Share

Chapter 3

Penulis: Merry Heafy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 21:17:39

"Kamu harus siapin uang dapur 200 juta."

Itulah syarat yang diajukan oleh Nenek Widia pada Teguh. Secara tak langsung, Nenek Widia berusaha menghalangi hubungan Sakinah dan Teguh. Wanita tua itu memeras Teguh dengan meminta sejumlah uang yang tak mungkin bisa didapat oleh Teguh dalam waktu singkat.

"Sebelum kamu datang ke sini, Sakinah sempat dilamar sama orang lain," ungkap Nenek Widia. "Kamu tahu nggak berapa mas kawin yang ditawarin sama orang yang ngelamar Sakinah sebelumnya?"

Siapa lagi orang yang dimaksud oleh Nenek Widia kalau bukan Juragan Brata. Sebagai tuan tanah dan juragan paling kaya di kampung mereka, tentu tak sulit bagi Juragan Brata untuk memberikan mas kawin pada Sakinah dalam jumlah besar.

"Sakinah akan dikasih mas kawin emas 100 gram sama uang 100 juta. Nenek juga akan dikasih uang dapur 150 juta," ungkap Nenek Widia. "Kalau kamu mau nikah sama Sakinah, harusnya kamu kasih mas kawin sama uang dapur lebih besar. Sakinah sampai menolak lamaran dari juragan, cuma demi tukang galon seperti kamu. Harusnya kamu tahu diri dan berterima kasih sama Sakinah yang lebih memilih kamu."

"Nek, tolong jangan memberatkan Mas Teguh!" seru Sakinah. "Aku nolak Juragan Brata bukan karena Mas Teguh. Aku memang nggak suka sama Juragan Brata. Sekalipun aku nggak kenal sama Mas Teguh, aku tetap akan nolak lamaran dari Juragan Brata!" tegas Sakinah.

"Kamu ini tahu apa soal pernikahan?" cibir Tante Nunik. "Kamu tahu nggak pentingnya mas kawin sama uang dapur? Mas kawin yang dikasih dari pihak laki-laki akan nunjukin nilai kamu, Sakinah. Kamu beneran mau dihargain sama satu gelang murahan?"

Nenek dan tante-tante Sakinah terus menekan Teguh untuk memenuhi persyaratan yang mereka ajukan. Nenek Widia tidak akan menyerahkan cucunya jika ia tak bisa mendapat keuntungan.

"Bagaimana, Nak Teguh? Apa kamu bisa menyanggupi syarat yang Nenek berikan?" tanya Nenek Widia. "Laki-laki kalau mau nikah itu harus punya modal! Jangan kamu pikir nikah itu murah!"

Sakinah mengepalkan tangan kuat-kuat. Sakinah ingin berteriak, tapi ia tak mampu mengeluarkan suara.

Sekejam inilah orang-orang yang hidup bersama dengan Sakinah. Mereka seolah tak mau membiTeguh Sakinah merasakan kedamaian satu hari pun.

"Nenek kasih kamu waktu satu minggu!" ujar Nenek Widia. "Kamu harus bawa uang yang Nenek minta kalau kamu beneran serius ingin menikahi Sakinah."

Teguh hanya mengangguk, kemudian berpamitan pergi meninggalkan kediaman Sakinah. Gadis itu mengantar Teguh sampai ke depan pintu dengan memasang wajah muram.

Sakinah merasa malu sekali di depan Teguh. Pria itu memberanikan diri datang ke rumah Sakinah dengan membawa niat baik, tapi Adnan justru di permainkan oleh nenek serta bibi-bibi Sakinah.

"Aku pulang, ya?"

Sakinah mengangguk dengan kepala tertunduk. "Maafin aku ya, Mas? Hati-hati di jalan."

Teguh melambaikan tangan, kemudian perlahan menghilang dari hadapan Sakinah. Begitu Teguh pergi, Sakinah kembali diseret oleh Tante Rara untuk melanjutkan perbincangan mereka.

"Sakinah, otak kamu udah rusak, ya? Kamu beneran mau nikah sama tukang galon?" tanya Tante Nunik. "Udah ada Juragan Brata, ngapain kamu malah ngelirik tukang galon? Kamu mau hidup susah sama suami miskin? Tantw udah cariin calon suami tajir, kamu malah milih bujangan kere."

