Share

Mahar 500 Juta
Mahar 500 Juta
Penulis: Merry Heafy

Chapter 1

Penulis: Merry Heafy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 21:16:06

1)

"Sakinah, harusnya kamu itu sadar diri! Kamu itu cuma lulusan SMP. Pekerjaan kamu juga nggak jelas. Tampang kamu pun nggak ada bagus-bagusnya. Kamu pikir, ada laki-laki yang mau nikah sama perempuan seperti kamu?"

"Dasar perawan tua nggak tahu diri!"

"Harusnya kamu ngaca dulu sebelum pilih-pilih suami!"

Sakinah hanya bisa diam mendengar hinaan dari keluarganya. Saat ini, gadis itu tengah berkumpul bersama dengan nenek, bibi, dan sepupunya di rumah kecil yang mereka tinggali bersama.

"Kamu pengen suami yang kayak apa sih, Sakinah? Harusnya kamu bersyukur, Tante mau ngenalin kamu sama juragan kaya!" omel Tante Nunik.

"Jadi perempuan tuh jangan pemilih!" sahut Tante Rara. "Kamu beneran mau jadi perawan tua?" cibirnya.

"Kamu nggak suka karena juragan itu udah tua? Kamu pengennya punya suami tajir dan masih muda?" sinis Nenek Widia.

"Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu! Kalau kamu mau jadi istri ke-7 Juragan Brata, kamu bisa hidup enak, Sakinah! Kamu nggak perlu jadi tukang cuci piring lagi. Kamu nggak perlu tidur di gudang lagi dan kamu bisa beli banyak baju bagus buat gantiin baju-baju kamu yang kayak gembel itu," seru Tante Nunik.

Sakinah masih bungkam. Gadis itu berdiri sembari menunduk dalam-dalam.

Sakinah sudah terbiasa menerima omelan seperti ini dari nenek dan bibik-bibinya. Gadis itu juga sudah sering menerima olok-olok dari keluarganya sendiri. Entah sudah berapa kali nenek dan Bibi Sakinah menyebut Sakinah sebagai perawan tua hanya karena Sakinah belum menikah.

"Udahlah, Nek! Percuma Nenek ngomong sama lulusan SMP! Mbak Sakinah mungkin lebih seneng jadi tukang cuci piring daripada jadi istri Juragan," celetuk Ratih, anak dari Tante Nunik.

"Kamu nggak punya mulut ya, Sakinah? Nenek sama tante kamu ngomong dari tadi, kenapa kamu cuma diam aja?" sentak Nenek Widia.

"Maaf, Nek. Sakinah nggak bermaksud bikin Nenek kecewa," ucap Sakinah dengan suara lirih. "Sakinah cuma mau nikah sama orang yang Sakinah suka. Sakinah nggak mau nikah sama juragan itu."

Prang! Tante Nunik mengambil gelas, lalu membantingnya ke lantai hingga hancur. "Kamu sadar nggak sih, kamu itu udah jadi aib keluarga! Semua orang ngatain kamu perawan tua, Sakinah. Apa kamu nggak malu? Tante cuma berusaha bantuin kamu buat nyari calon suami yang baik."

Sakinah diomeli habis-habisan, hingga gadis itu tak berkutik sedikitpun. Semua orang terus memojokkan dirinya dan tak ada satu pun keluarganya yang membelanya.

"Dengar Nenek baik-baik, Sakinah! Kalau kamu nggak nikah-nikah dan cuma bikin Nenek malu, nenek nggak akan biarin kamu tinggal di sini lagi!" seru Nenek Widia.

Sakinah tertawa dalam hati. "Rumah kan ini milik aku, tapi kenapa aku yang harus terusir dari sini?" batin Sakinah.

Seharusnya, Sakinah menempati rumah peninggalan mendiang ayahnya seorang diri saat ini. Ayah Sakinah baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu dan membuat Sakinah menjadi yatim piatu.

Meski hanya lulusan SMP dan mempunyai pekerjaan serabutan, setidaknya Sakinah mempunyai rumah yang nyaman untuk ia tinggali. Namun, sayangnya rumah yang ia anggap surga, tiba-tiba berubah menjadi neraka setelah nenek dan tantenya tiba-tiba muncul sebagai benalu.

