Jangan lupakan tinggalkan komentarnya, ya. Biar Author makin semangat đ Follow juga aku di Facebook : Dara Kirana Instagram : dara_kirana21 đ
Pagi ini Embun pergi ke kantor polisi untuk mengurus surat keterangan kehilangan. Dia harus cepat-cepat mengurusnya sebelum dirinya disibukkan dengan toko kue yang sebentar lagi akan beroperasi. Bukan tidak mungkin dia akan melupakannya lagi.âSudahi kebodohanmu, Embun!â gumam Embun pada dirinya. Dia kemudian turun dari mobil dan masuk ke dalam kantor polisi.âSelamat pagi, Pak. Saya ingin melaporkan kehilangan buku nikah saya dan meminta surat keterangan kehilangan,â kata Embun pada petugas SPKT (Sentra Kepelayanan Polisi Terpadu).âSelamat pagi, Ibu. Tentu, bisa dijelaskan lebih lanjut? Buku nikahnya hilang di mana atau bagaimana ceritanya?â tanya sang polisi.âBuku nikah saya hilang beberapa hari yang lalu dan saya sudah mencarinya di seluruh rumah, tetapi saya tidak menemukannya. Saya butuh surat keterangan kehilangan untuk mengurus duplikatnya di KUA.â Embun menjelaskan.âBaik, Ibu. Saya akan bantu buatkan laporan kehilangan. Sebelumnya, bisa saya lihat identitas Ibu, seperti KTP
âSayang, saudara kamu pinjam uang lagi?â tanya Eros mendekati Jenar sembari memegang ponsel. Jantung Jenar berdetak cepat, tubuhnya panas dingin.âI-iya, Mas. Ada masalah sehingga harus operasi lagi.â kata Jenar dengan gugup. Sejak beberapa hari yang lalu dia selalu mentransfer Jafar lagi. âJumlah yang dipinjam sangat besar, kapan mereka akan mengembalikannya?â tanya Eros mengalihkan pandangan pada wajah Jenar. âDan apa pekerjaan saudaramu itu?â lanjutnyaJenar terdiam dengan jantung yang berdebar-debar. Bukan debaran jatuh cinta melainkan debaran ketakutan.Dia memaksa otaknya berpikir mencari jawaban yang masuk akal untuk membuat Eros percaya.âSiapa namanya?â tanya Eros mengejutkan Jenar.âNamanya ⌠Jafar. Anak Jafar itu yang operasi.ââKau kenapa? Seperti terkejut?â Eros heran melihat reaksi sang istri.âTidak, aku hanya sedang memikirkan anak-anak kita,â kata Jenar cepat lalu menampilkan senyum palsu.âJika mereka pinjam lagi tolak saja, kita sudah cukup banyak membantu. Kita j
âHaha! Rasakan itu mandul! Pasti sekarang dia sedang bersimbah air mata,â gumam Jenar senang. Wanita itu diam-diam mengikuti dan menyaksikan semuanya. âAku tidak akan puas sebelum mereka bercerai! Aku dan adikku pantas menjadi satu-satunya wanita di hati lelaki kami,â monolog Jenar sambil menatap pantulan dirinya di cermin wastafel. âAku sudah berhasil menyingkirkannya dari hidup Mas Eros dan sekarang aku juga akan menyingkirkannya dari suami adikku,â lanjutnya dengan senyum menyeringai. âMenyingkirkan tanpa jejak.â Jenar merasa bangga mengingat apa yang telah dilakukannya pada Embun dulu. âBahkan hingga detik ini tidak ada seorang pun yang tahu,â lanjutnya tersenyum penuh kemenangan. âKecuali para oknum itu ⌠dan Jafar. Ya, Jafar sialan! Sekarang dia muncul lagi memanfaatkan semua itu untuk memerasku!â gerutu Jenar dengan kesal, tangannya mengepal mengingat Jafar yang selalu menerornya. âSial!â Dia memukul pelan meja wastafel. âBagaimana aku harus menghindari lelaki itu? atau