"Sakinah, kalau tante jadi kamu, jelas aku akan lebih milih Juragan Brata! Kalau Bibi bukan janda, dan Juragan Brata mau nikah sama janda, udah Bibi embat Juragan Brata dari dulu!" sahut Tante Rara.

"Sakinah, kamu itu disuruh hidup enak sama Juragan Brata, kenapa kamu malah sembrono milih tukang galon? Kamu lebih suka hidup jadi gembel, ya? Mau jadi apa kamu kalau kamu sampai nikah sama tukang galon? Kamu pengen hidup miskin terus?" omel Nenek Widia.

Semua orang melayangkan protes keras pada Sakinah. Memang keluarga Sakinah ingin melihat Sakinah segera menikah, tapi mereka tak akan melepaskan Sakinah dengan mudah.

"Nenek jamin kamu nggak akan bisa hidup bahagia sama tukang galon. Memang kamu itu lebih cocok nikah sama Juragan Brata! Harusnya kamu senang dilamar sama juragan. Perempuan kucel kayak kamu mau nyari laki-laki yang seperti apa, sih? Udah syukur, Juragan Brata mau sama kamu!"

Sakinah sudah lelah mendengar semua orang terus menyebut nama Juragan Brata. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak suka sama Juragan Brata? Aku udah cukup puas sama pilihan aku, Nek."

Tante Rara dan Tante Nunik dibuat naik pitam. Kedua wanita itu tak segan menyebut keponakannya sendiri sebagai perempuan bodoh, tak tahu diuntung, dan semacamnya. Adik-adik dari ayah Sakinah itu juga tak sungkan memaki dan menghina laki-laki pilihan Sakinah.

"Kamu boleh nikah kalau kamu bisa dapat calon suami yang setara sama Juragan Brata! Kalau kamu masih tetap ngeyel deketin tukang galon itu, lebih baik kamu nikah sama Juragan Brata aja! Nenek akan pastikan, kamu jadi istri ke-7 Juragan Brata!" tegas Nenek Widia.

**

Semalaman Sakinah tak bisa tidur karena memikirkan Teguh. Semenjak kunjungan Teguh ke rumah Sakinah tempo hari, pria itu belum menghubungi Sakinah lagi.

Teguh juga tidak muncul di warung soto. Sakinah sudah berusaha mengirim pesan, tapi Teguh tidak membalas. Sakinah khawatir, Teguh akan menyerah karena syarat yang diberikan oleh nenek Widia padanya.

"Mana mungkin Mas Teguh bisa nyiapin uang ratusan juta dalam waktu seminggu?" gumam Sakinah pasrah.

"Sakinah, katanya kamu udah punya calon suami, ya?" tanya salah seorang teman Sakinah di tempat kerja.

Lamunan Sakinah buyar. Gadis itu tak sadar dirinya sudah dikerubungi oleh banyak orang.

"Dengar-dengar, kamu dilamar sama tukang galon yang sering nganter air ke sini, ya?" tanya teman Sakinah lagi.

Sakinah tidak menjawab. Lagipula, gadis itu sudah tahu dirinya hanya akan dijadikan bahan tertawaan oleh teman-temannya.

"Kok kamu mau sih sama tukang galon yang itu? Masih ada tukang galon lain yang lebih ganteng."

"Kamu sepasrah itu ya cari suami sampai-sampai kamu mau nerima lamaran dari tukang galon?"

"Kalau kamu mau, aku bisa kenalin tetangga aku sama kamu. Tetangga aku satpam di bank. Jelas gajinya lebih gede dari tukang galon di depot air kecil."

Mereka mengolok-olok Sakinah, sembari tertawa lebar. Sakinah yang tak mau dikeroyok oleh banyak orang, lebih memilih untuk diam dan fokus pada pekerjaannya.

"Tapi kamu emang cocok sih sama tukang galon itu," ledek mereka. Tentu saja kata "cocok" yang diutarakan oleh orang-orang itu mengandung makna yang kurang baik.

"Sama-sama dekil!" celetuk seseorang, diiringi tawa cekikikan.

"Sama-sama jelek juga, ya?" bisik yang lain.

"Kok kamu diem aja sih, Sakinah? Kamu nggak mau ngomong sesuatu?" seru teman Sakinah.

