Share

Chapter 2

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-06-24 21:17:06

"Aku akan menikah dengan Mas Teguh."

Nenek Widia, Tante Rara, dan Tante Nunik langsung menatap Teguh dan memandangi pemuda itu dari ujung kaki hingga kepala. Terlihat sekali kalau mereka meremehkan Teguh hanya karena penampilan Teguh.

Pemuda yang berdiri di samping Sakinah saat ini memang tidak memiliki penampilan yang mencolok. Teguh sudah berusaha memakai pakaian rapi, tapi tetap saja baju yang melekat di tubuh pria itu nampak lusuh. Ada sedikit sobekan di sepatu yang dipakai oleh Teguh, dan celana yang dikenakan olehnya juga terlihat Kumal.

Tak hanya itu, rambut gondrong dan jenggot tebal yang bertengger di wajah pemuda itu membuat keluarga Sakinah makin tak suka. Penampilan luar yang ditunjukkan oleh Teguh tak jauh berbeda dari preman-preman yang sering berkeliaran di jalanan.

"Apa Sakinah udah nggak waras? Dia mau nikah sama gembel?" bisik Tante Rara pada Tante Nunik.

"Kayaknya memang ada yang salah sama otak Sakinah. Bisa-bisanya, dia bawa preman jelek ini ke rumah," sahut Tante Nunik. Tante Rara dan Tante Nunik mulai asyik menjelek-jelekkan Teguh, tanpa peduli suara mereka akan terdengar oleh Teguh.

"Ini laki-laki yang mau kamu nikahi?" tanya Nenek Widia.

Sakinah tetap tersenyum, meskipun keluarganya tidak memberikan sambutan baik pada pria pilihannya. "Mas Teguh, ini nenek aku. Yang itu Tante Nunik, adik pertama ayah aku. Dan yang itu, Tante Rara, adik kedua Ayah aku. Anak kecil yang di sana itu sepupu aku, anaknya Tante Nunik, namanya Ratih."

Sakinah dengan santai memperkenalkan satu persatu keluarganya pada Teguh. Kini giliran Teguh mengenalkan dirinya pada anggota keluarga calon istrinya.

"Selamat sore, Nenek, Tante. Perkenalkan nama saya Teguh," ucap Teguh, sembari mengulurkan tangan pada Nenek Widia.

Nenek Widia hanya diam, tanpa menyambut jabatan tangan Teguh. Tante Rara dan Tante Nunik juga enggan menjabat tangan pemuda itu.

"Lihat tuh tangannya penuh sama plester. Pasti tangannya kasar dan kotor," bisik Tante Nunik pada adiknya.

Nenek Widia melempar tatapan tajam pada Teguh tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Wanita tua itu masih sibuk memperhatikan pakaian Teguh yang berantakan.

"Ayo duduk Mas. Aku ambilin minum dulu, ya?" tawar Sakinah pada Teguh.

Suasana menjadi canggung. Tante Rara dan Tante Nunik yang terus berbisik membuat Teguh mulai terusik.

"Kamu kerja apa?" tanya Nenek Widia membuka suara. Nada bicara Nenek Widia terdengar begitu angkuh, tapi Teguh masih berusaha menjaga sopan santunnya di depan nenek Sakinah.

"Saya kerja di depot air. Saya biasa ngantar galon ke warung soto tempat Sakinah kerja, makanya saya bisa kenal sama Sakinah," terang Teguh. Walaupun dari luar, Teguh nampak garang dan menyeramkan, tapi pemuda itu mempunyai tutur kata lembut dan sikap yang santun. Orang-orang pasti akan tertipu jika mereka hanya melihat tampilan luar Teguh.

"Oh, tukang galon?" celetuk Tante Rara.

Tante Nunik dan Tante Rara menahan tawa. Keduanya begitu terang-terangan mengejek pekerjaan yang dimiliki oleh Teguh.

"Apa yang salah sama tukang galon? Yang penting pekerjaan Mas Teguh halal," ujar Sakinah ikut menyela untuk membela calon suaminya.

"Tante nggak ngomong apa-apa kan? Tante juga nggak bilang kerja jadi tukang galon itu haram," cibir Tante Rara. "Tante cuma kaget, kok ada tukang galon berani ngelamar anak orang? Memangnya uang gajinya cukup buat hidupin anak istri?" sinis Tante Rara.

