Share

1. Selamat Tinggal

Author: NadraMahya
last update Huling Na-update: 2023-10-07 16:38:13

'Ketika sebuah perpisahan terasa sangat manis, mampukah kau melepaskan tanpa rasa sakit?'

*****

Bali 1992.

Deburan ombak dibibir pantai Kuta,Bali terasa seperti irama indah untuk sepasang kekasih yang tengah melepas rindu. Netra coklat terang itu berbinar malu, saat satu kecupan dia dapatkan. Mereka sedang duduk di atas pasir,  sambil Pria itu memeluk kekasihnya dari belakang.

Ini bukan ciuman pertama mereka, meski memang di tempat yang sama. Namun, rasanya masih begitu malu dan desiran aneh selalu mereka berdua rasakan jika sudah bersama seperti ini. Begitu memabukkan, dan ingin terus mengulanginya.

Pria itu memakaikan sebuah kalung yang dia beli di Sydney. Kalung itu ia pesan khusus untuk kekasihnya, liontin hati bermatakan berlian. Dia ingin cinta mereka abadi seperti sinar berlian yang tidak pernah pudar, meski umurnya sudah ribuan tahun. Dia tersenyum ketika pemberiannya itu terlihat sangat indah dipakai oleh kekasihnya. Namanya Noah Oliver, wajahnya tampan dengan khas darah campuran yang terlihat jelas ketika orang melihatnya. Bahkan saat di Bali, orang-orang mengiranya seorang wisatawan.

Ibunya adalah penduduk Kota Bali yang indah, sementara ayahnya warga negara asing, berasal dari Melbourne yang bekerja di Jakarta, hingga sekarang dia dan keluarganya menetap di Jakarta. Dia ke Australia hanya karena urusan pekerjaan saja.

Mengendarai mobil yang sangat populer Mazda Astina 323 berwarna merah, Noah Oliver menjemput kekasihnya dirumah wanita itu, kemudian mereka memilih pantai untuk tempat berkencan mereka. Seperti dulu, mereka pertama bertemu.

Noah dan Gilsha sudah berpacaran selama empat tahun, dan satu tahun terakhir harus berhubungan jarak jauh. Semua tidak lain karena Noah ada pekerjaan di Sydney. Sementara Gilsha juga hijrah ke Jakarta, dia ingin lebih sukses lagi menjadi seorang bintang dilayar kaca.

"Ku pikir kau tidak akan kembali ke Bali," kata Noah sambil terus memainkan hujung rambut Gilsha. Bagi Noah, kali ini kekasihnya itu terlihat berbeda, wajahnya murung padahal mereka baru bertemu. "Sayang, kamu kenapa?" Noah menarik wajah Gilsha untuk menatapnya.

"Tidak ada...aku hanya sangat merindukan mu." Gilsha memeluk erat tubuh Noah.

"Kamu memikirkan hubungan kita ya? Jangan khawatir, aku akan...."

"Noah maukah kamu menikahiku?" pertanyaan itu membuat Noah bungkam, dia tidak menduga jika ini yang akan dipikirkan oleh Gilsha sekarang.

"Kita akan menikah, aku akan datang melamar kamu. Namun, tidak sekarang karena aku baru mulai memegang usaha keluargaku. Setelah semua berjalan lancar, aku berjanji akan segera melamar kamu." Gilsha mengangguk sambil memberikan senyuman terpaksa.

Dia berharap agar Noah mengerti kegundahan di hatinya ini, tapi ternyata harapannya pupus begitu saja. Gilsha membuka kemeja flanel yang dia gunakan untuk menutupi kaos putih yang membentuk tubuhnya itu. "Aku akan menetap di Jakarta, tapi orang tuaku ingin ada seorang Pria yang bisa menjaga  pergaulanku. Ku pikir akan lebih baik, kalau orang itu adalah kamu."

"Gilsha, kamu tahu aku juga belum pasti kapan kembali ke Jakarta. Urusanku di Sydney masih banyak."

"Ya, aku mengerti. Jadi mungkin lebih baik kita akhiri saja hubungan ini."

"Sayang...kenapa berbicara seperti itu?"

