Beranda / Romansa / Mafia's obsession / Bab 5: Jejak Kegelapan

Share

Bab 5: Jejak Kegelapan

Penulis: Adhit
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-17 00:09:53

Aurora menatap Leo dengan penuh tanya saat pria itu muncul dengan napas memburu. Matanya tajam, tubuhnya tegang, dan nada suaranya menunjukkan bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi.

“Ada apa?” tanya Aurora, waspada.

Leo tidak menjawab langsung. Ia hanya melirik Ricardo Moretti sekilas sebelum kembali fokus pada Aurora. “Kita kedatangan tamu tak diundang.”

Lorenzo langsung merogoh pistolnya. “Siapa?”

Leo menggeleng. “Aku tidak yakin, tapi mereka bersenjata dan mencari seseorang.”

Ricardo menyeringai, menyilangkan tangannya di dada. “Sepertinya kau membawa masalah ke tempatku, Aurora.”

Aurora menatap Ricardo tajam. “Jika mereka mencariku, itu berarti mereka juga tahu kau berhubungan denganku.”

Ricardo menghela napas panjang, lalu bangkit dari kursinya. “Kalau begitu, ayo kita lihat siapa yang cukup berani menginjak wilayahku tanpa izin.”

Mereka bertiga mengikuti Ricardo keluar dari ruangan pribadinya menuju balkon lantai atas. Dari sana, mereka bisa melihat sekelompok pria bersenjata memasuki klub, wajah mereka tertutup masker hitam.

Leo mengumpat pelan. “Mereka datang dengan serius.”

Ricardo menoleh ke anak buahnya. “Amankan tempat ini. Aku ingin tahu siapa mereka sebelum ada darah yang tumpah.”

Aurora memperhatikan pria-pria bertopeng itu dengan seksama. “Mereka bukan orang Italia,” gumamnya.

Lorenzo mengangguk. “Gestur mereka… lebih mirip tentara bayaran.”

Leo menegang. “Vasquez.”

Aurora menoleh tajam. “Kau pikir ini orang-orang Antonio Vasquez?”

Ricardo terkekeh. “Kalau benar, berarti teman lamaku itu mulai kehilangan kesabaran.”

“Dia mengirim anak buahnya ke sini, berarti dia tahu Nicolo membocorkan namanya,” kata Aurora pelan, hampir berbicara pada dirinya sendiri.

Leo menarik napas dalam-dalam. “Kalau dia mengawasi kita, itu artinya kita harus lebih cepat bergerak.”

Ricardo menatap mereka dengan ekspresi penuh pertimbangan. “Aku tidak suka kartel mencampuri urusanku. Jadi, ini kesepakatannya, Aurora. Aku akan membantumu untuk sementara—tapi jika Vasquez mulai mengancam bisnisku, aku tidak akan ragu untuk berbalik melawanmu.”

Aurora menatap Ricardo dalam-dalam. “Aku tidak butuh bantuanmu karena belas kasihan, Ricardo. Tapi jika kita punya musuh yang sama, lebih baik kita bekerja sama.”

Ricardo menyeringai. “Kesepakatan sementara, kalau begitu.”

Suara tembakan tiba-tiba bergema di lantai bawah, memutuskan percakapan mereka.

Leo meraih tangan Aurora. “Kita harus pergi.”

Ricardo memberi isyarat pada anak buahnya untuk mengalihkan perhatian para penyusup, sementara mereka keluar melalui jalur rahasia di belakang klub.

Mereka berlari di lorong-lorong gelap, menghindari kejaran para pria bertopeng.

Saat hampir mencapai mobil, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dengan cepat.

Lorenzo bersumpah pelan. “Mereka menemukan kita.”

Leo mengeluarkan pistolnya, begitu juga Lorenzo. Aurora meraih senjatanya sendiri, jantungnya berdegup cepat.

Tiga pria bersenjata muncul dari kegelapan.

Salah satu dari mereka berbicara dalam aksen Spanyol yang kental. “Senorita DeLuca… Tuan Vasquez mengundang Anda untuk bertemu dengannya.”

Aurora mengangkat alis. “Dan jika aku menolak?”

Pria itu tersenyum dingin. “Maka aku harus membawa Anda dengan cara yang lebih kasar.”

Leo mengarahkan pistolnya langsung ke kepala pria itu. “Coba saja.”

Suasana tegang. Tidak ada yang bergerak selama beberapa detik.

Lalu, dengan gerakan secepat kilat, Aurora menembak pria yang berbicara itu tepat di bahunya.

Suara tembakan menggema, diikuti oleh perkelahian sengit.