"Apa yang dibilang sama tante kamu itu benar. Calon suami kamu ini punya apa sampai dia berani mau ngajakin kamu nikah?" sindir Nenek Widia.

Sakinah dan Teguh hanya diam, tanpa berani membalas perkataan Nenek Widia. Sakinah tidak terima melihat calon suaminya direndahkan, tapi gadis itu tak mungkin melawan neneknya dan bertingkah tidak sopan.

"Kamu tinggal di mana? Kamu punya rumah, kan?" tanya Nenek Widia kembali mengintrogasi Teguh. "Ayah kamu kerja apa?"

"Saya ngontrak sendiri, Nek. Saya nggak tinggal sama orang tua. Orang tua saya dagang di luar kota," jawab Teguh.

Nenek Widia mengerutkan kening. Ekspresi wajah wanita tua itu juga makin terlihat dingin. "Jadi, nanti kalau kamu udah nikah sama Sakinah, kamu mau ajakin Sakinah ngontrak?"

"Saya akan mulai nabung untuk bangun rumah," sahut Teguh.

"Cih, cuma tukang galon kok belagak mau bangun rumah," ledek Tante Nunik.

Teguh mengulas senyum tipis. Pria itu masih bisa menghadapi ejekan dari keluarga Sakinah dengan sabar.

"Kamu lulusan apa? Sebelum jadi tukang galon, kamu pernah kerja apa aja?" tanya Nenek Widia.

"Saya lulusan SMP. Setelah lulus SMP, saya kerja jadi kuli bangunan, tukang ojek, sama jualan jus."

Ratih cekikikan usai mendengar jawaban Teguh. Hanya karena gadis itu bisa duduk di bangku SMA, Ratih selalu memandang rendah orang-orang yang mempunyai pendidikan lebih rendah darinya.

"Cocok banget tuh sama Mbak Sakinah! Mbak Sakinah kan juga cuma lulusan SMP. Kerjaannya Sakinah juga nggak jelas. Mereka bakalan jadi pasangan yang serasi," bisik Ratih pada ibunya.

"Memang sih, mereka kayaknya selevel. Dilihat dari penampilan juga, mereka sama-sama jelek, sama-sama dekil," sahut Tante Rara.

"Jadi, apa yang kamu punya saat ini, Nak Teguh? Kamu nggak punya pekerjaan bagus. Kamu juga nggak punya rumah. Kamu nggak berpendidikan tinggi lagi. Apa yang bisa kamu kasih ke cucu saya?" tanya Nenek Widia.

"Aku sama Mas Teguh bisa nabung sama-sama, Nek," ucap Sakinah. "Tolong kasih restu ke kami, Nek. Izinin aku menikah sama Mas Teguh."

Nenek Widia melirik ke arah Sakinah dengan sorot mata tajam. "Nenek lagi ngomong sama Teguh! Kamu bisa diam kan, Sakinah?"

"Udah, Bu, kasih restu aja. Bukan urusan kita juga kalau Sakinah hidup menderita sama suaminya yang kere itu," cetus Tante Nunik pada Nenek Widia.

Nenek Widia tidak menggubris. Sepertinya wanita tua itu mempunyai tujuan lain.

"Kamu bisa kasih mas kawin apa ke cucu saya?" tanya Nenek Widia kemudian.

"Soal mas kawin, aku nggak minta aneh-aneh. Aku akan minta mas kawin semampunya dari Mas Teguh," sahut Sakinah mendahului Teguh.

Nenek Widia menggebrak meja. "Nenek nggak nanya sama kamu!" teriak Nenek Widia.

"Saya memang nggak punya apa-apa, tapi keluarga saya punya gelang warisan turun temurun. Saya akan memberikan gelang itu pada Sakinah sebagai mas kawin," ungkap Teguh.

"Kamu cuma mau kasih cucu saya gelang tua?" omel Nenek Widia.

"Nenek, jangan memberatkan Mas Teguh soal mas kawin," sela Sakinah.

"Diam kamu!" sentak Nenek Widia pada Sakinah.