"Karena bukan hanya kamu saja yang ingin maju dan berkembang Noah. Aku juga memiliki impian, orang tuaku setuju jika menikah sekarang. Aku yakin juga orang tuamu setuju, bukankah mereka pernah mendesak kita agar segera menikah?! Jika memang kamu tidak mau menikahi ku saat ini, aku mengerti. Ku harap juga kamu mau mengerti keputusan ku."

Percuma dia meminta Noah menikahinya, dia sudah bertanya dan semua keputusan ada pada Noah. "Lalu, kamu akan tetap pergi ke Jakarta?"

"Ya, tentu saja. Lagi pula sudah ada beberapa kontrak film yang aku terima, mau tidak mau aku harus tetap pindah ke sana."

"Siapa pria yang ingin kau nikahi?" tanya Noah. Dia tahu kekasihnya memiliki banyak sekali penggemar, dan juga tidak sedikit pria diluar sana menginginkan posisi Noah saat ini, yaitu menjadi kekasih dari seorang Gilsha Alyne. Wanita berparas cantik, yang memiliki darah campuran seperti dirinya. Selain cantik, Gilsha juga pintar. Tidak heran tahun semalam Gilsha menang pada ajang Ratu Kecantikan.

"Siapapun Pria itu, kelak bukan urusanmu lagi." Gilsha menahan tangis saat mengatakannya.

"Tidakkah kamu mau menungguku?"

"Sudah berapa lama aku menunggu Noah? Apa kamu pernah berpikir bagaimana aku menjalani ini semua? Saat aku di Bali kamu berada di Jakarta, Bandung dan entah dimana lagi. Sekarang aku di Jakarta kamu berada di Australia. Sekarang aku benar-benar membutuhkan kamu Noah, tapi jika kamu tidak bisa aku tidak masalah." Gilsha tidak marah, sungguh dia tidak ingin egois. Hanya saja dia juga ingin menggapai mimpinya. "Aku akan menjalani kesendirian ini sebisaku, dan jika kamu juga ingin menjaga cinta kita sampai nanti kamu bisa menetap di Jakarta aku harap kamu datang padaku Noah."

Gilsha menutup wajah dengan kedua tangannya, Noah mendekap tubuhnya erat. Mereka tidak bertengkar, hanya berbicara tentang masa depan. Sayangnya demi keinginan serta impian mereka masing-masing, keduanya harus memilih jalan untuk berpisah.

Berpisah disaat masih saling mencintai, itu sangat sulit. Lengan kokoh Noah tidak melepaskan tubuh Gilsha sedikitpun, dia benar-benar takut waktu akan membuat mereka harus kembali ke tempat masing-masing. Kenangan indah mereka berdua terlalu banyak, bahkan tidak dapat Noah ingat pertengkaran hebat apa yang pernah mereka lalui. Semua begitu sempurna, Gilsha benar-benar tipe wanita yang dia inginkan untuk menjadi istrinya.

"Jangan lupakan aku Gilsha," pinta Noah sambil mengecup kening Gilsha, lalu memeluknya kembali.

"Aku tidak akan pernah melupakanmu Noah, yang aku tidak yakin adalah kamu bisa segera kembali dan tetap meraihku lagi."

Mengurai pelukan mereka disaat senja menyapa, waktu yang Noah takutkan itu terjadi. Dia terpaksa mengantarkan Gilsha kembali ke rumah orang tuanya. Bali mempertemukan mereka, dan di tempat ini juga mereka memutuskan untuk berpisah. Mobil sudah sampai didepan rumah berwarna putih gading, tangan Noah menghentikan pergerakan Gilsha yang ingin turun dari dalam mobil. Senyuman Gilsha masih pria itu lihat, satu tangan wanita itu juga mengusap rahangnya. "Cepatlah kembali jika kau tidak ingin aku diambil orang lain." Gilsha tersenyum kemudian dia mengecup pipi dan terakhir bibir Noah. Pagutan itu cukup dalam, seperti keyakinan Gilsha yang begitu dalam pada Noah.

