Share

Bab 8

Author: Lee Sizunii
last update Huling Na-update: 2025-04-16 20:25:42

Koridor kantor Liu Corporation membentang panjang dan mewah, dengan lantai marmer putih mengkilap dan lampu gantung kristal yang memantul sempurna di langit-langit tinggi.

Nathan melangkah keluar dari ruang rapat dengan langkah cepat dan tegas, jas hitamnya jatuh pas di tubuh atletisnya. Di sampingnya, seorang pria bertubuh tegap dengan wajah serius mengikuti sambil menatap tablet di tangannya—Adrian Alexander, sekretaris pribadinya yang juga dikenal dengan kepiawaiannya menangani jadwal dan emosi Nathan yang tak pernah stabil.

"Proyek ekspansi di Tokyo akan dimulai bulan depan. Tim dari Jepang meminta revisi pada bagian kontrak logistik," jelas Adrian tanpa berhenti berjalan, mata fokus menatap data yang tersaji.

Nathan mengangguk tipis. Di belakang mereka, beberapa staf penting bergegas mencatat instruksi dan arahan dari pria muda itu. Tak ada yang berani bicara jika tidak ditanya, karena mereka tahu betul betapa dingin dan tegasnya CEO muda tersebut.

Namun langkah Nathan terhenti sepersekian detik saat ponselnya bergetar di saku. Ia mengeluarkannya, menekan layar, dan mendapati sebuah pesan dari... Yara.

[Yara: "Nathan, sapunya di mana?"]

Nathan mengerjap, mendengus pelan. Jemarinya langsung mengetik balasan tanpa ekspresi.

[Nathan: "Tidak ada sapu. Pakai vacuum cleaner."]

Baru saja ponsel kembali masuk ke saku, getaran lain menyusul.

[Yara: "Gimana cara makenya?"] Nathan menarik napas dalam, menahan desah frustrasi yang nyaris meluncur. Sambil tetap berjalan, ia membuka platform video dan mengirimkan tautan singkat tentang cara menggunakan vacuum cleaner untuk pemula.

Adrian, yang melihat semua itu dari sudut matanya, sedikit terkejut. Bukan karena Nathan membalas pesan—tapi karena dia benar-benar meladeni. Biasanya, satu pesan tak penting saja cukup untuk membuat ponsel Nathan dibanting ke meja. Tapi kali ini?

"Semua baik-baik saja, Tuan Nathan?" tanya Adrian hati-hati.

"Perempuan itu," jawab Nathan singkat.

Tapi dari cara ia mengusap wajahnya setelah itu, Adrian bisa menebak: tidak ada yang baik-baik saja. Andrian tahu siapa yang Nathan maksud, Yara Jang, pacar yang baru saja teken kontrak dengan Nathan dan hanya mereka yang tahu akan hal ini.

Mereka pun melanjutkan ke lokasi selanjutnya tanpa satu patah kata lagi.

___

Sore hari.

Ruangan kerja Nathan begitu hening hingga bunyi detik jam terdengar jelas. Di balik jendela tinggi, matahari mulai turun, melukis langit London dengan semburat jingga.

Nathan duduk di balik meja besar dari kayu mahoni, kedua sikunya bersandar dan jemarinya memijat pelipisnya pelan. Ia terlihat letih, tapi bukan hanya karena presentasi dan jadwal padat hari ini.

Ponselnya—yang kini tergeletak di meja—telah menyala dan mati beberapa kali karena pesan dari Yara.

["Remote AC di mana?"]

["Kenapa air galon bunyinya kayak mau meledak?"]

["Kulkasnya dingin banget, bisa bekuin tangan, tau!"]

["Ah, aku tidak tahu cara membuka gorden jendela ruang tengah!"]

Nathan melirik layar itu sekali lagi, lalu menggeleng pelan. Apa dia benar-benar bodoh? pikirnya.

Tepat saat itu, pintu diketuk dan terbuka perlahan. Adrian masuk sambil membawa tablet berisi agenda malam hari.

"Tuan, malam ini ada undangan makan malam bersama keluarga besar Anda. Diselenggarakan oleh Tuan Besar Liu sendiri."

Nathan hanya menoleh sekilas.

Adrian menambahkan dengan nada hati-hati, "Beliau berpesan ..., untuk membawa Nyonya Clara."

Suasana langsung menegang. Mata Nathan yang sejak tadi lelah, kini tampak tajam seketika. Rahangnya mengeras.

"Clara?" ulangnya pelan, nyaris seperti bisikan yang dingin.

Adrian mengangguk pelan. "Itu pesan langsung dari beliau, Tuan."

