Home / Rumah Tangga / Main Api / Bab 7. I'm Yours

Share

Bab 7. I'm Yours

Author: White lily_
last update Huling Na-update: 2025-03-05 11:06:55

Juan menyalakan keran shower, membiarkan tubuh kekar atletisnya basah disirami air hangat yang menenangkan tubuhnya yang menegang karena menahan emosi.

Satu tangannya digunakan untuk menyangga tubuhnya yang limbung.

Juan mendengarnya, mendengar pembicaraan telepon Laura dari depan pintu kamar mereka.

Juan mendengar semuanya.

"Lau." Juan mengusap air yang membasahi wajahnya "Sadarlah," desisnya. 

----

"Perlu ku tunggu?" tanya Juan.

Laura menggeleng lemah."Aku bisa pulang sendiri."

"Tidak Lau, aku akan menunggumu" tegas Juan.

"Sayang please," ucap Laura memohon.

Terdengar desahan nafas Juan yang kembali memaksakan senyumnya."Baiklah, usai mengantarmu. Aku akan mampir ke kantor Ibu."

"Baiklah." Laura mengenakan pakaiannya dengan tatapan kosong.

"Aku akan menjemputmu Laura dan jangan menolak!" Tegas Juan kembali mengingatkan.

Laura mengangguk, menerima uluran tangan Juan yang membawanya lagi dalam pelukannya.

"Lau,"

"Hmm.."

"Aku tidak mau kita seperti orang lain, aku dan kau kita akan bersama sampai akhir, no one can separate of us." Juan menunduk, dengan kedua

tangan menangkup wajah Laura dan mencium bibirnya. "Maafkan aku selama ini ketika aku mulai cuek. Itu bukan karena aku jenuh. No,sayang." lanjutnya.

Laura  mengangguk."Aku sayang padamu Juan."

Juan mengangguk."Me too. More..."

---

Mobil sport itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Jakarta. Laura duduk dengan tenang di kursi penumpang, entah kenapa

perasaannya terasa lebih lega mendengar ucapan Juan, dibalik map yang ia pegang Laura sudah menyiapkan surat pengunduran dirinya, dirinya tak ingin terlambat.

Melepaskan salah satu atau kehilangan keduanya.

sebelum Juan tahu dari orang lain.

Malam nanti Laura  berjanji untuk mengatakan semua dosa sejujur-jujurnya pada Juan. Suaminya itu tampak tanpa beban.

Sesekali berdengung menyanyikan sebuah lagu yang mengalun dari mp3 player.

"Ada apa, jangan melihatku seperti itu. Aku bukan penyanyi jadi wajar suaraku tidak bagus." bela nya saat sadar sedari tadi Laura memperhatikannya.

Laura ikut terkekeh pelan, mendengar ucapan suaminya.

"Kantormu sudah dekat." Juan membelokan mobilnya ke arah kiri menuju gedung kantor itu. Berhenti di depan lobi, mengikuti Laura  yang juga turun.

"Kenapa kau ikut?" Laura  terkejut melihat Juan yang menggenggam tangannya, beberapa karyawan melewati mereka dengan ekspresi terkejut dan juga bingung. Ketika melihat siapa sosok tinggi yang kini tengah menggenggam tangan Laura.

"Aku hanya ingin melihat Istriku berangkat kerja." Juan terkekeh, menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya saat melihat sosok pria besar yang mendekat ke arah lift lobby eksekutif.

Persetan dengan karier modelingnya. Bila la harus kehilangan Laura, hal itu bukanlah hal besar.

Mata bulatnya berseronok dengan tatapan sang CEO DNK Group. Pria berdarah Cina itu tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya melihat

Laura sedang dalam pelukan pria lain,- dalam pelukan suaminya.

Brian menggeram, dengan dua tangan mengepal. Brian menyadari bila pria tinggi disebrangnya itu juga tahu tentangnya dan mungkin juga hubungannya dengan Laura. Masa bodoh bagi Brian, karena ia bertekad untuk menjadikan si manis itu miliknya.

"Sayang," Laura  bergerak ingin melepaskan pelukan itu. Sadar ada ratusan mata yang menatap dan beberapa orang yang memfoto mereka.

"Stay still Lau."

Juan masih menatap sosok Brian  hingga pria itu masuk ke dalam lift. Juan menarik nafasnya yang ia tahan.

"Sampai jumpa nanti." Laura melepaskan pelukannya, melambaikan tangan

kearah Juan  yang tersenyum membalas lambaian Laura yang menjauh.

Juan menghela nafasnya, hari ini ia sudah menunjukan siapa pemilik Laura yang sesungguhnya.

Kepada Brian dan juga Dunia.

Laura miliknya.

—--

Headline News : Supermodel Juan Alexander dikabarkan sudah menikah sejak dua tahun yang lalu.