Nenek Widia yang tinggal mengontrak bersama dengan dua anaknya yang sudah menjanda, mendadak datang ke rumah Sakinah dan menawarkan diri untuk menemani Sakinah. Dengan alasan kasihan pada Sakinah yang sudah tidak punya orang tua, mereka berhasil masuk ke rumah Sakinah dan mengambil alih rumah gadis itu.

"Sakinah, coba kamu pikir-pikir lagi tawaran dari Mbak Nunik. Kalau kamu nolak Juragan Brata, kemungkinan kamu nggak akan nikah seumur hidup!" seru Tante Rara sebelum pergi meninggalkan ruang tamu.

Sakinah nampak jengah mendengar kata "menikah". Nenek dan bibinya selalu mendorong Sakinah untuk segera mempunyai pasangan, hingga mereka menyodorkan sembarang pria untuk Sakinah.

"Udah jam segini, ya? Aku harus buru-buru berangkat ke warung," gumam Sakinah.

Untungnya Sakinah sudah kebal. Ia tak mau mengambil pusing tingkah keluarganya yang seenaknya padanya.

Gadis itu bergegas berangkat menuju ke warung soto yang berada tak jauh dari pasar. Di warung soto yang cukup besar itulah, Sakinah mencari nafkah di sana dengan menjadi tukang cuci piring.

"Sakinah, ini udah jam berapa? Kenapa kamu baru muncul sekarang? Kamu sengaja datang telat, ya?" Baru saja tiba di tempat kerja, gadis itu sudah disambut omelan oleh pemilik warung tempatnya bekerja.

"M-maaf, Bu. Bukannya saya nggak telat hari ini? Biasanya juga saya datang ke warung jam 10.00," ujar Sakinah memberikan pembelaan.

"Kamu mau ngelawan saya?" hardik pemilik warung. "Saya udah bilang, hari ini warung akan buka lebih awal. Kuping kamu ke mana, hah? Harusnya kamu datang ke warung 1 jam yang lalu!"

"Nggak ada yang bilang sama saya kalau hari ini warung buka lebih awal," ujar Sakinah.

Sakinah melirik ke arah teman-temannya. Nampaknya mereka semua bersekongkol untuk tidak memberitahu Sakinah mengenai perubahan jam buka warung.

Situasi di tempat kerja Sakinah tak jauh berbeda dari kondisi di rumah Sakinah. Di tempat kerja, gadis itu juga menerima perlakuan tak menyenangkan dari teman-temannya.

"Hari ini kamu harus lembur sampai malam!" seru pemilik warung. "Kamu harus lembur tanpa dibayar."

Sakinah menghela napas pasrah. Sudah kerap kali gadis itu menerima perlakuan tidak adil selama bekerja di warung soto tersebut, tapi Sakinah tak bisa melakukan apa pun untuk membela diri.

Karena Sakinah membutuhkan pekerjaan ini, mau tak mau Sakinah harus terus bertahan di warung soto tersebut meskipun gadis itu ditindas oleh banyak orang.

"Sakinah, kamu mandi nggak sih kalau mau berangkat kerja? Muka kamu makin lama makin kucel," ejek teman-teman Sakinah.

"Pantas aja kamu belum nikah sampai sekarang. Siapa orang yang mau nikah sama perempuan dekil kayak kamu?" sahut yang lain.

"Dengar-dengar, kamu juga nggak pernah punya pacar, ya? Masa' nggak ada tukang bangunan yang mau sama kamu? Kalau kamu mau, aku bisa kenalin tukang ojek sama kamu."

Sakinah tidak menggubris. Gadis itu terus fokus mencuci piring-piring kotor yang menumpuk di hadapannya, sementara teman-temannya asyik menggosip tanpa mengerjakan tugas mereka.

Hari-hari seperti inilah yang dijalani oleh Sakinah selama beberapa bulan terakhir. Gadis itu harus bertahan melewati banyak tekanan di mana pun ia berada.

Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Sakinah sudah tidak mempunyai tempat untuk bersandar. Gadis itu harus menghadapi dunia yang keras tanpa dukungan keluarga maupun teman.