Leo dan Lorenzo bertarung melawan dua pria lainnya, sementara Aurora menghadapi pria yang kini berlutut, menahan lukanya.

Aurora menekan laras pistolnya ke dahinya. “Katakan pada Vasquez… jika dia ingin menemuiku, dia harus datang sendiri.”

Pria itu mendengus kesakitan, tetapi tersenyum. “Dia akan menemui Anda, senorita… cepat atau lambat.”

Leo menarik Aurora. “Kita harus pergi, sekarang!”

Mereka melompat ke dalam mobil dan Lorenzo langsung melajukan kendaraan mereka keluar dari area itu.

Saat mereka menjauh, Aurora menatap ke luar jendela, pikirannya berputar cepat.

Antonio Vasquez sudah tahu tentang dirinya. Dan sekarang, ia tak bisa lagi bersembunyi.

Leo menatapnya melalui kaca spion. “Apa yang ada di pikiranmu?”

Aurora mengepalkan tangannya. “Kita harus menemukan Nicolo sebelum Vasquez melakukannya.”

Lorenzo menoleh sekilas. “Kau pikir dia masih di Italia?”

Aurora mengangguk. “Jika dia bekerja untuk Vasquez, maka dia adalah kunci untuk menemukan raja kartel itu.”

Leo menatap lurus ke jalan. “Kalau begitu, kita harus menemukan orang yang bisa membawa kita ke Nicolo.”

Aurora menghela napas dalam-dalam. Permainan ini semakin berbahaya, tetapi satu hal yang pasti:

Dia tidak akan berhenti sampai dia tahu kebenaran.

---

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mafia's obsession   bab 125

    Dua hari telah berlalu sejak kehancuran The Core. Eden gempar. Informasi tentang proyek rahasia yang dijalankan oleh Sylvarin menyebar ke berbagai penjuru dunia. Media internasional memberitakan eksperimen biogenetik dan manipulasi manusia yang dilakukan oleh kelompok rahasia bernama Silsilah Pertama. Nama-nama lama yang selama ini hilang dari sejarah kembali mencuat.Namun, bagi Leo, kemenangan itu terasa sementara.Di markas utama, Leo berdiri di ruang strategi bersama Aurora, Rania, Matteo, dan Elena. Peta kota Eden terpampang di layar besar, diselimuti titik-titik merah yang terus bertambah.“Aku sudah periksa semua jalur komunikasi bawah tanah,” kata Rania. “Dan ini bukan hanya sisa-sisa pasukan Sylvarin. Ada pergerakan baru. Sistem mereka aktif kembali.”Aurora menyipitkan mata. “Apa maksudmu?”Rania menghela napas dan mengetuk layar. “Ada penyusup dalam sistem kita. Seseorang dari dalam mencoba merebut kembali kendali atas jaringan Eden. Aku tidak yakin siapa... tapi kode enkri

  • Mafia's obsession   bab 124

    Langit di utara Eden dipenuhi awan kelabu, menandai bahwa malam ini bukan malam biasa. Konvoi kecil yang terdiri dari tiga kendaraan lapis baja berhenti di batas hutan mati—area terlarang yang bahkan oleh penjaga Eden dianggap sebagai “zona tak kembali.” Tapi di sanalah The Core—fasilitas rahasia tempat Sylvarin, sosok misterius dari Silsilah Pertama, menjalankan eksperimen genetika tanpa batas.Leo turun dari kendaraan, helm hitam dengan teknologi taktis terpasang rapat di kepalanya. Di belakangnya, Aurora mengecek perlengkapan tempurnya dengan tenang. Rania berada di mobil kedua, membawa peralatan enkripsi dan komunikasi. Elena dan Marco memimpin pasukan infiltrasi.“Sensor thermal menunjukkan jalur terowongan ini masih aktif,” ujar Rania sambil menatap tablet di tangannya. “Tapi sinyal gangguan sudah terasa. Kemungkinan besar kita akan buta begitu masuk.”Leo memandang lubang masuk kanal yang tertutup semak dan besi tua. Bau lembab dan karat menyengat dari dalam.“Kita masuk dalam