Suasana tegang membuat Sakinah makin gugup tak karuan. Ia pikir, keluarganya akan melepaskan dirinya dengan mudah setelah Sakinah menemukan calon suami. Namun, Nenek Widia justru sengaja mempersulit Sakinah saat ia berusaha meminta restu.

"Teguh, selain gelang murahan, kamu juga harus menyiapkan mas kawin lain untuk Sakinah," cetus Nenek Widia. "Sakinah ini cucu dari anak laki-laki saya satu-satunya. Saya nggak bisa kasih cucu saya ke sembarang orang," ungkap Nenek Widia.

"Saya paham, Nek."

"Kalau kamu benar-benar ingin menikahi Sakinah, kamu harus bisa memenuhi syarat yang Nenek ajukan," ujar Nenek Widia kemudian.

Sakinah membelalakkan mata. "Syarat apa?”

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mahar 500 Juta   chapter 57(END)

    Bab 57Kabar gembira tentang kehamilan Sakinah langsung disambut dengan tangis haru oleh Teguh. Pria itu tak menyangka, ia akan dikaruniai anak secepat ini. "Selamat, Sayang. Kamu akan jadi ibu." Teguh langsung memeluk Sakinah, kemudian mengecupi wajah istrinya itu bertubi-tubi.Sakinah sendiri tak kalah terkejut, begitu ia mengetahui ternyata ada janin yang tumbuh di perutnya saat ini. Baru saja Sakinah menjalankan peran barunya sebagai seorang istri selama beberapa bulan, sebentar lagi setelah akan mendapatkan peran baru sebagai seorang ibu."Selamat juga, Mas. Sebentar lagi, kamu akan menjadi ayah," sahut Sakinah.Teguh dan Sakinah terus tersenyum, seusai mereka kembali dari rumah sakit. Pasangan suami istri itu terus mengucap syukur atas amanah yang dipercayakan pada mereka. Meski Teguh dan Sakinah masih sama-sama belajar menjalankan peran sebagai suami dan istri, tapi keduanya sudah cukup siap untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Dari segi finansial, Teguh dan Sakinah tidak

  • Mahar 500 Juta   chapter 56

    Bab 56Hidup Sakinah akhir-akhir ini terasa begitu damai. Sudah lama ia tidak mendengar kabar tentang keluarga Nek Widia. Sakinah tak perlu lagi menghadapi gangguan dari nenek dan bibi-bibinya yang selalu berusaha memanfaatkan dirinya.Tak hanya itu, Sakinah juga tak pernah diusik lagi oleh Irish dan Bu Dewi. Irish sudah berhenti mengganggu Sakinah setelah ia mempermalukan dirinya sendiri di acara perusahaan Teguh. Orang tua Irish bahkan mengirim Irish ke luar negeri. Iris sudah benar-benar berhenti mengejar Teguh, setelah ia mendapatkan peringatan dari kedua orang tuanya.Selain itu, Juragan Brata saat ini sudah mulai menjalani hukumannya di balik jeruji besi. Berkat kerja keras pengacara Teguh, Sakinah pun mendapatkan keadilan dan juragan Brata mendapatkan hukuman yang setimpal.Hari-hari Sakinah saat ini hanya dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta serta perhatian dari sang suami. "Sakinah, mumpung besok aku libur, gimana kalau kita pergi jalan-jalan?" ajak teguh pada Sakinah."Bol

  • Mahar 500 Juta   chapter 55

    Bab 55Setelah Ratih mengaku hamil, suasana di rumah Nek Widia terlihat suram. Nek Widia dan anak-anaknya tak saling bicara, dan Ratih mengurung diri di dalam kamar selama berhari-hari.Ratih sudah membuat seisi rumah stress, karena kelakuannya yang tak bisa menjaga pergaulan. Nek Widia dan Nunik masih marah besar pada Ratih, hingga mereka tak mau bertegur sapa apalagi bicara dengan Ratih. Setiap harinya, Ratih hanya bisa menangis di dalam kamar, meratapi nasib. Karena laki-laki yang menghamilinya tak mau bertanggung jawab, terpaksa Ratih harus melahirkan anak dalam kandungannya seorang diri. Ratih sudah mencoba segala cara untuk menyingkirkan janin tersebut, tapi sayang semua obat yang digunakan oleh Ratih gagal. Ratih sempat berpikir untuk melakukan aborsii, tapi gadis itu tak punya nyali dan biaya. Nek Widia dan keluarga masih belum punya solusi untuk menyelesaikan masalah Ratih. Sampai saat ini, mereka hanya berusaha agar kehamilan Ratih tidak diketahui oleh orang-orang. Jika sam

