Home / Romansa / Malam Panas Bersama CEO Tampan / Bab 40. Kemarahan Dante

Share

Bab 40. Kemarahan Dante

Author: Anggun_sari
last update Last Updated: 2025-08-20 19:09:42

Iya?!

Dante yang tadi berbaring santai di atas ranjang bersama Belvina, menegakkan punggungnya.

Kaki berbalut loafers itu menyentuh ubin dingin, semakin mendekat pada si tersangka. Gesekan sol sepatu yang menyentuh ubin menimbulkan suara mencekam bagi Alethea yang berdiri dengan tubuh tegang.

Mata Dante, menyipit tajam. Menjadikan Alethea sebagai targetnya. Kilatan kemarahan tercetak jelas di sana. Apa yang dilakukan oleh Alethea tentu bukan sesuatu yang bisa dimaafkan begitu saja.

“Maaf….”

Alethea dengan cepat bersimpuh. Dante bahkan belum sepenuhnya mendekat, tapi ketakutan itu seolah memaksanya untuk meminta maaf. Apalagi Aldric tidak membantu sama sekali. Laki-laki itu hanya diam mematung di depan pintu. Melihatnya tersudut seolah seperti tontonan yang mengasyikan baginya.

“Maaf…?” desis Dante. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Matanya menyipit. Kerutan-kerutan tipis itu tercetak di dahinya.

Demi apapun belum pernah ada kata maaf dalam kamusnya untuk manusia pendosa seperti Aleth
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 44. Istri Kesayangan Tuan Dante

    Dante terus mengulum senyum. Ia memangku dagunya dengan telapak tangannya. Sejak kepergian ibunya tiga puluh menit yang lalu, ia tak henti-hentinya mengagumi sosok Belvina.Ia merasa istrinya begitu keren saat mengatakan kata-kata menohok bagi ibunya tadi. Sebelumnya Belvina terlihat takut-takut. Tepatnya ketika mereka ketahuan telah menghabiskan malam panas bersama.“Jangan terus menatapku seperti itu! Apa di wajahku ada berlian, hingga kamu terlihat begitu tertarik dengan wajahku,” ucap Belvina asal. Dia merasa malu terus ditatap seperti itu oleh Dante. “Lebih dari berlian,” sahut Dante.Belvina berdecak. Ia menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata Dante. Kata-kata Dante sekarang semanis madu. Berbeda sekali dengan saat mereka awal bertemu. “Apa kamu tahu, aku senang sekali kamu bisa membuat ibuku diam seribu bahasa lalu pergi,” kata Dante jujur.Belvina semakin menggelengkan kepalanya. Heran mendengar apa yang dikatakan oleh Dante. Bagaimana bisa suaminya itu terlihat bahagia

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 43. Tidak Pernah Suka

    Belvina mengerjapkan matanya beberapa kali. Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah kelambu memaksanya untuk membuka mata. Jari tangannya meraba sisi kasur di sebelahnya. Matanya mengernyit saat tidak mendapati Dante di sisinya. Saat ini keduanya sudah sepakat untuk tidur di kamar yang sama.Dengan langkah malas, Belvina turun dari ranjang. Ia mencepol asal rambutnya lalu turun ke bawah.“Wanita seperti itu yang kamu pilih sebagai seorang istri.”“Lihatlah, sekarang sudah jam berapa. Apa dia tidak bisa bangun lebih pagi meski ada asisten rumah tangga di rumah ini.”Kaki Belvina yang hampir mencapai anak tangga terkahir, sejenak berhenti. Ia memaksakan senyumnya mendengar setiap kata yang terlontar dari bibir Naomi—ibu mertua Dante.Ini adalah kedua kalinya ia bertemu dengan Naomi, tapi kesan buruknya pada wanita itu sepertinya bertambah semakin banyak.Sejak awal Naomi memang tidak pernah menyukainya. Ia pun tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, mendengar bagaimana wanita itu

