Share

Bab 4

"Mafia."

Satu kata namun seperti suatu bencana besar yang melanda pikiranku. Sungguh. Apakah mafia itu benaran ada? Kukira mafia itu hanya cerita sebagian kalangan.

"Ma, mafia?" Beo ku sambil menatapnya tak percaya. Kutatap penampilannya dari atas hingga bawah hingga berhenti tepat di wajah tampan bak dewa yunani itu.

"Apakah aku tidak terlihat seperti seorang mafia?" Tanya-nya kepadaku yang membuatku tersadar lalu mengalihkan tatapanku dari wajahnya.

"Em, tidak. Kau sangat-sangat terlihat seperti seorang mafia." Ujarku gelagapan. Oh ayolah! Bagaimana bisa seorang mafia berpenampilan tampan seperti ini?

Kupikir mafia itu seorang yang sudah tua dan memiliki wajah yang mengerikan dengan ada luka sayatan di wajah ataupun tubuhnya. Tapi mafia di depanku ini berbeda.

Alex hanya terlihat seperti seorang pria muda matang dengan karir yang sukses dan besar. Dia tidak seperti seorang mafia, kecuali jika sedang marah.

"Suatu hari kau akan melihatku layaknya seperti mafia." Ujarnya diakhiri dengan seringai ringannya lalu membuka pintu keluar dari ruangannya.

Aku mengikutinya yang ternyata pergi menuju kamar Sean. Sial. Aku sampai melupakan Sean yang sedang demam tinggi itu.

Ketika Alex membuka pintu disana sudah terlihat seorang dokter yang tengah sibuk memeriksa keadaan Sean yang sepertinya sudah tertidur dengan tenang.

"Bagaimana?" Ucap Alex kepada dokter pria itu. Pria itu berbalik dan oh tuhan, ketampanan apa lagi yang kau perlihatkan kepadaku ini?

"Dia baik-baik saja, mungkin besok panasnya akan turun." Ujar dokter itu lalu melihat kepadaku.

"Lain kali kau harus hati-hati ketika menjaga seorang anak kecil, gadis manis." Ujarnya kepadaku dengan senyum manisnya.

AARGH. Sial kenapa pria di depanku ini sangat tampan dan manis. Aku hanya tersenyum canggung lalu berlalu dari hadapannya memilih berdiri disamping Sean yang tertidur.

"Pergilah!" Ucap Alex kepada Dokter itu.

"Apakah harus?" Ujarnya seperti menolak perintah Alex.

"Pergilah sebelum aku menyeretmu!" Ucapnya lagi namun kali ini terdengar lebih tegas.

"Seperti biasa, tidak ada nada kelembutan di mulutmu!" Ujar dokter itu lalu pergi keluar dari kamar ini.

Setelah kepergian dokter itu, keadaan didalam kamar ini entah kenapa menjadi mencekam. Merasa ada yang menatapku, ku tolehkam kepala ku ke arah Alex yang masih berdiri ditempatnya sambil memperhatikanku.

"Jaga tingkahmu, gadis asia!" Ucapnya tiba-tiba lalu pergi keluar kamar. Apa maksudnya? Apakah tingkah ku aneh? Apkah aku bersikap buruk terhadapnya?

Ya, ku akui tadi aku tidak sopan karna masuk keruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu tapi, apakah itu termasuk masalah besar baginya?

Sepertinya mulai besok aku akan menjaga sikap ku didepannya agar tidak didepak dari pekerjaan ini.

••••

Author pov:

Alex keluar dari kamar bernuansa vanila itu. Didepan pintu coklat itu Alex menyugar rambunya gusar.

'Ada apa denganku?' batinyya bertanya-tanya.

Sejak kemunculan gadis asia itu entah kenapa membuat hidupnya sedikit berwarna. Entah itu dengan setiap tawanya atau candaanya tatkala sedang bermain bersama Sean.

Memang benar, jika selama empat minggu ini Alex hanya menghabiskan waktu dan pekerjaan nya dirumah karna dirinya butuh istirahat meskipun harus memantau pekerjaannya setiap saat.

Dan semenjak itu pula dirinya sering kali memperhatikan gadis itu, Mona. Hal yang entah kenapa membuat hatinya kerap kali menghangat ketika mendengar tawa-nya.

Apalagi senyuman manis itu muncul ketika dirinya tertawa lebar. Sungguh Alex tidak bisa menyangkal kalau dirinya sangat menyukai tawa dan senyuman Mona.

Menghembus nafas gusar, Alex pun kembali keruangan kerjanya. Meskipun dirinya mengambil liburan selama sebulan penuh, namun dirinya harus tetap bekerja dan memantau situasi perusaannya.

Terkadang para karyawan tidak mengerjakan pekerjaan yang baik tatkala dirinya berlibur. Awas saja! Saat dirinya kembali ke perusahaannya, tidak ada kata libur bagi mereka semua.

Alex tersenyum smirk lalu kembali mulai memeriksa satu persatu lembaran kertas yang berserakan diatas meja persegi panjang yang besar itu.

••••

Keesokan paginya, Mona bersama Sean sudah duduk manis di depan tv yang ada dilantai dua. Panas tubuh bocah kecil itu sudah menurun bahkan sekarang dirinya sudah mulai aktif bermain dan merangkak hilir mudik sambil menonton tayangan tv.

"Kek nya film Sponsbob ada di seluruh tv dunia ya?" Heran Mona memperhatikan siaran tv yang menayangkan filem kartun kesukaanya. Tapi bedanya ini menggunakan bahasa Italia yang bunyinya sedikit asing bagi telinganya.

"Bubu bla bla." Ucap Sean tak jelas sambil memberikan Mona sebuah permainan pesawat. Seolah mengerti, Mona kemudian mengambil pesawat kecil itu lalu menerbangkannya dengan tangan sambil membuat bunyi menggunakan suaranya.

"Tuuut tut tut!" Ucap Mona lalu menerbang-nerbangkan pesawat itu di depan wajah Sean. Lantas hal itu membuat bocah kecil itu tertawa.

"Hahaha, dasar bocah. Gini aja udah ketawa!" Gelak Mona yang juga ketawa melihat Sean yang juga tertawa.

Mereka berdua terus bermain dengan Mona yang kerap kali membuat suara dari mainan-mainan milik Sean. Tanpa sadar dari lantai tiga ada seseorang yang memperhatikan.

Alex lagi-lagi memperhatikan interaksi dua manusia itu. Entah kenapa hanya diam beridiri disini sambil memperhatikan mereka membuatnya terasa damai.

"Tuan." Ucap Ed yang berdiri dibelakang Alex sedari tadi. Alex hanya membalas dengan gumaman kecil tanpa mengalihkan tatapannya dari bawah sana.

"Cymric kembali berulah." Ucap Ed kembali. Alex terdiam sedikit lama.

"Apa yang kali ini mereka perbuat?" Tanya Alex akhirnya tanpa melepas pandangannya dari bawah sana.

"Mereka berhasil menerobos kamar Zen dan mengambil beberapa barang berharga milik anda disana." Jelas Ed. Alex yang mendengar lantas tersenyum. Namun itu bukan seperti senyuman bahagia melainkan senyuman kematian.

"Siapkan kendaaran! Akan ku bantai mereka semua yang bermain-main dengan ku!" Ucap Alex yang langsung diangguki oleh Ed.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status