Tidak pernah Noah bayangkan mereka akan berpisah semanis ini, dia rasanya ingin berteriak sekarang juga. Namun, memang dia juga belum siap untuk menikahi Gilsha. "Hati-hati di jalan," ucap Gilsha kemudian benar-benar turun dari dalam mobil itu. Masuk kedalam rumah tanpa melihat Noah lagi, seketika ruang disekitar Noah hampa. Memukul setir berulang kali tidak membuat sesak di dadanya berkurang, yang terjadi dia semakin kesakitan. Dia melihat kemeja Gilsha tertinggal di mobilnya. Ingin keluar dan mengembalikan, tetapi niat itu terhenti saat dia ingin kemeja flanel tersebut dia simpan, sampai nanti dia kembali kepada Gilsha.

Bersambung....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
NadraMahya
menunggu komentar pembaca lainnya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Maaf, Merebut Suamimu   12. Gairah Terlarang

    Lokasi tempat syuting sangat ramai, Gilsha sedang duduk di kursi santai karena bagian dirinya baru saja selesai. Tiga jam dia bekerja, dan sutradara akhirnya puas dengan semua adegan hari itu. Sebelum ke lokasi syuting, Gilsha sudah mengantarkan Noah ke sebuah Vila yang jaraknya berada di dataran yang lebih tinggi, dibandingkan dengan lokasi syuting dirinya.Asisten baru Gilsha, yang bernama Rini membawakan dia air putih sesuai yang Gilsha pinta. "Terima kasih," kata Gilsha seraya tersenyum. "Lina sudah datang?" tanya Gilsha kepada Rini."Belum mbak Gil, dia tadi katanya akan langsung ke Jakarta kalau sudah selesai mengurus kontrak yang akan datang untuk Mbak Gilsha." Mendengar itu Gilsha mengangguk, dia berharap pekerjaan akan terus datang kepadanya.Sutradara mendekati kursi tempat Gilsha beristirahat bersama satu orang aktor, yang menjadi lawan main Gilsha. Mereka mengajak Gilsha untuk pergi minum melepas lelah, tapi dengan sangat sopan Gilsha menolaknya. Alasannya dia sangat lelah

  • Maaf, Merebut Suamimu   11. Rencana Kebohongan

    "Aku tahu kamu berpikir apa yang aku dan Gilsha lakukan ini salah, dan aku tidak akan membela diri karena itu. Jika kamu bisa aku ajak bekerjasama dengan semua ini, aku akan menaikkan gaji dan tidak akan memecat mu, tapi jika kau tidak ingin menolongku maka kebalikannya.""Pak maaf, bagaimana dengan Bu Wilya?""Aku belum tahu, jika aku yakin ingin melanjutkan hubungan dengan Gilsha aku akan memberitahu Wilya secepatnya."Aldi dengan berat hati mengangguk, dia tidak setuju dengan apa yang Noah lakukan, tapi dia tidak bisa berhenti bekerja. Ada istri dan juga kedua orang tuanya yang bergantung hidup kepadanya, belum lagi dua adik perempuannya."Baiklah kalau begitu, kau bisa pulang hari ini dan besok akan aku hubungi. Ingat yang aku katakan, jika Wilya bertanya maka beritahu kalau kita ke luar kota mendadak." Noah pergi setelah mengatakan hal itu, tersenyum lebar karena rencananya berjalan sesuai yang dia inginkan."Kamu kenapa lama sekali?" tanya Gilsha yang sudah berada di parkiran mo

  • Maaf, Merebut Suamimu   10. Semakin Menjadi

    Pov WilyaAku yang merasa tidak enak badan, seharian ini memang hanya bergulung dalam selimut di tepat tidur. Sehingga meski suamiku belum pulang, aku tetap menunggunya sambil berbaring di atas tempat tidur yang biasa kami pakai untuk beristirahat dari rutinitas kehidupan ini.Belakangan ini aku merasa ada yang tidak wajar dengan Noah, karena kebiasaannya pulang tepat waktu ke rumah sudah berubah. Aku ingin bertanya, tapi aku tahu Noah tidak suka kalau aku bertanya yang menyinggungnya. Aku jadi serba salah, apalagi tadi sudah bertanya kepada Aldi.Deru mesin mobil membuat hati ini lebih tenang, meski air mata ingin jatuh begitu saja. Aku memaksa kaki ini terulur menyentuh lantai, hanya diam di depan pintu kamar menanti suami yang jam satu pagi baru kembali.Ketika pintu terbuka, aku menatapnya dengan perasaan tidak berdaya. Sementara dia tersenyum seperti sangat menyesal. "Maaf, aku terlambat pulang. Ponselku juga kehabisan daya," katanya kemudian memeluk tubuhku. Aku tidak tahu harus