Embun terpaksa masuk kembali ke dalam rumah sakit mengikuti suaminya. âMas âŚ,â kata Embun mengimbangi langkah Lintang. Lelaki itu diam saja seperti tidak mendengar ada yang bicara.âMama tadi sudah mengusirku,â lanjutnya.âKau pantas mendapatkannya,â sahut Lintang datar dan merobek hati Embun.âMas, aku âŚ.ââTidak usah membantah, kau memang salah!â ketus Lintang menyela ucapan istrinya.âBaiklah,â batin Embun, dia tersenyum getir.Melihat kedatangan Lintang dan Embun, amarah Bu Inggrid kembali tersulut. Dia berdiri dan siap mengusir kembali menantu yang memuakkan itu.âUntuk apa kamu bawa wanita ini lagi kemari?â ketusnya lalu menatap Embun dengan mata melotot.âAda yang ingin aku bicarakan dengannya, Ma,â sahut Lintang.âBagaimana keadaan Jasmine, Ma? Bagaimana dengan bayi kami.â Tampak sekali wajah Lintang panik.âMama belum tahu, dari tadi Mama di sini dokter belum keluar juga. Semoga saja mereka baik-baik saja.ââSemoga,â kata Lintang.âSemua ini gara-gara wanita sialan ini!â Bu I
âLepaskan brengsek!â Pekik Jenar.âBila perlu kupatahakan saja tanganmu ini,â kata Embun sambil memelintir tangan Jenar semakin kuat. Wanita itu semakin menjerit, tangannya terasa seperti mau lepas.âWanita jahat sepertimu pantasnya dibuat cacat saja biar tidak bisa lagi melakukan kejahatan. Kau telah menghancurkan hidup seseorang dan berlagak seperti tidak memiliki dosa. Dan sekarang kau juga berlagak ingin menjadi pahlawan?â Tubuh Jenar menegang mendengar perkataan Embun.âApa maksudmu berkata seperti itu? Siapa yang kau maksud?â suara Jenar sedikit bergetar, Embun tahu wanita itu sedang ketakutan.âMenurutmu siapa?ââMengapa bertanya padaku, mana aku tahu. Lepaskan!â Jenar memberontak, tetapi tak kunjung terlepas.Obrolan Jenar dan teman lelakinya di parkiran waktu itu kembali terngiang-ngiang di ingatan dan membuat darah Embun mendidih. Dia jadi gelap mata dan memelintir tangan Jenar semakin keras membuat wanita itu menjerit histeris.Melihat Jenar tersiksa Jasmine berdiri dan sek
âJasmine! Jasmine! Jasmine, bangun, sayang,â Lintang menepuk-nepuk pipi sang istri untuk membangunkannya dari mimpi buruk. Ibu hamil itu terbangun dan duduk. Napasnya terengah-engah.âKamu mengalami mimpi buruk,â kata Lintang lalu meraih gelas air putih di atas nakas dan memberikannya pada sang istri. Jasmine hanya meminum setengahnya.âMas âŚ,â Jasmine seperti ingin menangis.âTenanglah itu hanya mimpi.â Lintang meraih tubuh Jasmine dan memeluk untuk menenangkannya.âAku masih merasa sedih, meskipun hanya mimpi, tapi semua terasa seperti nyata,â kata Jasmine.âKau bermimpi tentang apa?ââA-aku bermimpi tentang Mba Embun, dia kecelakaan dan meninggal.â Suara Jasmine bergetar. âAku menyaksikan bagaimana kondisinya yang mengenaskan, ada bagian tubuhnya yang terpisah dan itu sangat mengerikan. Darah yang berceceran itu masih jelas teringat dan semua terasa nyata,â lanjut Jasmine bercerita.âTenanglah, Mba-mu pasti baik-baik saja. Mimpi hanyalah bunga tidur.ââAku takut, Mas. Aku takut ter