Home / Romansa / Mahligai Abu dan Berlian / BAB 30: KEPULANGAN YANG BERBEDA

Share

BAB 30: KEPULANGAN YANG BERBEDA

Author: ryoonella
last update Last Updated: 2025-12-09 13:00:54
Ayu memutuskan untuk memperpanjang waktu liburnya di Bali selama seminggu lagi. Kota itu masih terasa asing saat pertama kali dia kembali.

Namun kali ini, dia tidak merasa seperti pelarian. Dia merasa seperti seorang pengunjung yang pulang ke rumah.

Setiap pagi, dia berjalan ke pantai yang sama. Namun sekarang, langkahnya lebih ringan, pikirannya lebih jernih.

“Nona sudah siap kembali ke arena?” tanya Paman Li melalui telepon rutin mereka.

“Hampir. Tapi kali ini, saya bawa pulang versi yang lebih baik dari diri saya.” Ayu menjawab sambil menikmati jus kelapa.

“Itu yang paling penting. Kemenangan terbesar adalah menang atas diri sendiri.”

Minggu itu diisi dengan kegiatan sederhana yang disengaja. Dia belajar membuat canang, mengunjungi tukang perak lokal, bahkan mencoba berselancar.

Dia tertawa saat terjatuh berkali-kali dari papan selancar. Tertawa yang lepas, tanpa beban. Sebuah suara yang lama hilang.

“Kamu terlihat bahagia, Bu,” ucap pemilik warung kecil tempat dia sering makan.

“Sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 43: UJIAN BISNIS

    Pasar saham mengalami gejolak tak terduga. Sebuah perusahaan teknologi besar kolaps, menarik banyak sektor lain ke dalam krisis likuiditas.Perusahaan keluarga Ayu dan Bima terkena imbas. Harga saham mereka anjlok 30% dalam dua hari perdagangan.“Kita harus tenang. Panik cuma bakal bikin keadaan makin parah,” nasihat Paman Li dalam rapat darurat.“Tapi pemegang saham minoritas udah pada jual. Kalau terus begini, kita bisa diambil alih,” tambah Bima, wajahnya tegang.Ayu yang hadir melalui video call dari rumah mendengarkan dengan saksama. Dia menggendong Kania yang sedang rewel.“Pertama, kita kumpulin tim. Kedua, kita analisis arus kas. Jangan sampai operasional terganggu.” Ayu berbicara dengan tenang yang menular.Mereka bekerja sepanjang malam. Dion bahkan membatalkan ujiannya untuk membantu menganalisis data. Solidaritas keluarga diuji dalam tekanan.“Laporan ini nunjukkin, kita masih kuat

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 42: PERUBAHAN RATMA

    Ratma mulai kunjungan rutin tanpa didampingi perawat. Dokter mengizinkannya, melihat perkembangan kesehatan mental dan fisiknya yang signifikan.Dia datang setiap Rabu, selalu membawa sesuatu. Kadang kue buatannya yang sedikit gosong, kadang buku cerita anak.“Nenek baca buku, ya. Tapi suaranya udah jelek,” katanya pada Alika yang mendekut di pangkuannya.Alika memandangnya dengan mata bulat, seolah mengerti. Ratma tersenyum, sebuah ekspresi lembut yang jarang terlihat di wajahnya.Kania lebih aktif, selalu meraih rambut atau kalung Ratma. “Ini cicit yang nekat. Kayak ibunya dulu,” komentar Ratma sambil tertawa.Hubungan mereka berkembang dengan cara yang tak terduga. Ratma belajar menjadi pendengar, bukan pengatur.“Aku dulu salah, Ayu. Aku pikir keluarga cuma soal kendali dan warisan,” akunya suatu sore di taman.“Sekarang Ibu pikir apa?” tanya Ayu sambil menyuapi Kania bubur.&