  • Mahar 500 Juta   chapter 54

    Bab 54"Ibu udah dengar kabar soal Kak Sakinah belum?" tanya Ratih pada Nunik.Kabar mengenai Sakinah kini telah sampai ke telinga keluarganya. Mereka sangat terkejut, sekaligus kesal pada Sakinah yang sengaja menutupi bisnis dan kekayaannya dari mereka."Kamu juga tahu?" "Bukan cuma aku, semua orang di kampung juga udah tahu," timpal Ratih. "Kak Sakinah ternyata punya perusahaan besar. Kak Sakinah ternyata nggak kalah kaya dari suaminya."Nunik, Rara, Nek Widia juga sudah tahu terlebih dulu. Setelah mereka mendengar kabar tentang Sakinah, mereka langsung berusaha menghubungi Sakinah, tapi sayang Sakinah tak dapat dihubungi.Nenek dan bibi-bibi Sakinah itu juga berusaha mendatangi Sakinah, tapi mereka tak bisa menjumpai Sakinah. Wanita yang selama ini mereka injak-injak dan mereka remehkan, kini bukan orang sembarangan yang bisa mereka temui sesuka hati. Setelah mengungkapkan semuanya, Sakinah telah memutuskan untuk tak lagi berurusan dengan keluarganya. Sakinah sudah dapat menebak,

  • Mahar 500 Juta   chapter 53

    Bab 53"Kamu akan jelasin semuanya sekarang, kan?"Saat ini Teguh sudah mengurung Sakinah di dalam kamar. Pria itu tidak akan membiarkan Sakinah pergi sebelum ia mendapatkan penjelasan yang ia inginkan. "Sebelumnya, aku minta maaf, Mas. Aku nggak bermaksud menyembunyikan hal ini dari kamu," ungkap Sakinah. "Sebenarnya, aku udah tahu kalau kamu bohong sama aku, Sakinah. Kamu diam-diam pergi tiap pagi setelah aku berangkat ke kantor, kan? Aku sempat curiga sama kamu, tapi untungnya kamu nggak ngelakuin hal buruk di luar sana," cetus Teguh. "Aku nggak mungkin punya maksud buruk sama kamu, Mas. Aku nggak ada niat sedikitpun untuk bohongin kamu. Aku cuma belum waktu yang tepat buat ngungkapin semuanya sama kamu, sahut Sakinah. "Ada alasan tertentu kenapa aku nyembunyiin semua ini. Aku nggak cuma nyembunyiin ini dari kamu, tapi dari semua keluarga aku. Nggak ada satu pun orang tahu soal perusahaan aku, Mas. Aku memang sengaja nggak bilang ke keluarga aku, karena aku nggak mau dimanfaatka

  • Mahar 500 Juta   chapter 52

    52)"Kami ucapkan banyak terima kasih pada seluruh hadirin yang sudah berkenan hadir dalam acara malam ini."Pembaca acara sudah mulai berbicara. Irish dan Bu Dewi masih terus mengoceh untuk menjatuhkan Sakinah, meskipun perhatian orang-orang mulai teralihkan pada pembawa acara.Sakinah masih belum merespon sindiran dan hinaan yang dilayangkan padanya dari Irish dan Bu Dewi. Wanita itu terlihat begitu tenang saat dirinya diledek dan direndahkan oleh dua wanita yang berdiri tak jauh darinya itu.Saat pembaca acara tengah mengoceh di atas panggung, tiba-tiba pembawa acara itu menyebutkan nama orang-orang yang menerima undangan khusus dari pihak perusahaan. Pembawa acara menyampaikan terima kasih secara khusus untuk tamu VIP yang hadir, sebagai apresiasi dan tanda hormat pada orang-orang penting yang memiliki banyak kontribusi untuk kemajuan perusahaan Teguh. "Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Nyonya Sakinah, selalu investor utama, yang sudah berkenan hadir dalam acar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status