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 42. Pilihan Yang Sulit

    “Tidak mau?” Dante menghela napas panjang saat melihat wajah Belvina yang terlihat sedang mempertimbangkan permintaannya. Belvina menarik napas panjang lalu menghembuskannya pelan. Dia sedang tidak ingin terlibat pertengkaran. Beberapa menit yang lalu dia baru saja merasa kram perut yang sangat menyiksa karena merasa berada di situasi yang tidak nyaman, dan dia tidak ingin mengulanginya lagi sekarang.“Bukan seperti itu. Aku—”“Kamu bisa menghabiskan semua gajiku. Kamu bisa membeli apapun yang kamu mau tanpa perlu bertanya. Atau jika kamu tidak ingin menjadi ibu rumah tangga kamu bisa membuat perusahaan baru, hem…?”Belvina mengulum senyum. Ia mengusap pipi Dante. Suaminya ini terdengar begitu lucu, rasanya uang tidak ada harga dirinya jika dihadapkan dengan Dante. Dengan mudahnya pria itu mengatakan akan membuatkannya perusahaan.Jika membangun perusahaan semudah ucap Dante, tentu dia akan dengan cepat memiliki banyak perusahaan di seluruh dunia.“Atau kamu bisa bekerja denganku. B

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 41. Lempar Batu Sembunyi Tangan

    Belvina menggigit bibirnya kuat-kuat. Matanya menatap lurus iris mata Dante yang tengah menatapnya. Ia mengambil napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan sebelum kembali membuka suaranya. “Aku tidak tahu. Aku hanya tahu ketika membuka mata, tiba-tiba saja wajah Aldric sudah ada di depan wajahku.”Dante menarik napas panjang. Tangannya terkepal erat hingga memperlihatkan buku-bukunya yang memutih. Meski tidak secara langsung menyentuh istrinya, tetap saja di matanya Aldric berusaha untuk melakukan hal keji itu.“Dengar kan!” Alethea bersuara, tatapannya beralih menatap Aldric yang terlihat gusar. “Aku tidak akan melakukan hal keji hanya karena prasangka burukku. Aku juga sedang hamil, tentu aku tahu bagaimana perasaan Belvina jika sampai bayinya kenapa-kenapa.”Alethea tersenyum dalam hati. Setidaknya sekarang dia berhasil membalik keadaan meski Dante belum sepenuhnya percaya.“Jadi aku mohon, maafkan aku,” mohon Alethea.Belvina menggeleng kepalanya ketika manik mata Dante m

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 40. Kemarahan Dante

    Iya?!Dante yang tadi berbaring santai di atas ranjang bersama Belvina, menegakkan punggungnya. Kaki berbalut loafers itu menyentuh ubin dingin, semakin mendekat pada si tersangka. Gesekan sol sepatu yang menyentuh ubin menimbulkan suara mencekam bagi Alethea yang berdiri dengan tubuh tegang. Mata Dante, menyipit tajam. Menjadikan Alethea sebagai targetnya. Kilatan kemarahan tercetak jelas di sana. Apa yang dilakukan oleh Alethea tentu bukan sesuatu yang bisa dimaafkan begitu saja.“Maaf….”Alethea dengan cepat bersimpuh. Dante bahkan belum sepenuhnya mendekat, tapi ketakutan itu seolah memaksanya untuk meminta maaf. Apalagi Aldric tidak membantu sama sekali. Laki-laki itu hanya diam mematung di depan pintu. Melihatnya tersudut seolah seperti tontonan yang mengasyikan baginya.“Maaf…?” desis Dante. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Matanya menyipit. Kerutan-kerutan tipis itu tercetak di dahinya.Demi apapun belum pernah ada kata maaf dalam kamusnya untuk manusia pendosa seperti Aleth

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 39. Masuk Jebakan

    “Kamu yakin istriku baik-baik saja?” Isabella menghela napas jengah. Entah sudah berapa kali Dante terus menanyakan hal yang sama sejak dia menyampaikan hasil pemeriksaannya. Belvina hanya perlu istirahat selama beberapa hari. Guncangan adalah penyebab kenapa ibu hamil itu pingsan dan tak sadarkan diri. “Kamu ingin aku menyampaikan berita buruk atau semacamnya?” Isabella membalik badannya, menatap Dante dengan tatapan jengah. Belvina yang terbaring di atas ranjang pesakitan hanya bisa menggelengkan kepala sambil sesekali tersenyum. Percakapan dua orang di depannya ini sungguh menggelitik hatinya. “Bukan seperti itu, hanya saja apa yang kamu katakan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataannya,” protes Dante. Isabella mengerutkan kening. Tidak sesuai kenyataan? Apa maksud ucapan temannya ini. Selama ini dia selalu menyampaikan fakta, bukan sembarangan bicara. “Beberapa waktu lalu kamu mengatakan bahwa aku harus berpuasa karena takut terjadi apa-apa pada si bayi.” “Ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status