Nathan bersandar ke kursinya dengan ekspresi sulit ditebak. Ia menatap langit-langit sebentar, lalu memejamkan mata.

Makan malam keluarga... bersama para sepupu, paman, bibi, dan tentu saja... Ayahnya, James Liu—si singa tua yang tak segan mencabik siapapun yang membuat malu keluarga. Pasti sudah menunggu untuk menerkam Nathan.

Dia tahu, acara malam ini pasti untuk menyudutkannya. Apalagi, beberapa hari terakhir, nama Nathan Liu menjadi trending topik karena 'Memamerkan pacar barunya kepada publik'. Jelas saja hal ini akan di bahas oleh James, dan Nathan masih enggan menghadapi mereka meskipun tahu hal ini akan terjadi.

Dan sekarang, ia harus mengawasi Yara. Si gadis ceroboh yang bahkan tak bisa memakai vacuum cleaner. Ah, apa dia salah pilih pacar?

Nathan membuka mata, menatap Adrian lurus. "Aku akan pergi jam tujuh malam, kau tidak perlu ikut."

Adrian tampak ingin protes, dia tahu Nathan tidak akan baik-baik saja setelah makan malam bersama keluarganya, dia sangat mengenal Nathan. Namun, Adrian tahu batasannya.

"Baik, Tuan," ucapnya dengan hormat sebelum keluar dari ruangan.

Begitu pintu tertutup, Nathan menatap ponselnya lagi. Dalam hati, dia mendesah.

"Apa dia baik-baik saja?" gumamnya, karena Yara sudah berhenti menghubunginya sejak setengah jam yang lalu. "Apa dia tidak akan menghancurkan rumahku?"

Tiga bulan, katanya...

Tapi mengapa rasanya baru sehari saja sudah seperti tiga tahun?

Dan entah kenapa... satu bagian dalam dirinya yang paling dingin itu, mulai merasa... penasaran akan kelanjutan dari semua ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mainan Malam Sang Miliarder    Bab 56

    Udara malam di Crawley cukup hangat, berbeda dari biasanya. Jalanan kota mulai lengang, hanya tersisa lampu jalan yang berpendar lembut. Mobil Nathan berhenti di parkiran sebuah restoran burger terkenal.“Turunlah. Katamu tadi ingin makan burger,” ucap Nathan sambil membuka pintu mobil untuk Yara.Gadis itu sempat ragu turun, tapi aroma gurih dari restoran membuat perutnya berteriak pelan. Ia melirik Nathan sambil meneguk ludah. “Kau yakin aku boleh makan sebanyak yang aku mau?”Nathan mengangkat alisnya. “Kalau kau sanggup habiskan semua, ya silakan.”Yara langsung nyengir dan meloncat turun. “Jangan menyesal nanti, Tuan Liu. Aku bisa jadi monster saat lapar.”Nathan tersenyum tipis sambil menutup pintu mobil.Di dalam restoran, Yara seperti anak kecil di toko permen. Matanya berbinar saat melihat pilihan burger, kentang goreng, chicken wings, dan milkshake warna-warni. Ia menunjuk semuanya sambil berkomentar seperti komentator acara kuliner.“Yang ini kayaknya enak, tapi yang itu ju

  • Mainan Malam Sang Miliarder    Bab 55

    Langit malam London berpendar kelabu, dan lampu kota menyala temaram seolah memahami kegelisahan seseorang di lantai tiga Hotel Crawley Hilton.Yara duduk di ujung ranjang, mata menatap layar televisi yang menayangkan liputan berita langsung dari rumah sakit Crawley. Wajah Nathan muncul di sana, berdiri tegap di samping seorang perempuan cantik bergaun krem elegan—Clara Zhang, sang istri.Kamera menyorot keduanya dari berbagai sudut, memperlihatkan Clara yang memegang tangan salah satu keluarga korban dan Nathan yang memberikan pernyataan resmi kepada pers.“Pasangan suami istri ini tampak serasi, saling mendukung di tengah tragedi kebakaran yang menimpa Liu Corporation.”Komentar reporter di layar membuat dada Yara makin sesak. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu mematikan televisi dengan remote yang sempat ia lempar asal ke atas kasur.“Hah…” helanya panjang.Yara menunduk, menarik lutut ke dadanya. “Yara, kamu tuh apa sih?” ocehnya pada diri sendiri. “Baru tadi pagi deg-degan liat di

