wilayah ini," ujar ku pelan.

"Siapa yang membuat onar Al? Aku rasa itu hanya salah paham. Kau kan tau siapa Bu Suri, cemburuan walau suaminya jelas pria tak berguna." Ucap Mas Wisnu lagi.

"Dia tak berguna karena pengangguran kan Mas. Dengar kalau kau tak segera cerita siapa wanita itu, aku pastikan kau akan segera jadi pengangguran juga, agar tau rasanya jadi orang tak berguna seperti suami Bu Suri."

Aku menatap tajam mas Wisnu, tak peduli meski pak RT terlihat tak enak hati saat melihat kami bertengkar.

"Mana aku tau siapa wanita itu, Al? Ibu hanya bilang dia temannya Citra, baru datang ke kota ini daripada kosong kamarku itu lebih baik disewakan."

Wah, pintar sekali mas Wisnu mendapatkan jawaban sebagus itu! Apa dia diam sejak tadi untuk memikirkan alasan ini? Sialnya, alasan itu sangat masuk akal.

"Kalau begitu, sebaiknya lapor dulu Mas. Jadi, tak menjadi tamu yang meresahkan. Besok, minta wanita itu melapor bersama Bu Tika. Sekarang, saya permisi masih ada urusan lain. Soal kejadian dengan Bu Suri, silakan selesaikan dengan damai secepatnya."

Aku kembali menatap mas Wisnu setelah mengantar pak RT. Aku masih geram dengan suamiku yang pandai mencari alasan, tapi dia tak tau kalau aku jauh lebih pintar darinya.

"Al, mas mau bicara soal perbuatanmu tadi. Apa kau tau kalau sikapmu itu bisa membuat ibu semakin marah pada kita? Cobalah, mengalah pada ibu sekali-kali, Al. Agar pernikahan kita tenang seperti dulu."

Mendengar ucapan mas Wisnu, aku memilih duduk di depan tak lagi di sampingnya. Aku ingin melihat wajahnya yang tak merasa berdosa sama sekali.

"Sepertinya, kau lupa, Mas. Ibu tak akan pernah tenang selama kita masih menjadi suami-istri. Apalagi, jika kau menolak menikah lagi. Jadi ingat perkataanku ini, kalau ibumu tiba-tiba baik padaku, maka dapat dipastikan kau menuruti permintaan ibumu. Artinya, bersiaplah kembali menjadi seperti awal menikah dulu."

"Al, tolong jangan terus mengancam seperti itu. Benar kalau semua yang aku miliki karena kebaikan Erlangga. Tapi, kau tak perlu selalu mengingatkan soal itu terus lama-lama, aku bosan mendengarnya." Ucap mas Wisnu ketus.

"Bosan kau bilang? Coba ingat sekali lagi, sejak kapan aku mengingatkan tentang itu? Pastinya, sejak kau bertingkah mencurigakan. Sudahlah, Mas! Aku muak menjadi wanita bodoh di depan ibumu. Jadi, mulai besok aku akan mulai bekerja agar tak selalu direndahkan. Siapa tau, kalau aku kehabisan kesabaran, bisa langsung mengugat cerai dirimu."

Aku langsung meninggalkan mas Wisnu. Aku akan berjuang mempertahankan pernikahan ini selama dia belum benar-benar menyentuh wanita itu.

"Jangan begitu, Al! Aku tak akan mau bercerai denganmu. Jadi, jangan bermimpi kau akan bersatu dengan Erlangga. Itu tak akan pernah terjadi."

Aku berhenti melangkah setelah mendengar ucapan mas Wisnu. Kenapa jadi aku dan Erlangga yang jadi tertuduh? Wah, sudah jadi orang yang merasa teraniaya dia?

"Kita buktikan saja, Mas. Kau atau aku yang akan ketahuan pada akhirnya? Ingat saja di kepalamu, apa yang akan terjadi kalau kau yang bersalah."

Aku kembali menuju ke kamar, membanting pintu dan menguncinya.

"Al, maaf Al. Dengar penjelasan Mas dulu!"

Tak peduli meski mas Wisnu terus mengetuk seperti orang gila, aku pastikan malam ini dia tak akan bisa tidur dengan nyenyak!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Ending.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Membuka Rahasia Kelam Masa Lalu.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Hubungan Jennie Dan Aino

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Siapa sebenarnya wanita itu.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Gadis itu Jennie?

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale

  • Maaf, Aku Pantang CERAI!   Lepas Tangan Dengan Urusan Mantan Mertua.

    Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status