"Tapi ... sekarang aku nggak akan sendirian lagi," ucap Sakinah seraya menggenggam tangan seorang pemuda yang berdiri di sampingnya.

Gadis yang selalu mendapat ejekan perawan tua itu, tiba-tiba pulang ke rumah dengan menggandeng seorang laki-laki. Di depan seluruh anggota keluarga, Sakinah dengan lantang memperkenalkan pria berambut gondrong dan berjenggot tebal yang dibawa pulang olehnya.

"Ini Mas Teguh. Calon suami aku."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mahar 500 Juta   chapter 57(END)

    Bab 57Kabar gembira tentang kehamilan Sakinah langsung disambut dengan tangis haru oleh Teguh. Pria itu tak menyangka, ia akan dikaruniai anak secepat ini. "Selamat, Sayang. Kamu akan jadi ibu." Teguh langsung memeluk Sakinah, kemudian mengecupi wajah istrinya itu bertubi-tubi.Sakinah sendiri tak kalah terkejut, begitu ia mengetahui ternyata ada janin yang tumbuh di perutnya saat ini. Baru saja Sakinah menjalankan peran barunya sebagai seorang istri selama beberapa bulan, sebentar lagi setelah akan mendapatkan peran baru sebagai seorang ibu."Selamat juga, Mas. Sebentar lagi, kamu akan menjadi ayah," sahut Sakinah.Teguh dan Sakinah terus tersenyum, seusai mereka kembali dari rumah sakit. Pasangan suami istri itu terus mengucap syukur atas amanah yang dipercayakan pada mereka. Meski Teguh dan Sakinah masih sama-sama belajar menjalankan peran sebagai suami dan istri, tapi keduanya sudah cukup siap untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Dari segi finansial, Teguh dan Sakinah tidak

  • Mahar 500 Juta   chapter 56

    Bab 56Hidup Sakinah akhir-akhir ini terasa begitu damai. Sudah lama ia tidak mendengar kabar tentang keluarga Nek Widia. Sakinah tak perlu lagi menghadapi gangguan dari nenek dan bibi-bibinya yang selalu berusaha memanfaatkan dirinya.Tak hanya itu, Sakinah juga tak pernah diusik lagi oleh Irish dan Bu Dewi. Irish sudah berhenti mengganggu Sakinah setelah ia mempermalukan dirinya sendiri di acara perusahaan Teguh. Orang tua Irish bahkan mengirim Irish ke luar negeri. Iris sudah benar-benar berhenti mengejar Teguh, setelah ia mendapatkan peringatan dari kedua orang tuanya.Selain itu, Juragan Brata saat ini sudah mulai menjalani hukumannya di balik jeruji besi. Berkat kerja keras pengacara Teguh, Sakinah pun mendapatkan keadilan dan juragan Brata mendapatkan hukuman yang setimpal.Hari-hari Sakinah saat ini hanya dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta serta perhatian dari sang suami. "Sakinah, mumpung besok aku libur, gimana kalau kita pergi jalan-jalan?" ajak teguh pada Sakinah."Bol

  • Mahar 500 Juta   chapter 55

    Bab 55Setelah Ratih mengaku hamil, suasana di rumah Nek Widia terlihat suram. Nek Widia dan anak-anaknya tak saling bicara, dan Ratih mengurung diri di dalam kamar selama berhari-hari.Ratih sudah membuat seisi rumah stress, karena kelakuannya yang tak bisa menjaga pergaulan. Nek Widia dan Nunik masih marah besar pada Ratih, hingga mereka tak mau bertegur sapa apalagi bicara dengan Ratih. Setiap harinya, Ratih hanya bisa menangis di dalam kamar, meratapi nasib. Karena laki-laki yang menghamilinya tak mau bertanggung jawab, terpaksa Ratih harus melahirkan anak dalam kandungannya seorang diri. Ratih sudah mencoba segala cara untuk menyingkirkan janin tersebut, tapi sayang semua obat yang digunakan oleh Ratih gagal. Ratih sempat berpikir untuk melakukan aborsii, tapi gadis itu tak punya nyali dan biaya. Nek Widia dan keluarga masih belum punya solusi untuk menyelesaikan masalah Ratih. Sampai saat ini, mereka hanya berusaha agar kehamilan Ratih tidak diketahui oleh orang-orang. Jika sam