  • Maaf, Merebut Suamimu   9. Bukan Teman Biasa

    Noah tahu dia sudah melanggar alur yang harus dia pertahankan, nyatanya wanita dari masa lalunya yang bernama Gilsha Alyne ini masih terus membuat jantungnya berdegup kencang dan selalu membuatnya bersemangat ketika mereka bersama. Wilya, di dalam hatinya dia mengucapkan beribu maaf untuk wanita yang mungkin saat ini menunggu dia pulang.Ya, setelah pagutan kerinduan yang Noah lakukan dengan Gilsha siang tadi, Noah mengatakan keinginan gilanya kepada Gilsha. "Aku ingin terus merasakan kebahagiaan seperti dulu saat bersamamu," katanya siang itu kepada Gilsha. Wanita yang menjadi cinta pertama Noah itu tidak menjawab, hanya sebuah senyum manis yang dia berikan. Kemudian Noah mengantarkan Gilsha kembali ke rumahnya, sore menjelang malam Noah masih betah melihat semua kegiatan Gilsha di rumah itu. Gilsha memang memiliki janji temu dengan tim yang akan membuatkan kostum untuk judul film yang akan dia mainkan, setelah itu Gilsha masih harus berolahraga ringan di halaman belakang rumahnya un

  • Maaf, Merebut Suamimu   8. Kesalahan

    Dalam suatu hubungan akan ada yang namanya jenuh, merasa bosan, tetapi mencoba untuk tetap bersikap seperti biasanya. Hal ini juga yang tiga bulan ini Noah rasakan sebenarnya, Wilya tidak pernah ada salah dalam keadaan serta situasi itu, hanya Noah saja yang paham apa yang sedang terjadi kepadanya. Hingga ketika dia kembali bertemu dengan Gilsha, hatinya kembali merasakan ada yang ingin dia dapatkan, kemudian tersadar lagi jika keadaan tidak sepantasnya membuat dia bersama dengan wanita itu.Puncaknya saat sisi brengsek dalam diri Noah semalam terus memikirkan isi pesan Gilsha, wanita yang sempat ingin ia miliki. Wanita yang memenuhi kriteria seorang pendamping untuknya, yang menurutnya sempurna baik fisik dan karakternya. "Apa yang kamu lakukan Noah? akan banyak yang melihat hal ini, dan aku tidak mau sampai ini jadi bahan berita yang di konsumsi publik.""Apa kamu malu jika ketahuan dekat denganku?" tanya Noah masih belum sadar dengan apa yang dia ucapkan. Gilsha menyunggingkan senyu

  • Maaf, Merebut Suamimu   18. Satu Atap

    Cinta memang tidak salahHanya waktu dan tempatnya yang terkadang menjadikannya salah.****Selama tiga hari Wilya menata hati dan pikirannya, dia mencoba menerima segala yang terjadi. Rumah tangga yang dia kira sempurna, ternyata hanya awalan saja. Wilya belum bercerita kepada siapapun mengenai semua ini, dia memendam kecewa itu seorang diri.Hari ke–empat, dia mulai kembali beraktivitas seperti dulu, yang berbeda hanyalah gairah dalam menjalani kesehariannya. Noah belum pulang selama empat hari itu, tidak juga menelpon menanyakan kabarnya. Wilya tidak berharap, pasti pria itu sedang menikmati hari-hari yang indah bersama istri barunya.Kehidupan sunyi Wilya itu berakhir tepat satu minggu, karena di hari sabtu malam Noah kembali ke rumah dengan membawa Gilsha. Rasanya Wilya ingin membakar wajah wanita yang suaminya bawa itu. Dia hanya diam menatap Noah dan Gilsha yang sudah masuk ke ruang tamu rumah mereka. "Wilya aku sudah meminta Gilsha untuk tinggal di rumah ini. Aku harap kau bis