Breaking News : Bocor! Ini identitas pasangan Juan Alexander.

Netter "No comment! Wanita itu bahkan lebih baik dari aktris yang digosipkan dengan Juan Alexander"

Braaaagggh!

Brian melempar tabletnya di lantai. Wajahnya memerah karena emosi, ditatapnya Laura di depannya yang terdiam kaku.

"Ada apa babe, identitasmu sudah keluar dan aku tinggal membayar media untuk membongkar perselingkuhan ini." Brian menyeringai,"Kau nakal sekali, Love"

Laura kembali menggeleng, air matanya jatuh perlahan membasahi wajahnya, suaranya tak bisa keluar karena menahan sesak dari ikatan tangan dan mulutnya yang diikat oleh  Brian.

"Kau yang memulai Lau, dan kau beraninya mengakhiri semua ini?" Brian menepuk-nepuk ikat pinggang kulitnya.

"Ahh aku lupa, ada suami tersayang dirumah, tidak mungkin kan aku meninggalkan bekas dikulit mulusmu." Brian bergumam, melempar ikat pinggangnya ke lantai sambil mendekat kearah Laura yang berdiri terlentang dengan tangan terikat dibelakang.

Laura mendongkak, melenguh tertahan dengan salivanya yang merembes di sela-sela bibirnya yang juga terikat oleh kain. 

Brian mulai membuka satu persatu pakaian Luar Laura dan mulai bermain-main sedikit sebelum Ia benar-benar melakukannya di ruangan itu.

Laura tak berdaya. airmata nya kini turun perlahan. 

Milik Brian sudah masuk ke dalam dirinya. Pria tampan itu menggeram nikmat. Bergerak perlahan dengan kilatan mata penuh amarah dan luka.

"Mana yang lebih nikmat Lau, permainanku apa suamimu?" Brian mempercepat pergerakannya. Laura menggeleng terengah.

"Kau cantik sekali, aku bisa gila melihatmu seperti ini." Brian kembali melesakan miliknya lebih dalam lagi hingga tubuh mungil itu menggelinjang.

"Tinggalkan suamimu!" Brian mencium leher Laura "Aku juga bisa lebih dari dia untuk mencintaimu, love." geramnya dengan kedua tangan memeluk tubuh mungil Laura posesif.

Laura menggeleng.

Brian tak akan mengampuninya hari ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Main Api   Bab 11. I'M SORRY

    Laura duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya yang masih menampilkan panggilan Brian yang sudah terputus beberapa menit lalu. Napasnya masih bergetar, pikirannya bercampur aduk. Juan mencintainya, dia tahu itu. Tapi Brian...Dia menggigit bibirnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Seharusnya dia tidak merasa seperti ini. Seharusnya dia menolak tanpa ragu. Tapi kenapa rasanya begitu sulit?Namun, tangannya tetap mengetik pesan untuk Brian dengan jari yang sedikit gemetar.Aku akan datang.Pintu kamar terbuka perlahan. Juan berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. "Laura, kau tidak apa-apa?"Laura tersentak, buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam genggaman. "Ya, aku baik-baik saja."Juan menatapnya lebih lama sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Aku tiba- tiba harus ke studio sebentar. Kamu ada rencana hari ini?"Laura menelan ludah. Ini kesempatannya. Jika dia ingin menemui Brian, ini adalah satu-satunya cara. "Aku juga ada perte

  • Main Api   Bab 10. One Last Time?

    Jantung Juan mencelos ketika mendengar suara Brian yang memanggil Laura seintim itu. "Don't leave me," mohon pria itu sekali lagi. "Laura please,aku janji." Juan siap menyapa CEO KDN grub itu tapi Laura keluar lebih dulu keluar dari closet room menatapnya bingung. "Juan, siapa?" Juan hanya tersenyum tipis, dirinya yakin Brian di seberang sana sadar dengan siapa dirinya berbicara tadi. Juan menyerahkan ponsel tersebut ke Laura yang masih memandangnya dengan ekspresi bingung. "Atasanmu," lirih Juan parau dan ia sempat menangkap ekspresi gugup dan panik Laura dari raut wajah manis milik sang istri. "Juan." Laura sedang menelan air liurnya mencari alasan tapi Juan jauh lebih cepat mencela. "Bicaralah, mungkin penting.” Juan memilih mengalah-keluar dari kamar milik mereka meninggalkan Laura yang mematung menatap ponsel miliknya dengan nama Brian yang masih melangsungkan panggilan telephonenya. Sekuat hati ia menempelkan ponsel itu di telinganya, hingga mendengar derit pintu kamar yan

