Yusuf, seorang pengusaha kaya raya ternyata adalah mafia pembunuh bayaran yang dingin dan kejam. Yusuf hanya punya waktu sampai akhir bulan Maret untuk mendapatkan pendamping hidupnya. "Dasar wanita gila. Makanya mata itu dipakai. Salah masuk kok di toilet laki-laki. Kamu harus diberi pelajaran. Keluar kamu!” "Ini baju belum saya pakai loh Mas. Jangan coba untuk berbuat yang tidak-tidak.” “Apa kamu bilang? Siapa yang mau berbuat macam-macam dengan wanita gila seperti kamu.” “Jika Mas tidak pergi, saya akan berteriak. Lalu Mas akan dihajar masa karena dituduh berbuat yang tidak-tidak dengan saya.” Tidak ada yang menyangka, wanita yang ia ajak adu mulut di toilet laki-laki adalah cinta pertamanya. Yusuf benar-benar telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Farah. Sayangnya, Farah tidak langsung memberikan hatinya ke Yusuf. “Semua di dunia ini ada harganya.” “Lantas berapa uang yang kamu mau untuk hati dan cintamu itu?” Cover by canva x pixabay
View More"Maafkan saya Tuan. Jangan bunuh saya. Tolong jangan bunuh saya. Jika saya mati, nanti siapa yang menjaga anak saya," rengek wanita paruh baya duduk bersimpuh di atas jembatan sedang memohon-mohon kepada laki-laki sangar dan bertubuh kekar di depannya.
Yusuf, laki-laki sangar, bertubuh kekar, dan kejam itu dengan tega malah menendang kembali si wanita.
Diliputi keputusasaan, wanita itu merangkak ke arah Yusuf. Ia menangis terseok-seok meminta pengampunan. "Bayangkan jika saya ini ibu Tuan, apakah Tuan masih mau membunuh saya? Kasihanilah saya Tuan."
Yusuf tersenyum remeh. Sembari giginya menarik pelan sarung tangan yang sudah membungkus kedua telapak tangannya.
"Ibu? Aku tidak punya seorang ibu," pekik Yusuf. Mulutnya hampir menerkam wanita paruh baya itu. Suaranya melengking sama menakutkannya dengan suara deras aliran air sungai di bawah jembatan.
Tidak mempunyai ibu dan menjadi anak buangan bersama adiknya, hidup Yusuf sungguh kelam. Berbagai kehidupan gelap sudah ia jalani. Mulai dari hidup sebagai pencopet, pengedar obat-obat terlarang, hingga berakhir menjadi pembunuh bayaran.
Bukan sekelas pembunuh bayaran yang masih pemula, tapi ia adalah pemimpin bisnis Jasa Kick. Bisnis ilegal yang di dalamnya berisi para mafia pembunuh bayaran. Bisnis itu sudah berdiri hampir lima tahun dan untungnya belum pernah ada pihak kepolisian yang datang meringkusnya. Iya, dia memang ahli dalam menghilangkan jejak pembunuhan.
Di depan wanita paruh baya yang sudah berantakan dan berlinangan air mata, Yusuf ingin membacakan wasiat dari client-nya yang tak lain adalah suami dari wanita paruh baya itu. Diambilnya secarik kertas yang terselip di saku celananya. Yusuf lanjut membacanya dengan lantang.
"Dear istriku tercinta. Aku sudah memaafkan kelakuan jalangmu yang sudah berselingkuh dariku. Tapi kamu pantas untuk membayar semua kesalahanmu, maka jangan salahkan aku jika aku membunuhmu."
Dengan wajah seramnya, Yusuf meremas kertas itu sambil memberikan sorotan tajam. Lalu tangannya mencengkram kuat rahang wanita paruh baya itu hingga membuat wanita itu semakin gemetar ketakutan.
"Seorang ibu yang berselingkuh? Lalu masih memikirkan anaknya? Munafik!" hardik Yusuf. Ia memaksa wanita itu untuk menelan kertas wasiat dari suaminya.
Tak berselang lama, ia mengangkat tubuh wanita paruh baya itu dan melemparkannya melandas jatuh di bawah jembatan terseret oleh aliran sungai yang deras. Yusuf berteriak, "Kamu pantas untuk mati!"
Saking derasnya aliran air sungai, wanita itu sudah menghilang dari pandangan Yusuf. Setelahnya Yusuf menundukkan kepala dan berdoa atas kematian si wanita yang sudah ia bunuh. Ya, seperti itulah ritual eksekusi yang biasa dilakukan oleh Jasa Kick. Sebagai pemimpin Jasa Kick, ia tidak hanya kejam dan jahat tapi ia juga punya sisi kekonyolan yang luar biasa.