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 41: MASA ADAPTASI

    Membawa pulang bayi kembar ternyata jauh lebih menantang dari yang dibayangkan. Ayu dan Bima seperti hidup dalam zona waktu yang berbeda, dikelilingi botol susu dan popok.“Aku nggak pernah bayangin segini banyak cucian dari manusia sekecil itu,” keluh Bima sambil menjepit tumpukan onesies dengan mulut klip.“Ini baru dua minggu pertama. Konon katanya tahun pertama lebih berat.” Ayu membalas sambil menimang Alika yang rewel.Alika dan Kania. Nama yang mereka pilih bersama, berarti “pemimpin yang mulia” dan “terlahir dengan kemurnian”. Sebuah harapan untuk masa depan yang berbeda.“Pupnya kayak ledakan warna, ya. Aku kira cuma di iklan,” canda Dion saat berkunjung, sambil dengan gagah menawarkan diri mengganti popok.“Jangan cuma ngomong doang, aksi!” tantang Bima, melemparkan popok bersih ke arahnya.Tawa kecil mengisi rumah yang dulu sunyi. Namun di balik tawa, ada kele

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 40: KABAR BAHAGIA

    Kunjungan ke dokter kandungan keesokan harinya mengkonfirmasi segalanya. USG pertama menunjukkan gambar samar-samar yang membuat hati mereka berdesir.“Ini jantungnya berdetak kuat. Semuanya tampak baik,” kata dokter dengan senyuman meyakinkan.Ayu menatap layar monitor, air matanya mengalir tanpa suara. Sebuah kehidupan kecil tumbuh di dalamnya, sebuah keajaiban setelah semua penderitaan.“Denger nggak? Detak jantungnya,” bisik Bima, tangannya menggenggam erat tangan Ayu.“Kehidupan baru tumbuh dari cinta yang diperbarui.”Berita kehamilan itu dengan cepat menjadi rahasia umum yang membahagiakan. Seluruh keluarga diselimuti kegembiraan yang jarang mereka rasakan.Ratma di panti jompo menjadi lebih bersemangat. Dia mulai merajut selimut kecil, meski tangannya sudah tidak stabil.“Ini buat cucuku. Warna biru dan merah, ya. Siapa tau kembar,” katanya pada perawat dengan mata berbinar.

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 39: UPACARA PEMBARUAN JANJI

    Taman belakang rumah keluarga telah berubah total. Bunga-bunga segar bermekaran, bangku-bangku kayu sederhana tersusun rapi.Hanya tiga puluh orang yang diundang. Keluarga inti, Paman Li, beberapa staf yayasan yang sudah seperti keluarga, dan Kevin sebagai teman lama.Ayu berdiri di ujung taman kecil, mengenakan gaun putih lurus yang sederhana. Bima di ujung lain, dengan setelan linen putih yang santai.Tidak ada pendeta atau penghulu. Mereka meminta Paman Li yang memimpin upacara, sebagai saksi perjalanan mereka.“Janji itu seperti tanaman—perlu disiram, dipupuk, dan kadang dipangkas,” buka Paman Li dengan suara hangat.“Hari ini, kita menyaksikan dua orang yang memilih untuk merawat tanamannya kembali. Bukan menanam yang baru.”Ayu dan Bima berjalan menuju satu sama lain, bertemu di tengah. Mereka saling tersenyum, sebuah senyum yang penuh kedamaian.“Ayu, apa kamu mau memperbarui janjimu pada Bim

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 38: PENJELASAN YANG MENGEJUTKAN

    Keesokan harinya, Bima tidak bisa fokus kerja. Pikirannya masih di restoran, pada kata "tidak" yang ternyata membawa makna jauh lebih dalam.Dia mengunjungi Ayu di ruang kerjanya saat jam istirahat siang. "Kita perlu ngomong soal rencana tadi malam. Aku masih rada bingung.""Tentang apa yang masih membingungkan?" Ayu menutup laptopnya, memberikan perhatian penuh."Tentang 'tidak' kamu. Itu maksudnya bukan penolakan, tapi... aku masih harus ngeresapin.""'Tidak' itu bisa jadi awal—bukan akhir." Ayu tersenyum, mengajaknya duduk di sofa kecil.Dia menjelaskan dengan sabar. Pernikahan mereka selama ini seperti rumah yang dibangun di atas fondasi retak. Mereka mencoba mengecat ulang, tapi masalahnya ada di struktur."Kalau kita menikah lagi, itu seperti bangun rumah baru di seberang jalan. Tapi lari dari rumah lama yang masih kita tinggali.""Jadi maksudmu, kita harus perbaiki fondasi rumah yang lama? Bukan cuma pindah?" Bima mulai m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status