  • Mafia's obsession   bab 123

    Kapsul kaca tempat Kirana Vale terbaring perlahan dibuka, disertai desisan udara yang dilepaskan dari sistem pengaman biologis. Di ruangan medis markas bawah tanah mereka, Rania dan dua teknisi bekerja cepat. Aurora berdiri tak jauh dari ranjang darurat, jari-jarinya saling menggenggam erat. Leo berada di sampingnya, matanya tak lepas dari sosok wanita yang mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran.“Kita berhasil menstabilkan tekanan darahnya,” kata Rania pelan. “Suhu tubuhnya kembali normal. Tapi... masih ada efek samping dari masa pembekuan. Ia mungkin tidak langsung ingat semuanya.”Aurora menahan napas. “Berapa lama dia bisa mulai bicara?”“Beberapa menit ke depan, jika semua berjalan baik.”Suasana di ruangan itu menegang. Setiap detik terasa seperti selamanya. Dan akhirnya, kelopak mata Kirana bergerak, lalu perlahan terbuka.Matanya yang hijau tajam menatap kosong pada langit-langit ruangan, sebelum berpindah ke wajah putrinya. Ada keraguan di sana... lalu ketakutan... lalu air

  • Mafia's obsession   bab 122

    Pintu logam berkarat itu bergemuruh pelan saat terbuka, memperlihatkan lorong sempit yang dilapisi tembok logam usang. Bau besi tua dan lembap langsung menyergap penciuman Leo dan timnya. Di balik lorong itu, mereka tahu, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah nasib Eden.Leo melangkah pertama. Lampu sorot helmnya menyapu dinding yang dipenuhi bekas goresan—entah dari alat kerja atau sisa-sisa pertempuran masa lalu. Marco dan dua anggota lain membuntuti dengan senjata terangkat. Mereka tahu: satu kesalahan saja, dan sistem pertahanan Eden yang belum aktif selama bertahun-tahun bisa saja menyala kembali.“Aku menangkap energi panas di depan,” bisik Marco sambil memeriksa alat pendeteksi. “Tapi... tidak stabil. Seperti—”“—Seperti ada yang mencoba menyalakan sistem dari dalam,” potong Leo.Mereka mempercepat langkah, menuruni tangga spiral menuju ruang pusat kendali yang disebut dalam pesan Cassian. Semakin dalam mereka melangkah, semakin jelas terlihat bahwa tempat ini belum mati—ia ha

  • Mafia's obsession   bab 121

    Udara pagi di sekitar Eden terasa asing bagi Leo, seakan dunia mencoba menjadi normal setelah malam penuh ledakan dan pengejaran. Tapi ia tahu, ketenangan ini hanyalah jeda—bukan akhir. Di atas reruntuhan fasilitas tua tempat mereka meloloskan diri semalam, Leo berdiri menatap horizon, matanya tajam menembus kabut tipis.Aurora berdiri beberapa langkah di belakangnya, mengenakan jaket tebal dan membawa secangkir kopi panas. Tangannya yang gemetar tak bisa menipu siapa pun—perasaan waswas dan rasa bersalah masih membekas sejak mereka meninggalkan Cassian di ruang bawah tanah Eden.“Aku tak bisa tidur,” ucap Aurora pelan, menyodorkan cangkir ke Leo.Leo menerimanya, mengangguk tanpa bicara. Mereka menikmati keheningan itu sejenak, hingga suara langkah kaki mendekat. Rania dan Lorenzo muncul dari balik reruntuhan, wajah mereka lelah, tapi mata mereka menyala oleh kegigihan yang sama.“Kami berhasil memulihkan sebagian peta jaringan lama,” kata Rania, menyerahkan tablet ke Leo. “Tapi... a

  • Mafia's obsession   bab 121

    Udara pagi di sekitar Eden terasa asing bagi Leo, seakan dunia mencoba menjadi normal setelah malam penuh ledakan dan pengejaran. Tapi ia tahu, ketenangan ini hanyalah jeda—bukan akhir. Di atas reruntuhan fasilitas tua tempat mereka meloloskan diri semalam, Leo berdiri menatap horizon, matanya tajam menembus kabut tipis.Aurora berdiri beberapa langkah di belakangnya, mengenakan jaket tebal dan membawa secangkir kopi panas. Tangannya yang gemetar tak bisa menipu siapa pun—perasaan waswas dan rasa bersalah masih membekas sejak mereka meninggalkan Cassian di ruang bawah tanah Eden.“Aku tak bisa tidur,” ucap Aurora pelan, menyodorkan cangkir ke Leo.Leo menerimanya, mengangguk tanpa bicara. Mereka menikmati keheningan itu sejenak, hingga suara langkah kaki mendekat. Rania dan Lorenzo muncul dari balik reruntuhan, wajah mereka lelah, tapi mata mereka menyala oleh kegigihan yang sama.“Kami berhasil memulihkan sebagian peta jaringan lama,” kata Rania, menyerahkan tablet ke Leo. “Tapi... a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status