Sakinah menatap sekilas orang-orang yang mengerubunginya itu. Belum sempat Sakinah membuka suara, tiba-tiba seseorang datang dan menarik tangan Sakinah untuk menjauh dari kumpulan penggosip itu.

"Mas Teguh?"

Ternyata orang yang membawa Sakinah pergi adalah Teguh. Setelah beberapa hari tak berjumpa, mendadak Teguh muncul di tempat kerja Sakinah tanpa pemberitahuan.

"Ada hal yang ingin aku sampaikan ke kamu," ungkap Teguh.

"A-ada apa, Mas?"

Keduanya berdiri di gang sepi yang berada tak jauh dari warung soto. "Aku akan penuhi syarat dari nenek kamu."

Sakinah membulatkan mata lebar-lebar. "Maksud kamu apa, Mas? Kamu mau bawa uang yang diminta sama Nenek?”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mahar 500 Juta   chapter 57(END)

    Bab 57Kabar gembira tentang kehamilan Sakinah langsung disambut dengan tangis haru oleh Teguh. Pria itu tak menyangka, ia akan dikaruniai anak secepat ini. "Selamat, Sayang. Kamu akan jadi ibu." Teguh langsung memeluk Sakinah, kemudian mengecupi wajah istrinya itu bertubi-tubi.Sakinah sendiri tak kalah terkejut, begitu ia mengetahui ternyata ada janin yang tumbuh di perutnya saat ini. Baru saja Sakinah menjalankan peran barunya sebagai seorang istri selama beberapa bulan, sebentar lagi setelah akan mendapatkan peran baru sebagai seorang ibu."Selamat juga, Mas. Sebentar lagi, kamu akan menjadi ayah," sahut Sakinah.Teguh dan Sakinah terus tersenyum, seusai mereka kembali dari rumah sakit. Pasangan suami istri itu terus mengucap syukur atas amanah yang dipercayakan pada mereka. Meski Teguh dan Sakinah masih sama-sama belajar menjalankan peran sebagai suami dan istri, tapi keduanya sudah cukup siap untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Dari segi finansial, Teguh dan Sakinah tidak

  • Mahar 500 Juta   chapter 56

    Bab 56Hidup Sakinah akhir-akhir ini terasa begitu damai. Sudah lama ia tidak mendengar kabar tentang keluarga Nek Widia. Sakinah tak perlu lagi menghadapi gangguan dari nenek dan bibi-bibinya yang selalu berusaha memanfaatkan dirinya.Tak hanya itu, Sakinah juga tak pernah diusik lagi oleh Irish dan Bu Dewi. Irish sudah berhenti mengganggu Sakinah setelah ia mempermalukan dirinya sendiri di acara perusahaan Teguh. Orang tua Irish bahkan mengirim Irish ke luar negeri. Iris sudah benar-benar berhenti mengejar Teguh, setelah ia mendapatkan peringatan dari kedua orang tuanya.Selain itu, Juragan Brata saat ini sudah mulai menjalani hukumannya di balik jeruji besi. Berkat kerja keras pengacara Teguh, Sakinah pun mendapatkan keadilan dan juragan Brata mendapatkan hukuman yang setimpal.Hari-hari Sakinah saat ini hanya dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta serta perhatian dari sang suami. "Sakinah, mumpung besok aku libur, gimana kalau kita pergi jalan-jalan?" ajak teguh pada Sakinah."Bol

  • Mahar 500 Juta   chapter 55

    Bab 55Setelah Ratih mengaku hamil, suasana di rumah Nek Widia terlihat suram. Nek Widia dan anak-anaknya tak saling bicara, dan Ratih mengurung diri di dalam kamar selama berhari-hari.Ratih sudah membuat seisi rumah stress, karena kelakuannya yang tak bisa menjaga pergaulan. Nek Widia dan Nunik masih marah besar pada Ratih, hingga mereka tak mau bertegur sapa apalagi bicara dengan Ratih. Setiap harinya, Ratih hanya bisa menangis di dalam kamar, meratapi nasib. Karena laki-laki yang menghamilinya tak mau bertanggung jawab, terpaksa Ratih harus melahirkan anak dalam kandungannya seorang diri. Ratih sudah mencoba segala cara untuk menyingkirkan janin tersebut, tapi sayang semua obat yang digunakan oleh Ratih gagal. Ratih sempat berpikir untuk melakukan aborsii, tapi gadis itu tak punya nyali dan biaya. Nek Widia dan keluarga masih belum punya solusi untuk menyelesaikan masalah Ratih. Sampai saat ini, mereka hanya berusaha agar kehamilan Ratih tidak diketahui oleh orang-orang. Jika sam