Ada beberapa aturan yang harus ditaati oleh semua mafia di Jasa Kick diantaranya; setiap proses eksekusi target harus dilakukan pada malam hari, client harus punya alasan yang jelas saat ingin membunuh target, client harus punya wasiat untuk target, dan yang terakhir siapa pun yang membunuh target harus melakukan penghormatan terakhir dengan mendoakan target agar masuk surga.
Selesai dengan pekerjaannya, Yusuf berjalan dengan sangar menuju mobil yang sudah terparkir tidak jauh dari jembatan. Di dalam mobilnya sudah ada wanita cantik yaitu Lidiya, sekretaris pribadi Yusuf.
"God job Bos. Sebelumnya saya juga sudah memposting di akun sosial medianya sebuah kalimat putus asa ingin bunuh diri. Saya yakin pihak kepolisian menganggap wanita itu mati bunuh diri," terang Lidiya. Wajahnya tersenyum bangga melihat Yusuf.
Yusuf hanya mengacungkan jempol sambil tersenyum. Lesung pipinya melengkung kecil. Seketika wajah sangarnya berubah menjadi laki-laki imut.
Astaga, wajah babyface-nya yang imut itu pasti membuat siapa pun yang melihatnya tak akan menyangka jika ia adalah seorang mafia. Tak perlu berlama-lama, ia pun menginjak pedal gas mobilnya, melesat jauh menembus jalanan pedesaan yang gelap dan sepi.
"Lidiya, akan kutelan kau hidup-hidup!" Yusuf memekik mendongakkan kepalanya ke atas gedung pabrik. Sambil bersungut-sungut dengan emosi yang ingin segera dilampiaskan, ia pun berlari sekencang mungkin memasuki pabrik, menekan tombol lift dan melejit ke lantai paling atas. Hembusan angin sisa-sisa pendaratan jet pribadinya membuat rambut Yusuf terbang-terbang di terpa angin. Tangannya kesusahan merapikan rambut yang justru semakin berantakan. "Lidiyaaaa!" teriak Yusuf memekik. Sementara di sisi lain, Yusuf tak sadar jika Raline ikut mengekor di belakangnya. Ia mendadak berjingkat kaget ketika Raline tiba-tiba mencolek punggungnya. "Bapak harus ikut saya ke kantor polisi!" Raline menarik-narik lengan Yusuf. Tuduhan pelecehan yang ditujukan ke Yusuf belum berakhir. Si wanita muda itu tidak terima telah dilecehkan. "Kamu lagi? Lepaskan gak?" teriak Yusuf menoleh tegas ke belakang memberikan sorotan tajam seperti laser. "Di depan gedung pasti ada CCTV-nya. Kalau Bapak mangkir akan l
Yusuf lalu berdiri mengulurkan tangannya ke depan dan ingin menjabat tangan Farah. Semua ucapan Farah membuatnya tersadar jika dirinya memang bukan laki-laki yang seutuhnya sempurna. Berkat Farah ia tersadar jika latar belakang dirinya yang sebagai seorang mafia adalah bahaya bagi dirinya dan pasangannya kelak. Kini ia pun sadar jika ia harus menemukan seorang wanita yang benar-benar bisa menarik hatinya sekaligus mau menerima latar belakang kehidupannya. Yang mau mendukungnya serta menasehatinya misal nantinya ia benar-benar salah arah. Detik itu juga, Yusuf pun mulai memahami mengapa Big Bos menyuruhnya untuk mencari wanita sebagai seorang pendamping. “Terima kasih atas semua kata mutiaramu tadi. Kamu aku terima kerja di pabrikku. Senang berkenalan denganmu, FARAH,” ucap Yusuf sambil menjabat tangan Farah. Farah pun menundukkan kepalanya memberi hormat kepada pimpinan pabrik yang telah mewawancarainya itu. Walaupun baginya ini adalah wawancara terlama yang pernah ia hadiri. “Teri
“Saya sudah punya pacar Pak,” jawab Farah sambil tersenyum bangga mengatakannya. Lantas Yusuf membalas senyuman Farah dengan senyuman kecut. Ia kembali meminum air putih yang ada di sampingnya. “Sejak kapan?” “Hah? Kenapa Bapak menanyakan hal privasi saya? Itu tidak diperbolehkan Pak,” bantah Farah. Farah sendiri ialah mahasiswa jurusan psikologi, materi mengenai hal-hal yang biasa ditanyakan pewawancara saat merekrut karyawan dia sudah mempelajarinya di kampus. Oleh karenanya, ia mencoba menjelaskan mana yang boleh ditanyakan dan mana yang tak boleh ditanyakan, semua dijelaskan dengan detail. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan tegas mencoba untuk mendominasi. Sedari tadi Yusuf mencercanya dengan banyak pertanyaan kini Farah pun ingin membalik keadaan. Sama sekali ia tak punya lagi rasa segan ke Yusuf. “Iya, iya cukup. Tidak perlu kamu jelaskan lagi.” “Jadi wawancara ini sudah selesai kan ya Pak? Hasilnya akan diberitahu sekarang atau nanti akan ada pengumuman lanjutan Pak?