  • Mahar 500 Juta   chapter 54

    Bab 54"Ibu udah dengar kabar soal Kak Sakinah belum?" tanya Ratih pada Nunik.Kabar mengenai Sakinah kini telah sampai ke telinga keluarganya. Mereka sangat terkejut, sekaligus kesal pada Sakinah yang sengaja menutupi bisnis dan kekayaannya dari mereka."Kamu juga tahu?" "Bukan cuma aku, semua orang di kampung juga udah tahu," timpal Ratih. "Kak Sakinah ternyata punya perusahaan besar. Kak Sakinah ternyata nggak kalah kaya dari suaminya."Nunik, Rara, Nek Widia juga sudah tahu terlebih dulu. Setelah mereka mendengar kabar tentang Sakinah, mereka langsung berusaha menghubungi Sakinah, tapi sayang Sakinah tak dapat dihubungi.Nenek dan bibi-bibi Sakinah itu juga berusaha mendatangi Sakinah, tapi mereka tak bisa menjumpai Sakinah. Wanita yang selama ini mereka injak-injak dan mereka remehkan, kini bukan orang sembarangan yang bisa mereka temui sesuka hati. Setelah mengungkapkan semuanya, Sakinah telah memutuskan untuk tak lagi berurusan dengan keluarganya. Sakinah sudah dapat menebak,

  • Mahar 500 Juta   chapter 53

    Bab 53"Kamu akan jelasin semuanya sekarang, kan?"Saat ini Teguh sudah mengurung Sakinah di dalam kamar. Pria itu tidak akan membiarkan Sakinah pergi sebelum ia mendapatkan penjelasan yang ia inginkan. "Sebelumnya, aku minta maaf, Mas. Aku nggak bermaksud menyembunyikan hal ini dari kamu," ungkap Sakinah. "Sebenarnya, aku udah tahu kalau kamu bohong sama aku, Sakinah. Kamu diam-diam pergi tiap pagi setelah aku berangkat ke kantor, kan? Aku sempat curiga sama kamu, tapi untungnya kamu nggak ngelakuin hal buruk di luar sana," cetus Teguh. "Aku nggak mungkin punya maksud buruk sama kamu, Mas. Aku nggak ada niat sedikitpun untuk bohongin kamu. Aku cuma belum waktu yang tepat buat ngungkapin semuanya sama kamu, sahut Sakinah. "Ada alasan tertentu kenapa aku nyembunyiin semua ini. Aku nggak cuma nyembunyiin ini dari kamu, tapi dari semua keluarga aku. Nggak ada satu pun orang tahu soal perusahaan aku, Mas. Aku memang sengaja nggak bilang ke keluarga aku, karena aku nggak mau dimanfaatka

  • Mahar 500 Juta   chapter 52

    52)"Kami ucapkan banyak terima kasih pada seluruh hadirin yang sudah berkenan hadir dalam acara malam ini."Pembaca acara sudah mulai berbicara. Irish dan Bu Dewi masih terus mengoceh untuk menjatuhkan Sakinah, meskipun perhatian orang-orang mulai teralihkan pada pembawa acara.Sakinah masih belum merespon sindiran dan hinaan yang dilayangkan padanya dari Irish dan Bu Dewi. Wanita itu terlihat begitu tenang saat dirinya diledek dan direndahkan oleh dua wanita yang berdiri tak jauh darinya itu.Saat pembaca acara tengah mengoceh di atas panggung, tiba-tiba pembawa acara itu menyebutkan nama orang-orang yang menerima undangan khusus dari pihak perusahaan. Pembawa acara menyampaikan terima kasih secara khusus untuk tamu VIP yang hadir, sebagai apresiasi dan tanda hormat pada orang-orang penting yang memiliki banyak kontribusi untuk kemajuan perusahaan Teguh. "Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Nyonya Sakinah, selalu investor utama, yang sudah berkenan hadir dalam acar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status