  • Mahar 500 Juta   chapter 54

    Bab 54"Ibu udah dengar kabar soal Kak Sakinah belum?" tanya Ratih pada Nunik.Kabar mengenai Sakinah kini telah sampai ke telinga keluarganya. Mereka sangat terkejut, sekaligus kesal pada Sakinah yang sengaja menutupi bisnis dan kekayaannya dari mereka."Kamu juga tahu?" "Bukan cuma aku, semua orang di kampung juga udah tahu," timpal Ratih. "Kak Sakinah ternyata punya perusahaan besar. Kak Sakinah ternyata nggak kalah kaya dari suaminya."Nunik, Rara, Nek Widia juga sudah tahu terlebih dulu. Setelah mereka mendengar kabar tentang Sakinah, mereka langsung berusaha menghubungi Sakinah, tapi sayang Sakinah tak dapat dihubungi.Nenek dan bibi-bibi Sakinah itu juga berusaha mendatangi Sakinah, tapi mereka tak bisa menjumpai Sakinah. Wanita yang selama ini mereka injak-injak dan mereka remehkan, kini bukan orang sembarangan yang bisa mereka temui sesuka hati. Setelah mengungkapkan semuanya, Sakinah telah memutuskan untuk tak lagi berurusan dengan keluarganya. Sakinah sudah dapat menebak,

  • Mahar 500 Juta   chapter 53

    Bab 53"Kamu akan jelasin semuanya sekarang, kan?"Saat ini Teguh sudah mengurung Sakinah di dalam kamar. Pria itu tidak akan membiarkan Sakinah pergi sebelum ia mendapatkan penjelasan yang ia inginkan. "Sebelumnya, aku minta maaf, Mas. Aku nggak bermaksud menyembunyikan hal ini dari kamu," ungkap Sakinah. "Sebenarnya, aku udah tahu kalau kamu bohong sama aku, Sakinah. Kamu diam-diam pergi tiap pagi setelah aku berangkat ke kantor, kan? Aku sempat curiga sama kamu, tapi untungnya kamu nggak ngelakuin hal buruk di luar sana," cetus Teguh. "Aku nggak mungkin punya maksud buruk sama kamu, Mas. Aku nggak ada niat sedikitpun untuk bohongin kamu. Aku cuma belum waktu yang tepat buat ngungkapin semuanya sama kamu, sahut Sakinah. "Ada alasan tertentu kenapa aku nyembunyiin semua ini. Aku nggak cuma nyembunyiin ini dari kamu, tapi dari semua keluarga aku. Nggak ada satu pun orang tahu soal perusahaan aku, Mas. Aku memang sengaja nggak bilang ke keluarga aku, karena aku nggak mau dimanfaatka

  • Mahar 500 Juta   chapter 52

    52)"Kami ucapkan banyak terima kasih pada seluruh hadirin yang sudah berkenan hadir dalam acara malam ini."Pembaca acara sudah mulai berbicara. Irish dan Bu Dewi masih terus mengoceh untuk menjatuhkan Sakinah, meskipun perhatian orang-orang mulai teralihkan pada pembawa acara.Sakinah masih belum merespon sindiran dan hinaan yang dilayangkan padanya dari Irish dan Bu Dewi. Wanita itu terlihat begitu tenang saat dirinya diledek dan direndahkan oleh dua wanita yang berdiri tak jauh darinya itu.Saat pembaca acara tengah mengoceh di atas panggung, tiba-tiba pembawa acara itu menyebutkan nama orang-orang yang menerima undangan khusus dari pihak perusahaan. Pembawa acara menyampaikan terima kasih secara khusus untuk tamu VIP yang hadir, sebagai apresiasi dan tanda hormat pada orang-orang penting yang memiliki banyak kontribusi untuk kemajuan perusahaan Teguh. "Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Nyonya Sakinah, selalu investor utama, yang sudah berkenan hadir dalam acar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status