Di dalam ruangan paling pojok dekat pintu masuk pabrik, tiga orang ibu-ibu dan dua orang bapak-bapak sedang menghadapi satu kandidat pelamar pekerjaan yang ngotot tidak mau diwawancarai langsung oleh pimpinannya. Dia-Farah bersikukuh meminta agar mereka para satf HRD saja yang mewawancarai dirinya. Ditunjukkanlah nomor antrian angka 40 yang diletakkan di atas meja. Susah payah ia menyisihkan waktu untuk ikut wawancara, ia tidak ingin menyerah begitu saja"Ayolah Bu Indah. Saya sudah menunggu di kursi depan saat kandidat dari nomor 35 sampai nomor 39 diwawancarai. Seharusnya nomor selanjutnya saya kan Bu?" protes Farah sambil menunjuk-nunjuk kertas lusuh yang bertulis nomor antriannya.Farah tahu jika ibu yang di depannya ini bernama 'Bu Indah, Head of HR and GA Department' dari nametag yang terkalung di lehernya. Bu Indah hanya menatap dingin Farah, begitu juga bawahannya yang duduk di samping-sampingnya. Mereka semua se
“Pak,” panggil Farah sambil menggerak-gerakkan telapak tangannya di depan wajah Yusuf. Baru setelah pundaknya ditepuk oleh Farah, ia mulai tersadar dan bangkit dari duduknya. Ia meletakkan kacamata dan ipad-nya di meja dan mempersilahkan Farah untuk duduk terlebih dahulu. Dari tingkahnya kentara sekali, jika ia benar-benar tertarik dengan Farah. “Nama kamu siapa?” Tangan kiri Yusuf terus saja mengusap-usap leher bagian belakang. Nampaknya ia sedang salah tingkah. Terus saja ia senyum-senyum sendiri saat memandang Farah. Lesung pipinya sangat menggoda dan membuat siapa pun yang melihat tingkah Yusuf pasti gemas. Yusuf, seorang mafia dingin dan juga kejam yang susah sekali untuk didekati oleh wanita menjadi bersikap lunak dan berlemah lembut di hadapan wanita muda bernama Farah. Wanita yang ia maki-maki dengan sebutan wanita gila di toilet laki-laki. “Nama saya Farah, Pak.” Farah menjawab sambil menundukkan pandangannya. Ia tak sanggup ditatap sebegitu anehnya oleh Yusuf. “Jangan p
“Satpam yang di depan sudah dipecat Bos. Sudah saya pastikan juga jika eksekusi di jembatan kemarin malam bersih tanpa meninggalkan jejak. Kasus yang masuk di kepolisian menyatakan jika wanita itu mati karena bunuh diri,” terang Lidiya. Ia berdiri tepat di belakang Yusuf. Yusuf yang tengah berdiri memegang botol wine koleksinya hanya menyunggingkan bibir. Kentara sekali kalau laki-laki berusia 30 tahun ini merasa bosan melihat Lidiya. Setiap harinya ia harus memandang tubuh seksi sekretarisnya ini. Lagi-lagi Lidiya memakai rok dan blus dengan belahan rendah. Seakan-akan sepasang pakaian itu adalah seragamnya ketika bertemu Yusuf. “Oh iya Bos, saya juga ingin mengabarkan jika ada perubahan jadwal dadakan. Client meminta kita untuk membunuh targetnya malam ini. Dia meminta agar si target dibunuh dengan cara di lempar di air terjun, Bos.” Sayangnya, kabar dari sekretarisnya ini membuat emosi Yusuf mendadak naik lagi, ia mendengus kesal. Dari raut
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments