Share

Ludah Untuk Akbar

"Jangan cengeng, Nay! Tenang saja, aku yang akan mencarikan calon suami buat kamu," celetuk Laela pongah. Akbar yang menangkap dengar hanya bisa tersenyum sinis mendengar penuturan Laela yang terkesan menyombongkan diri. Bukankah dia saja belum menemukan jodohnya, lantas kenapa sibuk mencarikan pria untuk Kanaya? 

"Buat aku? Mbak Laela gak mendadak lupa kan kalau Mbak itu masih lajang?" suara Kanaya terdengar bergetar. "Mbak bahkan sudah menyandang gelar perawan tua dari para tetangga, lalu Mbak sok-sokan mau mencarikan calon suami buatku?"

"Kanaya!" bentak Bu Tarjo lantang. "Jaga mulutmu!"

Kanaya melengos. Dia berlari masuk ke dalam kamar sementara Akbar sudah berhasil membantu Emak Lamba duduk di atas motor dan perlahan mereka mulai menjauhi pekarangan rumah Bu Tarjo. 

"Gak tau diri banget! Sudah dibantu malah ngatain," gerutu Laela dengan wajah memanas. "Dia pikir aku gak bisa cari calon suami? Lajang itu pilihan!" imbuhnya masih dengan sisa kekesalan pada Kanaya.

"Jangan cuma ngomong doang, bawa pria ke rumah ini dan segera menikah. Telinga Mamak panas mendengar cibiran tetangga tentang kamu!" hardik Bu Tarjo. Laela mencebik. Dia melenggang begitu saja tanpa peduli dengan ucapan Ibunya. 

"Bu, ngapain?" Dilsah menepuk pundak Ibunya yang sedang asyik mengintip keributan di depan rumah. Tetangga depan rumah maksutnya. "Jangan dibiasakan! Kepo itu namanya," tegur Dilsah lembut. 

"Kasihan laki-lakinya, Dil, sampai dihina di depan rumah begitu," ucap Bu Mila. "Kalau ada yang melamar kamu suatu hari nanti, jangan memberatkan calon suami dengan memberikan syarat dan mahar yang besar, Nak. Mahar memang hak mutlak seorang istri, tapi bukankah sebaik-baik wanita adalah yang paling murah harganya?" 

Dilsah mengangguk paham. "Dilsah mengerti, Bu. Ada harga tersendiri yang nanti akan Dilsah minta pada calon suami, namun tetap ... Insya Allah tidak memberatkan."

Bu Mila mengusap pucuk kepala putrinya dengan lembut. Usia Dilsah tidak jauh berbeda dengan Kanaya. Mereka dulu satu sekolah, namun Kanaya tidak pernah menegur sapa Dilsah meskipun mereka tetangga. Entah, mungkin karena kehidupan mereka yang Kanaya anggap jauh berbeda. 

Sementara di kampung sebelah, Emak Lamba dan Akbar baru saja sampai di rumah. Rumah sederhana karena rumah yang sudah Akbar siapkan masih dalam proses pembangunan dan hampir jadi. Rencananya, rumah itu yang akan dia tempati bersama Kanaya. Namun rencana hanya tinggal rencana, mengingat Emak dihardik dengan suara lantang membuat hati Akbar terbakar. 

"Maafkan Emak ya, Le," kata Emak Lamba sendu. "Seharusnya Emak yang mengeluarkan modal untuk pernikahan kamu ...."

Akbar memeluk tubuh ringkih Emak Lamba dan berkata. "Aku mencari istri sebagai partner hidup, Mak. Sebagai ibu dari anak-anakku, sebagai madrasah pertama bagi putra-putri kami nanti. Wanita yang bisa menerimaku dengan semua kekurangan yang aku miliki, menerima satu-satunya keluarga yang begitu aku hormati surganya. Dan hari ini, Allah menunjukkan jika Kanaya bukan wanita yang aku cari," papar Akbar berusaha tegar. "Sekarang aku mengerti kenapa Kanaya selalu menolak untuk berkunjung ke rumah dan bertemu Emak. Itu karena dia hanya mau aku, tidak dengan Ibuku. Emak pikir aku bisa hidup dengan istri yang tidak menghargai surgaku?" 

Emak Lamba tergugu. Sakit sekali mendapat penolakan dari keluarga Kanaya. Namun lagi-lagi hati kecilnya mengingatkan bahwasanya apa-apa yang kita anggap baik belum tentu baik pula bagi Allah, dan apa-apa yang kita anggap buruk, bisa jadi itu jalan terbaik bagi Allah. 

"Kamu kecewa, Nak?"

Akbar menggeleng. "Aku justru akan sangat kecewa jika terlanjur menikahi Kanaya namun dia tidak bisa menghargai Emak. Sangat kecewa sekali," ucap Akbar sambil mengecup kepala Emak Lamba yang terbalut jilbab instan. "Emak istirahat saja, Akbar mau ke sawah, sepertinya cabai kita bisa panen dua hari lagi."

Emak Lamba mengangguk samar. Dengan bantuan Akbar, wanita tua itu berjalan perlahan menuju kamarnya. Rumah yang semakin hari semakin terasa sepi bagi Emak karena tidak ada celoteh bayi di dalam sana. Suaminya pun sudah beberapa tahun yang lalu meninggalkan mereka berdua. Kini, hanya Akbar yang Emak miliki. Jika putranya mendamba seorang istri, bukankah Emak harus siap hidup seorang diri? 

Tapi, sayangnya Akbar begitu mencintai Emak. Melihat kilat kemarahan di mata Kanaya untuk Emak Lamba membuat hati Akbar berdenyut nyeri. 

Dengan mengendarai sepeda onthel dia mengayuh sambil melamun. Apakah perasaan untuk Kanaya menguap begitu cepat? Tentu tidak! Namun logika Akbar masih berjalan sehat, tidak akan dia menikahi wanita yang tidak memiliki unggah-ungguh pada Emaknya. 

Kedua mata Akbar memanas. Usianya sudah menginjak kepala tiga namun rencana pernikahan yang dia impikan bersama Kanaya pupus sudah. 

"Astaghfirullah ...." Akbar berulang kali menghela napas panjang dan mengucap istighfar. "La haula wa la quwwata illa billahil aliyil adzim."

Akbar menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berharap sesak di dalam dadanya berkurang dengan menyebut nama Tuhannya.

Sebuah motor melaju cepat di belakang Akbar. Tawa mengejek mulai terdengar di telinganya. "Petani miskin, memang buta itu mata Kanaya," ucapnya dengan suara lantang. "Harusnya diberi wajah cantik itu pilih suami yang kaya dan mapan. Kalau cuma ganteng, plis lah ... jaman sekarang memang kenyang cuma dengan ketampanan. Gak logis!" 

Laela memainkan gas motornya membuat deru bising terdengar di telinga Akbar. Dua wanita yang duduk di belakang Laela itu menertawakan seorang pria yang terlihat kepayahan mengayuh sepeda. Akbar mencoba abai, namun sebuah ludah mendarat sempurna di lengan tangannya membuat sebuah kalimat menakutkan terucap dari bibir Akbar. "Suatu hari nanti, ludah ini yang akan menjadi saksi betapa Allah akan memberikan kehidupan yang pedih kepadamu!" 

Laela dan dua temannya tertawa puas setelah meludahi tangan Akbar. Dia menarik gas kuat-kuat dan meninggalkan Akbar dengan sisa asap motornya di belakang.

"Bye ....!" teriak salah satu wanita yang duduk paling ujung. "Masih muda jadi petani, masa depan suram dong! Ha ... ha ... ha ...."

Bersambung 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status