  • Maaf, Merebut Suamimu   17. Kau Istriku

    Pantai Kuta, Bali 1997.Gilsha menikmati deburan ombak yang menyapa telapak kakinya. Keinginan ingin bermain air disana ia urungkan karena di hatinya yang sedang menunggu seseorang.Dua hari yang lalu dia menunggu Noah untuk datang ke rumah orang tuanya di Bali, tapi pria itu tak kunjung datang. Mungkin Noah lebih memilih Wilya, istrinya yang sudah menemani pria itu selama dua tahun ini.Hati Gilsha sesak jika mengingat kegilaan yang ia lakukan, tapi sungguh Gilsha tidak menyesalinya. Suasana hati yang buruk itu berubah ketika menyadari ada tangan seseorang yang melingkar di pinggangnya, dia memejamkan mata saat pipinya di kecup dengan sangat lembut. "Maaf aku terlambat datang, tapi setelah ini aku tidak akan pernah membuatmu menunggu terlalu lama lagi Gilsha." Mendengar itu, jiwanya yang tadi mulai layu kembali mekar dan berbunga-bunga.Dia memutar tubuhnya, wajah tampan Noah Oliver dengan rahang yang di tumbuhi bulu-bulu halus itu di sentuh Gilsha. Pria di hadapannya ini nyata, dan

  • Maaf, Merebut Suamimu   16. Ingin Menikah Lagi

    Lina menarik lengan Gilsha, menatap tajam netra coklat terang yang wanita itu miliki. "Apa kau gila? Kau menarik lenganku sangat kuat.""Kau yang sudah gila! Kau merebut suami orang? Kau selama ini sengaja menggodanya bukan?" Gilsha diam saja, kepalanya terasa mau pecah saat ini. "Gilsha jika kau melanjutkan hubungan dengan Noah karir mu akan hancur, berita mengenai kau merebut suami orang akan mencuat dimana-mana.""AKU TIDAK PERDULI!" teriak Gilsha dengan napas yang memburu "Selama ini juga mereka semua tidak pernah perduli apa yang aku alami, dan apa yang aku rasakan. Aku hanya ingin kebahagiaan dengan orang yang mencintaiku dan aku juga mencintainya, kau tahu bukan perasaan yang aku rasakan ini sudah sejak awal. Lagi pula aku tidak tahu apakah Noah akan benar-benar menikahi ku atau tidak."Lina menggelengkan kepala mendengarnya, dia tahu Gilsha berusaha sangat kuat bertahan dengan semua yang ia hadapi ketika merintis perjalanan menjadi seorang bintang. Apalagi Dika, pria yang tida

  • Maaf, Merebut Suamimu   15. Wanita Itu

    Satu Minggu berlalu...Lina dan bagian promosi sedang berdiskusi dengan Noah di ruangannya. Beberapa foto Gilsha yang menawan dapat Noah lihat. Wanita itu memang sungguh cantik, Gilsha juga dia dengar baru saja melakukan kegiatan amal untuk membantu anak-anak jalanan dan juga yatim piatu. Hal itu dia baca dari majalah berita yang khusus meliput kehidupan artis-artis ternama."Gilsha tidak ikut denganmu?" tanya Noah sambil menandatangi cek pencairan gaji Gilsha."Tidak, dia dirumah. Dia tidak bisa ikut kesini, semalam Dika datang." Lina sengaja memberitahukan hal itu kepada Noah, jelas wajah Noah terlihat gusar. Dia mengerti maksud dari ucapan Lina.Setelah semua urusan selesai, Noah langsung berlari menuju mobilnya. Dia ingin pergi ke rumah Gilsha, melihat apakah wanita itu baik-baik saja. Wilya ada disana, dia meminta supir taksi membuntuti kemana Noah pergi. Arah yang Noah tuju sudah jelas, satu Minggu Noah memberikan kesan kalau rumah tangga mereka baik-baik saja seperti dulu. Namu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status