  • Mainan Malam Sang Miliarder    Bab 54

    Langkah kaki bergema di sepanjang lorong rumah sakit kota Crawley. Aroma disinfektan menyengat di udara, bercampur dengan ketegangan yang nyaris bisa disentuh.Nathan berjalan dengan langkah panjang dan mantap, setelan hitamnya rapi sempurna seperti biasa. Di belakangnya, Adrian mengikuti dengan cepat sambil memegang tablet di tangan, dan beberapa staf rumah sakit serta pengawal pribadi mengikuti dari kejauhan."Korban luka ringan ada delapan orang, semuanya sudah mendapatkan perawatan. Tapi satu korban luka bakar cukup serius, dia masih dirawat intensif di ruang ICU, dan keluarganya baru tiba pagi ini." Laporan Adrian cepat dan efisien, seolah sudah terbiasa mengikuti ritme kerja Nathan yang nyaris tanpa jeda.Nathan hanya mengangguk pelan, matanya tajam menatap ke depan. "Dokumen kompensasi?""Sudah disiapkan. Tim legal juga standby untuk verifikasi dokumen."Mereka semakin mendekati ruang perawatan korban. Namun langkah Nathan tiba-tiba terhenti. Matanya menyipit, ekspresi wajahnya

  • Mainan Malam Sang Miliarder    Bab 53

    Sinar matahari pagi menyelinap pelan melalui celah tirai, membentuk garis-garis cahaya keemasan di atas ranjang berseprai putih bersih itu. Udara di dalam kamar masih dingin, membuat Yara meringkuk lebih dalam di bawah selimut tebal. Kepalanya tenggelam di antara bantal empuk, dan tubuhnya terasa berat untuk bergerak.Ia mengeluarkan suara gumaman malas seperti anak kucing, menggeliat pelan dengan mata masih terpejam.Namun, saat ia membuka mata perlahan, bayangan tinggi besar yang bergerak di sudut kamar membuat jantungnya langsung melonjak.Nathan.Pria itu sedang berdiri di depan lemari pakaian, punggungnya menghadap ke arah Yara, hanya mengenakan celana panjang kain gelap. Otot-otot punggungnya tampak jelas, mengalir kuat dan simetris.Ia sedang mengenakan kemeja putih yang belum dikancingkan. Yara menelan ludah, matanya otomatis mengikuti gerakan tangan Nathan yang dengan santai merapikan lengan bajunya.Astaga... ini bukan mimpi, kan? pikir Yara gugup. Tadi malam itu... beneran

  • Mainan Malam Sang Miliarder    Bab 52

    Lorong rumah sakit London terasa sunyi, hanya sesekali terdengar langkah kaki perawat atau suara roda ranjang yang didorong pelan. Di dekat vending machine, seorang pria berdiri menyender malas pada tembok putih dingin.Kemeja putihnya digulung hingga siku, dengan dua kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit kulit lehernya yang berkeringat tipis. Zhen menarik napas panjang, matanya sayu menatap mesin minuman seolah waktu melambat.Tangannya dimasukkan ke saku celana, satu lagi memegang ponsel yang sesekali dilirik, tapi tidak ada pesan masuk dari siapa pun, terutama dari Clara yang tadi siang meminta nomor teleponnya untuk membalas budi."Dia keras kepala sekali," gumamnya sambil menghela napas pelan. "Padahal aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja."Ia melangkah maju satu baris saat antrean menyusut. Pandangannya kemudian tertarik ke layar televisi yang tergantung di dinding seberang.Saluran berita lokal sedang menayangkan liputan kebakaran hebat di gudang milik Liu Corpo

  • Mainan Malam Sang Miliarder    Bab 51

    "Mhh! Nathan? Apa yang kau lakukan?"Yara terkejut saat benda hangat menyentuh tulang selangkanya. Dia sedikit mundur tapi Nathan menahan punggungnya.Yara terdiam, tubuhnya kaku sesaat. Tapi ketika Nathan menunduk dan mengecup pelan dadanya—lewat kain tipis kaos yang ia kenakan—napas Yara tertahan."Nath- eungh!" gumamnya pelan, hampir tak terdengar, antara gugup dan tak yakin dengan apa yang baru saja ia rasakan.Namun Nathan tidak menjawab dengan kata-kata. Kecupan itu bukan dorongan nafsu semata, ada kelembutan yang mengusik. Lalu bibirnya naik, menyapu pelan ke arah leher Yara. Sentuhannya seperti bayangan hangat yang menelusuri kulit, membuat bulu kuduk Yara berdiri dan jantungnya berdetak tak beraturan."Nathan ...." Suara Yara terdengar seperti bisikan putus-putus. Entah ingin menegur atau hanya karena ia kehilangan kata.Nathan membisikkan sesuatu, suaranya berat dan rendah, menyentuh seperti gelombang hangat di telinga Yara. "Tenang saja ...," katanya, "aku hanya ..., merind

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status