  • Main Api   Bab 9.Him, Me, and Betrayal

    Apartemen mewah di pusat kota itu tampak gelap, hanya diterangi cahaya temaram dari lampu-lampu jalan yang menyusup melalui celah tirai putih. Seorang pria duduk dengan wajah kusut, sebotol wine di satu tangan, rokok di tangan lainnya. Diteguknya cairan merah itu sebelum kembali menghisap rokoknya, membiarkan asap tembakau dan mentol membumbung tinggi, memenuhi ruangan dengan aroma yang menyesakkan.Brian terkekeh parau.Hari ini, kenapa terasa seperti akhir dunia baginya?Sejak kecil, ia tak pernah meminta apa pun—bukan mainan mahal, bukan makanan enak. Ia tidak pernah menuntut apapun dari Tuhan. Sepasang mata monolid nya menatap nanar lengannya, tempat bekas sayatan dan guratan masih tampak jelas. Luka-luka itu adalah kenangan pahit yang ditinggalkan ibunya sendiri.Depresi akut dan hilangnya ingatan sebagian telah menjadikan ibunya sosok yang tidak stabil. Sentuhan, yang bagi orang lain adalah bentuk kasih sayang, baginya hanya berarti luka. Beruntung, ibunya segera mendapatkan per

  • Main Api   Bab 8. Burning Heart

    “Maaf," desis Brian kearah Laura yang hanya terdiam di kursi depan meja ruang CEO milik Brian. "Lau aku minta maaf," ulangnya.Laura mendongkak, sisa airmata tercetak jelas di wajahnya yang lelah memandangi pria di hadapannya itu. Entah apa yang sekarang ia rasakan, lelah, hampa, takut, marah, kesal bercampur dengan perasaan yang begitu menggebu ketika pria tampan itu setiap kali menyentuhnya."Setujui saja permohonan pengunduran diriku, Brian," ucap Laura"Aku tidak bisa!" Tegas Brian."Bagaimana caranya, aku pasti akan gila bila tak melihatmu. Membayangkannya saja aku-""Aku sudah menikah Brian!"Satu ucapan Laura seketika membungkam Brian, pria itu bahkan tak merapikan jasnya seperti semula, sisa-sisa permainan mereka tampak dari kusutnya kemeja sang CEO yang bergesekan pada kulit tubuh Laura sejam yang lalu. Brian meremas rambutnya frustasi, mata monolid nya tampak memohon memandangi wanita cantik yang sudah mencuri atensinya, mengambil seluruh dunia nya.Brian merasa begitu diing

  • Main Api   Bab 7. I'm Yours

    Juan menyalakan keran shower, membiarkan tubuh kekar atletisnya basah disirami air hangat yang menenangkan tubuhnya yang menegang karena menahan emosi.Satu tangannya digunakan untuk menyangga tubuhnya yang limbung.Juan mendengarnya, mendengar pembicaraan telepon Laura dari depan pintu kamar mereka.Juan mendengar semuanya."Lau." Juan mengusap air yang membasahi wajahnya "Sadarlah," desisnya. ----"Perlu ku tunggu?" tanya Juan.Laura menggeleng lemah."Aku bisa pulang sendiri.""Tidak Lau, aku akan menunggumu" tegas Juan."Sayang please," ucap Laura memohon.Terdengar desahan nafas Juan yang kembali memaksakan senyumnya."Baiklah, usai mengantarmu. Aku akan mampir ke kantor Ibu.""Baiklah." Laura mengenakan pakaiannya dengan tatapan kosong."Aku akan menjemputmu Laura dan jangan menolak!" Tegas Juan kembali mengingatkan.Laura mengangguk, menerima uluran tangan Juan yang membawanya lagi dalam pelukannya."Lau,""Hmm..""Aku tidak mau kita seperti orang lain, aku dan kau kita akan ber

  • Main Api   Bab 6. Whispers of Deceit

    Bab 6 . Whispers of DeceitPagi ini hujan deras, suara rintik hujan beradu dengan gemuruh guntur dan kilatan petir, Laura semakin meringkukan tubuhnya pada tubuh besar Juan yang memeluknya.Menghirup aroma parfum milik Juan yang masih menempel di sela-sela perpotongan leher sang suami. Laura menggerakan satu tangannya, membalas pelukan suaminya."Morning sweetheart," bisik Juan menundukan wajahnya, lalu menggesekan hidung mancungnya di kening Laura."Morning," balas Laura pelan."Kau tidak ada jadwal kan hari ini?" Lanjut Laura berbisik. "Tidak, tinggal satu kontrak pemotretan majalah dua hari lagi," jawab Juan parau."Jangan pergi kemanapun hari ini please." Mohon Juan yang tiba-tiba manja.Laura terkekeh."Baiklah, hari ini aku mengambil libur. Tapi kita harus sarapan. Aku lapar," ujarnya, menggeser dekapan Juan yang lumayan erat."Kau lapar?" Laura berdengung."Tidurlah, biar aku yang membuatkanmu sarapan, kau kelelahan semalam." Juan langsung bangkit, meraih celana training untuk

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status